Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seandainya Banyak Orang Tua Seperti Bapak Ini…

12 Mei 2012   15:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:23 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tua sering kali tidak terima jika menerima masukan tentang anaknya. Terutama masukan terkait prilaku nakal. Apalagi jika orang lain menasehati atau memarahi anaknya, wah bisa tambah runyam. Bisa-bisa masalah melebar menjadi pertentangan antar orang tua.

Sangat berbeda jauh dengan masa kecil saya, orang tua malah berterimakasih jika dapat informasi prilaku nakal anaknya. Bahkan, jika ada orang lain menjewer anaknya karena prilaku nakalnya, orang tua tidak marah. Orang lain marah kepada anaknya karena salah, malah dianggap sebagai bentuk perhatian.

Tetapi beberapa hari lalu, saya masih menemukan orang tua yang bijak. Siang itu, ketika saya sedang santai di rumah tiba-tiba HP saya berdering. Ketika saya angkat ternyata suara yang sangat saya kenal. Ia bilang mau ke rumah hari itu juga untuk membicarakan soal anaknya.

Beberapa menit kemudian ia datang. Ia mengucapkan terimakasih atas informasi yang diberikan saya tentang anaknya yang saya sampaikan melalui keponakannya. Anaknya memang kelas 2 MI –sama dengan anak saya—meski tidak satu ruang. Ada dua kelas paralel di semua tingkatan kelas di sekolah anak kami. Kedatangannya ke rumah juga untuk meminta informasi secara lebih utuh.

Anak Cerdas Tapi…

Anaknya seorang perempuan kira-kira berusia 8 tahun. Di sekolah di kenal “nakal”. Bahkan dalam pertemuan orang tua bersama guru banyak yang bisik-bisik kalau anaknya takut sama si kecil yang berusia 8 tahun ini.

Kenakalannya tidak bisa dianggap remeh. Pernah gadis kecil ini mengorganisir teman sekelasnya bikin arisan. Pas dilotre yang dapat salah satu temannya. sayang, uang arisan tidak diserahkan sama pemenangnya, malah diambil oleh gadis kecil ini yang menjadi ketua arisan. Temannya hanya diganti dengan permen sama si gadis kecil ini.

Kenakalan lain, si gadis kecil ini suka memalak teman-temannya. hampir semua teman sekelasnya yang cewek dimintai duit sama si gadis kecil ini. kalau sama teman cowoknya mungkin tidak berani, makanya korbannya selelu temen ceweknya.

Pernah juga bolos dengan mengajak dua teman lainnya. Tasnya begitu saja ditaruh di dalam kelas. Orangnya pulang karena hari itu kebetulan tidak mengerjakan PR.

Mendengar informasi ini, sebagai seorang ayah ia kaget. Maklum, gadis kecil ini mulai sejak bayi memang diasuh oleh keponakan yang tidak punya anak. karena rumahnya agak jauh, ayah ini tidak tahu betul bagaimana pola asuh keponakannya dan bagaimana pergaulan anaknya di rumah.

Untuk mengurangi rasa kecewanya saya bilang sama ayah ini bahwa anaknya sebenarnya sangat cerdas. Seusia seperti itu ia sudah bisa mengorganisir teman-temannya. Berarti anak ini memiliki bakat memimpin. Yang perlu dikhawatirkan, sikap memalaknya dan kecenderungan selalu mendekte teman-temannya.

Akhirnya ia mengatakan bahwa selama beberapa bulan, anak ini akan dipindah ke rumah ia sendiri. Jalan ini diambil untuk memudahkannya mendidik dan mengawasi anaknya.

Waktu itu saya juga memberikan kontak wali kelas dan guru BK. Kebetulan sekolah anak saya ini memang satu yayasan dengan sekolah tempat saya mengajar. Ketika ayah ini hendak pulang, kembali ia mengatakan terimakasih. Bahkan ia bilang, apapun masukan tentang kenakalannya anaknya akan ia terima dengan lapang.

Seandainya Semua Seperti Dia

Ketika pulang, saya merenung. Seandainya semua ayah seperti dia, tentu permasalahan anak akan lebih mudah diselesaikan. Sayang sekali, saat ini banyak orang tua yang cenderung membenarkan anaknya, meski nyata-nyata salah. Kalau anaknya dinasehati oleh orang lain, malah marah-marah. Bahkan sangat sering, masalah anak bisa berubah menjadi masalah orang tua.

Saya tidak tahu, gejala apakah ini? Mungkin karena dipengaruhi oleh sikap hidup liberal dimana setiap individu sudah makin otonom menyelesaikan masalah sendiri. Persoalan anak dianggap persoalan pribadi, bukan urusan orang lain. Bukankah, soal pribadi (private) dipisah secara tegas dengan masalah banyak orang (public)?

Tetapi pengalaman bapak di atas membuat saya tersenyum, ternyata masih ada orang tua di era sekarang yang masih kuat memegang tradisi bahwa soal anak tak perlu direspon marah-marah jika ada orang lain ada yang terlibat/melibatkan diri.

Matorsakalangkong

Sumenep, 12 mei 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun