[caption id="attachment_166447" align="aligncenter" width="515" caption="diunduh dari google"][/caption]
Saya percaya tulisan itu punya kaki. Tulisan itu memiliki kekuatan. Bahkan tulisan terkadang mampu menjadi inspirasi yang membuat pembacanya berubah. Misalnya, dari loyo menjadi semangat. Dari ‘gelap’ menjadi ‘terang’.
Saya jadi ingatacara Kick Andy ketika mengundang novelis Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi. Andy menjelaskan, seorang pembaca di Bandung lepas dari ketergantungan obat-obat terlarang setelah membaca novel yang inspiratif itu. Dan satu kebetulan novel ini ditulis berdasar pengalaman penulisnya sendiri.
Ya menulis berdasar atas pengalaman sendiri atau orang lain itu menarik. Tidak saja karena pengalaman itu memberi ruang bagi kita untuk melakukan refleksi, menimba hikmah, atau sumber pelajaran berharga. Lebih dari itu, menulis pengalaman menjadikan tulisan kita seperti bernyawa. Terasa hidup dan bertenaga. Itu mungkin karena pengalaman memiliki kekayaan makna. Ketika kita menulis, kita terhindar dari kata-kata tehnis yang kering dan kurang bergairah.
Saya penulis ecek-ecek. Orang yang sejak mahasiswa selalu ditolak tulisannya oleh media. Beruntung saya sudah menjadikan menulis sebagai hobby. Meski selalu gagal, saya tetap menulis. Menulis bagi saya ibarat istri kedua.
Meski tidak produktif, sejak bergabung dengan media social seperti Kompasiana, saya makin bersemangat menulis. Dari sekian tulisan saya, ada beberapa tulisan yang berkenan di hati pembaca. Semua tulisan itu ternyata tulisan atas dasar pengalaman sahabat saya. Dari pengalaman menulis pengalaman orang lain inilah saya makin yakin bahwa tulisan punya kaki.
Tulisan pertama tentang pengalaman orang lain yang memperoleh apresiasi dari pembaca yaitu tentang Hadariadi, Pejuang Hak Kesehatan Warga Miskin. Beberapa hari setelah saya menulis profilnya, saya dihubungi PH yang mengundang bapak Hadariadi untuk tampil di TV. Meski endingnya, setelah masuk TV terasa kurang manis.
Masih tentang bapak Hadariadi, saya dihubungi oleh panitia Frans Seda Award Universitas Atmajaya, Jakarta. Saya diminta untuk mengajukan bapak Hadariadi –karena peran sosialnya sebagai pejuang Hak Kesehatan 1.000 lebih warga miskin demikian besar—untuk dinominasikan sebagai penerima Frans Seda Award dalam bidang kemanusiaan. Sayangnya, batas umur tokoh yang diusulkan harus 40 tahun. Sementara pak Hadariadi sudah 41 tahun. Akhirnya pak Hadariadi tereleminasi.
Baru-baru ini, ada lagi mahasiswa Universitas Tarumanegara yang sedang melakukan penelitian tentang hak kesehatan warga miskin mengirim pesan kepada saya via inbox FB untuk disambungkan dengan pak Hadariadi. Ia bermaksud mewawancarai pak Hadariadi terkait dengan topic penelitiannya.
Tulisan kedua yang memperoleh apresiasi dari pembaca tentang profile siswa yang tidak mampu. Bahkan seorang pembaca yang kebetulan merantau di belahan di dunia lain tergerak membantu. Ia meminta nomer HP saya dan nomer kartu identitas saya. Pada hal saya tidak pernah ketemu darat. Saya hanya mengenalnya di dunia maya. Bantuan itu tidak saja membuat haru saya, tetapi semua yang menyaksikan saat bantuan itu diserahterimakan langsung kepada siswa yang tidak mampu itu.
Tulisan ketiga yang juga memperoleh apresiasi dari pembaca tentang pengalaman sahabat saya yang memiliki istri berfaham radikal. Setelah saya mempublish pengalaman sahabat saya itu, beberapa hari kemudian saya dikontak via FB oleh mahasiswa UIN Jakarta yang tertarik meneliti gerakan radikalisme di daerah saya.
Dari sini saya makin percaya pada pepatah usang yang mungkin sekarang jarang didengar bahwa “pengalaman adalah guru yang paling baik”. Pengalaman di sini tentu pengalaman semua. Bukan hanya pengalaman orang-orang besar yang membetot perhatian besar. Justru hampir semua pengalaman yang saya tulis adalah pengalaman ‘orang-orang kecil’ yang luput dari perhatian media mainstream.
matorsakalangkong
sumenep, 3 maret 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H