[caption id="attachment_177582" align="aligncenter" width="475" caption="koran-jakarta.com"][/caption]
Baru saja saya kedatangan teman istimewa. Istimewa karena sudah lama tidak ketemu. Dan satu lagi, ia memberi kuliah gratis kiat berhenti merokok. Sepulang teman, saya tertarik menulis pengalamannya. Setidaknya saya bisa mengingat nanti, malam ini teman saya sudah “menampar” saya. Maklum saya perokok .
Ketika saya tawari ia merokok, dengan suara tegas ia bilang, “maaf saya sudah 6 bulan berhenti merokok”. Saya jadi tertarik mendengar pengalamannya. Kok Bisa? Pada hal saya tahu dulu teman saya ini perokok berat.
“Jika ada niat kuat, pasti bisa berhenti,” kuliahnya lagi mantap. Ia pun menjelaskan bagaimana perjuangannya berhenti merokok. Tak mudah memang. Tapi ia sudah bulatkan niat. Sekali layar terkembang, perahu harus terus berlayar.
Awalnya ia melihat ayahnya seperti sesak nafas. Sebagai seorang anak, ia cemas melihat ayahnya diganggu batuk terus-menerus. Ia pun memberi saran agar ayahnya berhenti merokok.
Selesai saran diucap, ia seperti merasa bersalah. “Masa saya nyuruh-nyuruh ayah –yang saya harus hormati— berhenti merokok. Sementara saya tetap merokok,” katanya menyesal. Ia merasa jadi anak kurang ngajar. Akhirnya dengan mantap ia memanggil istri dan anaknya seraya bilang, “mulai sejak hari ini saya berhenti merokok. Tolong ya..saya disupport..,” kata teman saya meminta dukungan keluarganya.
Sehari , seminggu, sebulan luar biasa godaan untuk merokok lagi. ia kadang sudah menimang-nimang sebatang rokok.Diciumnya dan dinikmati wanginya. Sebelum dinyalakan, saat itu juga istri dan anak hadir, “lha katanya mau berhenti merokok…” Ia pun urung.
Menurutnya, godaan berat untuk merokok ketika habis makan. Bagi perokok habis makan merupakan waktu tepat merokok. Ya…seperti tak bisa ditawar. Habis makan tanpa merokok seperti ada yang kurang lengkap. Ada yang salah di mulut.
Tapi niat sudah bulat. Meski ia sehari-hari harus menjaga warungnya yang segenap merk rokok dijajakan, ia pantang menyerah. Di mejanya tidak ia biarkan ada rokok. Kalau ada rokok yang terpaksa harus dibuka karena ada tamu perokok misalnya, sisanya langsung ia berikan pada orang lain.
Sekarang ia sudah 6 bulan berhenti merokok. Meski keinginan untuk merokok ada, tetapi tak seberat dalam satu bulan masa-masa awal berhenti. Setidaknya, berada di lingkungan orang merokok, ia sudah tidak begitu tergoda. Dan ia sudah mantap, perjuangannya selama 6 bulan tak akan ditukar oleh sebatang rokok yang pasti diikuti oleh sebatang, sebatang, dan sebatang lainnya. Tidak. itu tak boleh terjadi.
Ia merasa sekarang semakin sehat. Pinggangnya yang dulu sering sakit, setelah berhenti tak ada keluhan lagi. pipinya yang dulu cekung, sekarang nampak berisi. Ia kelihatan lebih muda dari sebelumnya.
Saya menyimpulkan kiat berhenti merokok berdasar pengalaman teman ini sebagai berikut :
- Kuatkan niat. tancapkan niat itu bahwa kita bisa berhenti merokok. Selama niat tidak kuat, selama itu pula kita menjadi korban dari godaan untuk merokok lagi. Ada teman saya, hanya untuk menguatkan niat berhenti, ia membeli rokok kemudian meremasnya hingga hancur dan membuangnya bersama korek setianya. Ya niat kuat adalah dasar kekuatan untuk berubah.
- Cari dukungan, terutama orang terdekat seperti keluarga. Istri dan anak bisa dilibatkan dalam usaha berhenti merokok. Teman saya mantap menyatakan berhenti merokok dihadapan istri dan anaknya. Tentu jika ia gagal, ia akan kehilangan muka, terutama di hadapan anak-anaknya. Satu lagi, dukungan istri dan anak sangat penting terutama untuk mengontrol ketika godaan merokok tiba-tiba datang lagi.
- Jika ada di lingkungan teman yang merokok dan jauh dari keluarga, nyatakan dengan tegas dan tidak ragu-ragu, “saya sudah berhenti merokok”. Sikap tegas akan membuat teman-teman kita mikir-mikir untuk tetap menawarkan, meski menolaknya.
- Singkirkan semua benda yang berhubungan dengan rokok, mulai sejak rokok sendiri, korek, asbak, bungkus rokok, dan …apalagi ya. Jangan biarkan benda-benda itu meneror niat kita menjadi setengah-setengah lagi.
- Ketika ada momen untuk berhenti, tangkaplah. Teman saya tadi memanfaatkan momen ketika orang tuanya sesak nafas karena merokok. Tetapi jika tidak ada, tak perlu ditunggu. selama ada niat kuat, tak ada momen pun harus dilakukan.
Itulah kiat berdasar pengalaman teman yang nampak lebih sehat ketika berkunjung ke rumah malam mini. Sepulangnya, saya seperti menemukan pencerahan. Meski sampai tulisan ini dirampungkan, saya masih mengumpulkan kekuatan niat yang masih berserakan. Meski ketika menulis kiat ini, saya sudah tidak jujur pada diri sendiri.
Ternyata kiat mudah, melakukannya yang sulit. Semoga saya bisa mengikutinya. Tak perlu pake lama…
Matorsakalangkong
Sumenep, 27 april 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI