Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Didemo Alumni Pesantren, Akhirnya Kepolisian Mengaku Salah Tafsir

17 Juli 2012   14:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_194685" align="aligncenter" width="448" caption="sedang orasi menolak diskriminasi/foto : A. Rahman "][/caption]

Demo terbesar paska reformasi hari ini (17/7) terjadi di Sumenep. Lebih2.000-an alumni pesantren Annuqayah, yang menamakan diri Jaringan Alumni Annuqayah,mengepung polres Sumenep, menolak diskriminasi kepolisian yang menolak lulusan pesantren Annuqayah melamar jadi polisi .

Sebagaimana yang saya tulis di Kompasiana, Moh Azhari ditolak ketika melamar menjadi polisi di polres Sumenep, karena dianggap sebagai lulusan pesantren yang tidak ada dalam brosur penerimaan.Dalam brosur penerimaan cuma ada 4 pesantren yang tertera yaitu Gontor Ponorogo, Al-Amien Prenduan Sumenep, Mathlabul Ulum Sumenep, dan Ponpes Modern Al-Barokah Nganjuk.

Tetapi dalam brosur juga ada persyaratan ijazah, minimal SMA/MA jurusan IPA/IPS atau SMK yang sesuai dengan kompetensi dan tugas pokok Polri. Di sinilah keanehannya. Azhari betul lulusan Pesantren yang tidak tercantum di brosur. Tapi Azhari memiliki ijazah MA yang diakui setara dalam UU pendidikan dengan SMA.

Sepertinya polres Sumenep salah tafsir. 4 pesantren yang tercantum dalam brosur adalah pesantren yang merancang kurikulum sendiri [disebut muallimin] tetapi oleh Kemendikbud dianggap setara dengan SMA/MA/SMK. Sementara pesantren Annuqayah –sebagaimana banyak pesantren lain di Indonesia—mengelola MA yang berafiliasi ke Kemenag dan ijazahnya diakui setara juga dengan SMA/SMK [selengkapnya baca, Lulusan Pesantren Ditolak Mendaftar Jadi Calon Polisi]

Karena diperlakukan diskriminatif sama pihak kepolisian para alumni pesantren ini menggelar demo dengan massa ribuan. Mereka menuntut agar KAPOLRES dan Kapolda Jatim minta maaf atas perlakuan diskriminatif akibat salah tafsir memahami persyaratan menjadi polisi. “ini menunjukkan bahwa kepolisian tidakmemahami UU Sisdiknas,” kata Drs. Masyhuri Derajat, M.Pd.I dalam orasinya.

Sementara Hosnan Nafi’, salah satu pengurus pesantren Annuqayah menjelaskan, adanya aksi ini bukan semata karena azhari ditolak. “Toh Azhari sekarang sudah diterima menjadi TNI, masuk AKMIL. Persoalannya, justru terletak pada diskriminasi yang dilakukan kepolisian”.

Kabar dari Hosnan menjelaskan ternyata polres Sumenep sudah menolak lulusan pesantren 2 tahun terkahir ini. Tahun kemarin ada lulusan dua pesantren yang juga ditolak. “Pada hal di kabupaten lain tidak ada kebijakan seperti ini”, katanya.

Memanas

Demo ini mulai jam 10.00 Wib. Lautan massa ada yang berjalan, naik mobil, dan motor bergerak ke arah polres. Di polres massa gantian berorasi. Massa miminta Kapolres AKBP Dirin agar minta maaf di depan massa. Karena Kapolres sedang konsultasi dengan Kapolda, wakapolres yang menggantikannya. Wakapolres cuma bilang setengah jam lagi Kapolres pasti datang, karena dari Surabaya naik helicopter.

Hingga jam 12.00 Kapolres belum datang juga. Massa bergerak dari kantor polisi ke kantor DPRD. Wakapolres yang sudah terlanjur di mobil pick up terbuka yang mengangkut sound system, diminta untuk ikut beserta massa ke kantor DPRD. Massa menuntut jika Kapolres datang langsung ditunggu di kantor DPRD.

Sayang, di DPRD tak satupun wakil rakyat yang ngantor. Katanya sedang mengikuti pelatihan. Akhirnya massa beorasi di jalan raya depan kantor DPRD. Hingga jam 13.00 Kapolres tak juga datang. Massa mulai memanas. Atas dasar kesepakatan dengan wakapolres, akhirnya massa berencana membawa wakapolres ke pesantren Annuqayah yang jaraknya sekitar 25 km dari kantor dewan.

Meski Wakapolres sepakat, tiba-tiba satu kompi polisi memukul sebagian massa sambil menurunkan wakapolres dan mengamankannya. Massa merasa dikhianati. Akhirnya situasi sempat tak terkendali karena massa melempar polisi yang mundur ke dalam kantor DPRD. Untungnya, para alumni tua turun tangan menenangkan massa. Massa yang sebelumnya larut dalam emosi bisa dikendalikan lagi.

Habis kerusuhan, massa bergerak ke depan masjid jamik Sumenep, dan bertahan di situ. Mereka bersepakat tidak akan pulang sebelum Kapolres minta maaf. Sekitar jam 15.00 Kapolres hadir di hadapan massa setelah sebelumnya memanas.

Di hadapan massa, AKBP Dirin meminta maaf dan mengakui ada kesalahan menafsirkan persyaratan dalam brosur penerimaan calon polisi. Dirin berjanji dalam 2 hari ini akan ada permintaan maaf dan pengakuan salah secara tertulis yang akan disampaikan kepada pesantren Annuqayah dan Jaringan Alumni Annuqayah.

Ketika selesai aksi massa, seorang teman bilang sama saya, “inilah karakter aparat kita, baru responsif kalau didemo”. Tapi tetap saya menyatakan salut atas kapolres yang mengakui kesalahannya. Semoga ke depan diskriminasi seperti ini tidak terjadi lagi.

[caption id="attachment_194686" align="aligncenter" width="448" caption="massa menyemut di kantor kepolisian/foto A. Rahman "]

1342532130649893110
1342532130649893110
[/caption] [caption id="attachment_194687" align="aligncenter" width="448" caption="orator penuh semangat/foto A. Dardiri Zubairi"]
13425323171374108830
13425323171374108830
[/caption]
1342532515709300625
1342532515709300625
[caption id="attachment_194689" align="aligncenter" width="448" caption="wakapolres yang "disandera" sibuk berkomunikasi dg kapolres via HP/foto A. Dardiri Zubairi"]
13425325941636918006
13425325941636918006
[/caption]
1342532983844869180
1342532983844869180
longmarch ke DPRD/ foto A. Rahman

[caption id="attachment_194694" align="aligncenter" width="448" caption="depan DPRD/foto A. Rahman"]

13425331291045459839
13425331291045459839
[/caption] [caption id="attachment_194695" align="aligncenter" width="448" caption="polisi ikut istighasah bersama massa/foto A Rahman"]
13425332181346699066
13425332181346699066
[/caption]

Matorsakalangkong

Pulau Garam, 17 Juli 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun