Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Biadab!!! Orang Sakit Kok Dibisniskan?

15 September 2011   15:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_131514" align="aligncenter" width="649" caption="tak seindah jargonnya (diunduh dari google)"][/caption]

Kemarin sekitar jam 18.00 sehabis shalat maghrib saya –bersama istri dan adik saya— membesuk ibu mahasiswa saya yang dirawat di RSDMoh. Anwar Sumenep. Penyakit ibu mahasiswa saya cukup parah. Perutnya membuncit seukuran orang hamil 9 bulan. Sepertinya perkembangan penyakitnya berlangsung sangat cepat. Pada hal awal perutnya membuncit baru pada tanggal 22 ramadlan yang lalu.

Karena makin membesar akhirnya ibu ini dibawa ke rumah sakit. Di desanya memang berkembang rumor tak jelas, bahwa si ibu mendapat penyakit kiriman. Keluarga tidak mengindahkan karena memang sulit dibuktikan. Dengan membawa kartu jamkesmas/askeskin dan diantar langsung kepala desa, si ibu berangkat ke rumah sakit.

Ketika kami tiba di rumah sakit, kami ketemu sama suami si ibu, anaknya, dan beberapa saudaranya yang menemaninya di situ. Istri dan adik saya masuk ke ruang ibu dirawat. Sementara saya memilih ngobrol dengan suami si ibu.

Menurut bapak (suami si ibu) ia sudah 2 hari di rumah sakit. Cuma sampai sekarang masih belum ada kepastian apa tindakanyang akan dilakukan dokter. Bahkan menurut bapak ini untuk tahu penyakitnya ia harus mengeluarkan 200 ribu rupiah. Uang itu diberikan kepada calo, kemudian si calo inilah yang mengontak dokter yang memeriksanya untuk menanyakan penyakitnya. Dari si calo ini bapak baru tahu penyakit istrinya, liver dan…(saya lupa namanya). Tetapi kira-kira nanti dokter akan menyedot cairan di perut ibu ini.

“Jadi bapak untuk tahu penyakit saja mengeluarkan 200 ribu?,” tanya saya.

“Ya..uang itu saya berikan sama bu… (saya rahasiakan namanya). Ibu inilah yang ngontak dokter.”

Saya tahu nama ibu ini. Saya mendengar nama ibu yang berprofesi calo berkedok pendamping ini sudah cukup lama. Bahkan saya mendengar calo ini memiliki jaringan kuat yang melibatkan orang dalam di rumah sakit. Herannya saya, kenapa dokter yang memeriksa tidak melaporkan hasil pemeriksaannya kepada keluarga si pasien?

Masih menurut bapak, tetangganya kebetulan juga dirawat di rumah sakit karena penyakit hernia. Ia bercerita, agar cepat dioperasi tetangganya juga kena ibu calo ini 500 ribu rupiah. Janjinya mau dioperasi kemarin (ketika saya ke rumah sakit). Tetapi ternyata tidak jadi, kata si calo ditunda besok (sekarang). Saya tidak tahu apa operasinya tadi jadi.

Memperihatinkan, jika cerita bapak dan rumor selama ini benar bahwa rumah sakit tengah dikepung caloyang membisniskan orang sakit. Apalagi korbannya orang miskin yang menggunakan jamkesmas/askeskin.

Tiba di rumah saya langsung nulis status di group Forum Kebijakan Publik Sumenep di FB. Sampai saat ini masih banyak yang komentar. Ternyata banyak juga testemoni dari facebooker, rumah sakit memang kondisinya seperti itu. Sampai saat ini saya juga sedang menghubungi teman yang biasa mendampingi askeskin secara gratis.

[caption id="attachment_131516" align="aligncenter" width="655" caption="inilah diskusi di group FB itu "][/caption] Sekedar tambahan, ibu ini memiliki dua anak. Yang sulung sudah kuliah, yang bungsu masih berumur 9 bulan. Suaminya (yang ngobrol sama saya) bekerja di Bali membuat perahu. Terpaksa ia bekerja di Bali karena terjerat hutang. Ia ditipu sama temannya. Saat ini belum berangkat ke Bali karena sedang menunggui istrinya. Keluarga ini betul-betul dari keluarga tidak mampu. Ke rumah sakit malah ada yang tega membisniskan.

matorsakalangkong

Sumenep, 15 september 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun