Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Senyum Mengembang Petani Garam

25 November 2012   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_218206" align="aligncenter" width="448" caption="semangat mengikuti pelatihan pemasaran/koleksi pribadi"][/caption]

Hari ini hingga besok [25-26/11], sebayak 25 petani garam Desa Gersik Putih Sumenep berkumpul lagi mengikuti “Pelatihan Pemasaran Berbasis Komunitas”. Wajah-wajah mereka tak lagi terlihat sendu. Sunggingan senyum, wajah berseri, dan canda tawa berbaur dengan semangat optimisme dan penuh harapan. Mereka telah menemukan jalan keluar dari lilitan hidup getir sebagai petani garam selama ini [baca, Cerita Pilu Petani Garam].

Selama dua hari ini, mereka belajar pemasaran. Keterampilan memasarkan sangat dibutuhkan oleh petani garam karena mereka sudah berhasil memproduksi garam beryudium. Saatnya mereka action, berjibaku merebut pasar garam beryudium yang saat ini dikuasai pemilik modal dan perusahaan besar.

Menurut bapak Haris, salah seorang petani garam, ia cukup optimis produksi garam beryudium kelompoknya akan mampu bersaing dengan produksi perusahaan. Salah satu alasannya, bahan produksi garam beryudium petani garam ini adalah garam kualitas premium. Di samping itu, harga di pasaran akan lebih murah ketimbang garam beryudium yang diproduksi perusahaan besar.

[caption id="attachment_218207" align="aligncenter" width="336" caption="bapak haris, ketua kelompok petani garam/koleksi pribadi"]

135385505814778034
135385505814778034
[/caption]

Garam yudium ini sepenuhnya dikelola dan diproduksi petani garam. Bahannya juga merupakan hasil pertanian petani garam. Akhirnya sekarang, mereka akan memasarkan hasil produksinya sendiri. Mereka sedang menunggu waktu, karena saat ini mereka sedang mengurus aspek legalitasnya [dari perindustrian/perdagangan dan kesehatan].

Jika para petani garam saat ini bisa tersenyum sangat wajar. Selama ini mereka menjual garam mentah Rp. 500/1 kg, tapi setelah diproduksi menjadi garam yudium, 1 kg bisa dijadikan 5 packing dengan netto 200 mg, yang dijual Rp 700/packing. Jadi, mereka memperoleh laba kotor Rp. 3 ribu/1 kg. bayangkan jika berton-ton.

[caption id="attachment_218208" align="aligncenter" width="377" caption="kemasan garam yudium/koleksi pribadi"]

1353855195205903575
1353855195205903575
[/caption] [caption id="attachment_218209" align="aligncenter" width="336" caption="kemasan garam yudium/koleksi pribadi"]
13538552721219129558
13538552721219129558
[/caption]

Saat ini, kelompok petani garam baru memiliki mesin sederhana yang berkapasitas 50 kg/2 jam. Dalam satu hari hanya mampu memproduksi 4 kwintal.Inilah salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh petani garam di saat bersemangat membangun usahanya. Tapi, kecilnya kapasitas mesin yang mereka miliki tak membuat mereka patah arang. Karena saat inilah mereka baru merasakan bahagianya bertani.

Rintisan usaha ini sudah berlangsung selama 10 bulan. Banyak cerita pahit-manis membangun soliditas kelompok. Mereka belajar kewirausahaan, managemen, yodiumisasi, berproduksi, hingga sekarang belajar pemasaran. Sungguh, saya merasakan kebahagiaan melihat orang-orang kecil tersenyum. Salam bangkit.

Matorsakalangkong

Pulau Garam | 25 november 2012

________________________ petani ini didampingi Lakpesdam NU Sumenep

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun