Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Ini, Orang Madura Merayakan “ Tellasan Topa’ ”

7 September 2011   03:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:10 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_129959" align="alignleft" width="403" caption="korong ketupat terbuat dari janur pohon siwalan (dok pribadi)"][/caption]

Jangan mencari ketupat pada tanggal 1 syawal di Madura. Tak mungkin anda akan menemukannya. Ketupat baru muncul di setiap rumah seminggu setelah lebaran. Itu karena di Madura ada tradisi unik namanya tellasan topa’ (lebaran ketupat).Persis hari ini, 7 hari setelah lebaran idul fitri, masyarakat Madura sedang merayakannya

2-3 hari menjelang tellasan topa’ biasanya orang Madura sudah menyiapkan “korong” (bungkus ketupat). bahan korong ketupat ini diambildari pohon siwalan (pohon gula merah). Korong yang dibuat dari “janur” pohon siwalan terasa lebih gagah ketimbang korong yang diuat dari janur pohon kelapa. Ini dikarenakan “janur” pohon siwalan lebih keras ketimbang janur pohon kelapa. Manfaat lain, ketupat yang dimasak dengan korong pohon siwalan terasa lebih nikmat karena wangi janurnya membekas. Hal ini kurang terasa jika korong yang digunakan mengambil janur pohon kelapa.

Jika dulu, korong ketupat dibuat sendiri. Hampir setiap anggota keluarga di suatu rumah bisa semua membuatnya. Termasuk anak-anak sudah memperoleh keterampilan membuat korong ketupat sejak usia dini. Kecuali saya, tetap saja hingga jadi bapak-bapak tidak bisa membuatnya.

Saat ini era instant. korong ketupat tinggal beli dipasar seperti yang dilakukan istri saya. di pasar menjelang lebaran ketupat sangat banyak pedagang yang menjual korong ketupat. memang terasa ada yang hilang. Jika dulu anggota keluarga bersama-sama membuat korong ketupat. bahkan juga dengan tetangga. Sungguh terasa akrab.

[caption id="attachment_129960" align="alignright" width="403" caption="ketupat sudah siap saji (dok pribadi)"][/caption] Esoknya, kira-kira jam 08.00, saatnya merayakan lebaran ketupat. Di hari itu biasanya para ibu-ibu –minus bapak—kumpul di rumah istri tokoh masyarakat. Mereka membawa ketupat lengkap dengan lauknya. Ada juga yang membawa “soto ketupat”. Di rumah istri tokoh masyarakat, para ibu-ibu makan bersama.

Pulangnya, mereka pasti dibawakan ketupat oleh istri tokoh masyarakat tadi. Ya semacam “tukeran ketupat”.Lebaran ketupat sepertinya memang lebaran para perempuan. Sementara bapak-bapak cukup makan di rumah.

Makna di balik Lebaran Ketupat

Tellasan topa’ bagi orang Madura memiliki makna mendalam. Tellasan topa’ adalah wujud dari jalinan silaturrahmi yang harus tetap dipelihara sehabis lebaran. Persis seperti koong topa’(bungkus ketupat)yang terjalin dengan indahnya,saling menelusup hingga membentuk jalinan yang rapi dan kuat.

Tentang perayaannya yang dilakukan satu minggu setelah idul fitri, hal ini sebagai penanda bahwa “silaturrahmi resmi hari raya” telah usai dan masyarakat bisa kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Karena biasanya selama satu mingggu setelah lebaran, orang Madura sementara “menghentikan” aktivitas sehari-harinya, karena waktu satu minggu itu memang disediakan untuk menghormatsaudara, tetangga, sahabat yang hendak bersilaturrahmi.

Tetapi bukan berarti orang yang bersilaturrahmi setelah lebaran ketupat dilarang. Cuma silaturrahminya seperti silaturrahmi di hari biasa, karena “suasana” lebaran sudah hampir habis. Orang yang bersilaturrahmi sehabis lebaran ketupat biasanya dengan sedikit malu-malu akan bilang, “maaf, saya lambat bersilaturrahmi.”

Bagi orang yang nyawal (puasa sunnah selama 6 hari setelah lebaran), tellasan topa’ adalah lebaran kedua kalinya. Tellasan topa’ dirayakan juga untuk menghormati orang yang puasa sunnah setelah hari raya.

Berkumpul di Tempat Wisata

Sejak era 80-an, ada tradisi baru dalam perayaan tellasan topa’. Masyarakat urban dan anak-anak muda biasanya berkumpul di tempat-tempat wisata. Jika di sumenep, tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah pantai lombang dan selopeng. Pengunjung tumpah ruah hingga ribuan orang.

[caption id="attachment_129961" align="aligncenter" width="320" caption="pantai lombang (diunduh dari google)"][/caption] [caption id="attachment_129962" align="aligncenter" width="320" caption="pantai slopeng (diunduh dari google)"][/caption] Bagi saya, orang desa, pada waktu tellasan topa’ cukup makan soto ketupat yang antar tetangga memang saling antar. Atau bercengkerama sambil mengais makna ramadlan yang sudah usai.

Matorsakalangkong

Sumenep, 7 september 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun