Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bagaimana Merajut Jaringan Kompasianer?

8 Juni 2011   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:45 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_115121" align="aligncenter" width="640" caption="kompasiana.com"][/caption]

Kompasiana dengan kompasianernya yang tersebar di seluruh nusantara, bahkan di luar negeri, adalah kekuatan yang berserakan. Kuat tetapi belum menjadi jejaring yang terorganisir. Selama ini kekuatan yang nyata baru terjalin di dunia maya dengan berbagi dalam bentuk tulisan sesama kompasianer. Tulisan itu kemudian dikomentari mulai komentar serius, main-main, senda gurau yang semakin menguatkan jaringan pertemanan sesama kompasianer di dunia maya. Bahkan gesekan, perbedaan, benturan harus terjadi karena berbeda sudut pandang dalam memahami realitas. Itu wajar. Meski ada juga yang tidak wajar karena tulisan dan komentarnya sangat pedas mengarah pada pribadi, bukan pada gagasannya. Sekali lagi jaringan sesama kompasianer di atas baru menjelma di dunia maya. Di dunia nyata kalau pun ada masih belum kuat. Tulisan ini ingin share bagaimana sebaiknya jaringan kompasianer yang berserakan itu lebih organized. Tapi sebelumnya saya ingin menjelaskan peta jaringan kompasianer yang saat ini terbentuk sebelum saya mengusulkan gagasan yang mungkin bermanfaat. 5 Pola Jaringan Kompasianer Jika harus dipetakan, setidaknya saya memetakan ada lima pola jejaring yang saat ini berkembang di kompasiana. Pertama, jejaring kompasianer yang sifatnya longgar. Pola ini nampak pada para kompasianer yang memberikan komentar pada jenis tulisan apa saja. Yang penting menarik untuk dikomentari, ya komentar. Tak peduli siapa yang menulis, orang beken di kompasiana atau tidak. Kedua, jejaring yang terbangun karena ada kesamaan minat. Biasanya pola ini digunakan oleh kompasianer dengan membentuk komunitas atau kaukus dalam kompasiana. Misalnya planet kenthir, desa rangkat, dsb. Melihat kaukus ini menarik karena para kompasianer kelihatan sangat akrab. Komentar-komentar yang saling-silang diberikan. Mereka seakan ngobrol di sebuah warung kopi dengan santai, lucu, nakal dan sangat akrab. Ketiga, ada lagi "kaukus" yang datang mendadak dan hilang mendadak (baca insidentil) misalnya, parade dongeng nusantara. Yang terahkhir ini biasanya jadwal posting sudah ditentukan mulai hari, tanggal, dan waktunya. Ketika jadwal posting "kaukus" ini tiba, rame-rame mereka memosting tulisannya. Kompasiana seperti penuh sesak, karena dimana-mana posting dengan thema sama terlihat. Sungguh menarik. Keempat, ada lagi kompasianer yang memiliki kesamaan minat tetapi tidak sampai membangun kaukus seperti pola di atas. Misalnya sama-sama berminat terhadap tema politik, pendidikan, lingkungan, dsb. Jadi, pola jaringan ini terbangun secara individual meski harus diakui biasanya sangat dekat dan akrab. Kelima, ada pola jaringan kompasianer di dunia nyata seperti kopdar yang di isi dengan kegiatan blogshop. Blogshop ini manfaatnya sangat besar untuk meningkatkan kapasitas jurnalis warga. Tetapi sejauh yang saya amati pola ini bersifat top down karena yang menginisiasi dan mendesain kegiatannya termasuk tema blogshopnya adalah admin kompasiana. Para kompasianer tinggal mendaftar. Sehabis blogshop yang diadakan admin sudah dilakukan, habis pulalah kegiatan itu hingga suatu saat admin mengadakan kembali. Bagaiman Ke Depan? Saya membayangkan sebenarnya sangat mungkin membangun jaringan kompasianer yang kuat dan solid di dunia nyata. Bagaimana caranya dan bagaimana pendekatannya? Pertama, dengan difasilitasi kompasiana, kompasianer bisa membentuk jaringan di setiap region (wilayah). Misalnya region Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Bali, Makasar, Aceh, medan, Maluku, dan seterusnya. Di setiap region ada satu kompasianer (tergantung kebutuhan) yang dipilih secara demokratis menjadi kordinator region oleh kompasianer di region itu dalam pertemuan yang difasilitasi kompasiana. Tugas kordinator hanya menjaga jaringan agar solid. Kordinator tidak boleh mengambil kebijakan di luar mandat yang diberikan kompasianer di region itu. Kedua, hubungan antara jaringan kompasianer di tiap region dengan kompasiana bukan hubungan atas bawah, tetapi kemitraan. Konsekuensinya, tiap region dipersilahkan mendesain programnya secara bottom up sesuai dengan kebutuhan kompasianer di masing-masing region selama tidak bertentangan dengan visi dan aturan main kompasiana. Jadi kalau ada blogshop thema, fasilitator, dan desain acaranya region yang menentukan. Kompasinana bertindak sebagai foundingnya. Saya rasa kompasiana tidak akan kesulitan mencari founding karena dengan jumlah kompasianer yang besar akan banyak mitra yang bisa diajak kompasiana. Programnya yang utama harus disesuaikan dengan upaya meningkatkan kapasitas para kompasianer dalam dunia tulis-menulis sebagai jurnalis warga. Nah, kompasiana berperan sebagai pihak yang mensupport, memfasilitasi, serta melakukan asistensi terhadap region dalam mengembangkan kapasitas kompasianernya. Jika digambar kira-kira hubungan region dengan kompasiana seperti di bawah ini :

Ketiga, di setiap region bisa dibentuk kaukus atau komunitas berdasar minat, sehingga memungkinkan yang memiliki kesamaan minat bisa share sesuai minatnya di dunia nyata. Misalnya, di Jawa Timur ada kaukus atau komunitas fiksi, planet kenthir, desa rangkat, politik, ekonomi, dan seterusnya. Di region lain juga bisa dibentuk komunitas yang sama. Nah sewaktu-waktu komunitas ini bisa mengadakan blogshop dalam rangka meningkatkan kapasitas kompasianer sesuai minatnya. Sewaktu-waktu juga ada diskusi, misalnya diskusi politik, terutama mendiskusikan permasalahan sesuai regionnya. Hasilnya bisa diposting di kompasiana hitung-hitung sebagai masukan bagi pengambil kebijakan di daerah. Apalagi dalam diskusi itu misalnya bisa mendatangkan pejabat daerah yang share secara langsung dengan kompasiner tentang kebijakan-kebijakan di daerah. Hitung-hitung diskusi sebagai cara meminta pertanggungjawaban pejabat public, apa yang sudah dilakukan mereka terhadap rakyatnya di daerah. Jika digambar kira-kira begini modelnya :

Maaf, mungkin model jaringan yang saya tawarkan sangat jelimet karena besarnya jumlah kompasianer. Tetapi pointnya, saya menginginkan jaringan kompasianer tidak suma solid di dunia maya, tetapi juga di alam nyata. Nah, bagaimana tanggapan kompasianer dan pihak adimin? Ayo kita rembukkan. Salam kompasiana Matorsalangkong Sumenep, 8 juni 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun