Padang, (kompasiana) - Pakar Sejarah Maritim, Prof. Phil, Gusti Asnan, mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan perkembangan pelabuhan, pertama Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki suatu daerah. Dan kedua, letak pelabuhan yang strategis.
“Dalam sejarah, sangat mungkin terjadi perubahan fungsi pelabuhan. Dari pelabuhan nasional menjadi internasioanal ataupun sebaliknya,” kata Gusti Asnan di Padang, (6/3).
“Pada zaman kolonial Belanda telah menetapkan undang-undang pelabuhan internasional. Pelabuhan internasional adalah tempat persinggahan dan keberangkatan kapal-kapal ke luar negeri. Dan jumlah kapal yang berada di pelabuhan juga mempunyai standar,” katanya.
Ia melanjutkan, sampai abad 19, hanya Padang menjadi pelabuhan internasional di Pulau Sumatera. Memasuki abad 20, Medan mulai menjadi pelabuhan internasional. Sedangkan di Jawa terdapat Jogjakarta, Batavia, Semarang, dan Tanjung Perak di Surabaya serta maka Makassar sebagai pelabuhan internasional, tambahnya.
Saat sekarang juga terjadi perubahan pelabuhan, ungkapnya. Ia mencontohkan, misalnya pelabuhan di Padang. Walaupun dianggap sebagai pelabuhan internasional tetapi aktifitasnya dalam skala nasional, bahkan kegiatan pelayaran nasional kurang aktif.
“Lain halnya dengan Balawan, pelabuhannya tidak ada dalam peta maritim. Dan Belawan sekarang muncul sebagai pelabuhan internasional. Dan juga terjadi pada pelabuhan di Samarinda. Setelah timur bangkit seperti China dan Jepang, fungsi pelabuhan Samarinda menjadi pelabuhan internasional,” katanya.
Ia menambahkan,saat sekarang, Pontianak, Samarinda, dan Manado menjadi pelabuhan internasional. Ini dikarenakan kapal-kapal dari Eropa dan India menuju Pulau Jawa ataupun Australia melewati Pulau Kalimantan, ungkapnya.
Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menjadikan pelabuhan nasional menjadi pelabuhan internasional.
Ia mengatakan, pertama, potensi alam atau barang yang dimiliki daerah. Potensi tersebut harus dimiliki dalam jumlah yang besar, lanjutnya. “Misalnya kapal-kapal di pelabuhan padang yang membawa batu bara. Semenjak ditemukannya batu bara di daerah lain seperti Sabang, maka pelabuhan di Padang decrease,” katanya.
Lain halnya di Samarinda, Pontianak, Manado, dan Balikpapan. Semenjak ditemukannya minyak dan kayu di wilayah ini, banyak kapal Jepang berlayar di pelabuhan ini.
Ia melanjutkan, kedua, pelabuhan yang letaknya strategis.
Ia mencontohkan,Makasar adalah tempat persinggahan kapal dari Batavia dan Surabaya menuju Philipina dan Jepang. Selain itu Makasar juga dijumpai kapal-kapal dari Balikpapan dan Manado, tambahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H