Tubuhnya sudah payah, sudah kesulitan untuk berbicara. Bila berjalan harus dibantu orang lain. Bapak ini sudah pernah mengalami serangan stroke. Sudah menjalani cuci darah kurang lebih dua tahun.
Â
Tetapi hari ini, Pak Sarwono sangat bersemangat. Sehabis cuci darah, dia bersama Pak Jarno, Pak Ngadiman, dan istri mereka, tidak langsung pulang ke rumah. Dengan menumpang mobil Pak Jimi mereka bergerak menuju Kemang. "Walau tubuh ini terasa letih, kami bersemangat menghadiri buka bersama," ujar Ibu Sarwono yang bertindak sebagai juru bicara suaminya yang tercinta itu.
Â
Ketiga pasangan suami istri yang dianggap paling senior itu, bersama pasien cuci darah lainnya di Klinik JKC (Jakarta Kidney Centger), hari Rabu (1/07/2015), mengadakan buka bersama. Mereka juga mengajak serta para dokter, suster, dan pegawai klinik lainnya. "Kami sengaja mengadakan acara ini untuk membangun rasa kebersamaan antara sesama pasien, dan juga kebersamaan dengan dokter dan suster. Kami ingin membangun hubungan kekeluargaan," ujar Toni sang penggagas ide buka puasa bersama ini.
Â
Acara di adakan di Waroeng Makan Wong Solo Kemang. Biayanya patungan sesama pasien. Yang berduit tentu menyumbang lebih banyak. "Prinsip gotong-royong. Tempat di sebuah restoran biar ada suasana berbeda," ujar Deuz salah satu donatur acara buka puasa bersama ini.
Â
Para dokter dan suster menyambut antusias acara ini. Dibuktikan dengan hadirnya dokter Riza dan dokter Asih. "Hampir semua suster hadir, baik shift pagi dan siang," ujar Suster Widya yang sering dipanggil dengan nama Butet oleh teman-temannya.
Â
"Memang beda ya. Pasien hari Rabu dan Sabtu shift siang memang heboh. Mereka kompak. Rasa kekeluargaannya tinggi. Aku salut pada mereka," ujar dr Asih.