Mohon tunggu...
Harry Wicaksana
Harry Wicaksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just chill n relax

Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elite-nya Profesi Asisten Rumah Tangga (ART) di Indonesia

9 Januari 2015   22:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:27 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14207925402045203098

[caption id="attachment_345622" align="aligncenter" width="624" caption="Asisten Rumah Tangga/ART (rnw.nl)"][/caption]

Minggu-minggu di awal tahun ini orangtua saya sedang sibuk mencari ART (Asisten Rumah Tangga), dan kami sudah “capek” dikibulin oleh “oknum” yayasan ART dengan segala kejahatan-nya. Pada akhirnya kami mendapatkan informasi dari ART tetangga rumah bahwa teman nya ada yang butuh pekerjaan, kata nya hari senin besok (12/01/15) ia akan tiba ke rumah saya untuk bekerja, beliau asal Brebes – Jawa Tengah.

Tetapi ada persyaratan dari beliau, yaitu beliau ingin membawa anaknya yang berusia 3 Tahun dan setiap minggunya minta waktu dan minta “ruang cinta” sama hubby-nya. Itu calon ART mengintrograsi Mama saya mengenai apa saja beban pekerjaan dia, kondisi rumah nya seperti apa, waktu jam istirahat, fasilitas dan yang terpenting ialah ongkos Transport Bus VIP nya disiapin!

Wuedan... benar-benar jaman sekarang profesi ART memang sangat luar biasa bonefid-nya... jauh lebih berkelas dibanding pelayan restoran, SPG, sales... ART interview majikan nya cuy!!!. ART saya sebelumnya bekerja jadi pelayan toko baju anak-anak di Pamulang Square – Tangerang Selatan gajinya cuma 750ribu, tidak dapat makan, kost, dan transport bayar sendiri. Kalau jadi ART gajinya dapat 1juta bersih/bulan di luar jajan-nya... karena semua kebutuhan sehari-hari terpenuhi dirumah mulai dari makan-nya, tempat tinggal-nya, sampai peralatan mandi, pokoknya semuanya sama seperti yang saya dan keluarga pakai hehehe... enak toh??? Jauh lebih elite kan ART jaman sekarang???

Dan salah satu berkurangnya supply ART di kota-kota besar saat ini ialah karena degradasi, just call-nya saja yaitu “pembantu” bahkan ada yang jauh lebih kasar seperti “babu/budak” L. Profesi ART di Indonesia memang meninggalkan “cacat” perjalanan hidup... mindset ini sangat kuat sekali. Mereka berasa rendah diri jika pernah bekerja sebagai ART, beda dengan pernah bekerja jadi TKW (Tenaga Kerja Wanita).

For your info guys, bahwa UMR - TKW di Malaysia itu sekitar 2juta-an dengan penuh resiko seperti diperkosa, dibunuh, dianiaya, hingga tidak digaji sepeser pun. Tetapi masih saja banyak yang minat! (((heran))). Mereka masih jauh berminat kerja penuh resiko ke negeri orang dengan gaji tidak terlalu jauh. Hmmm... padahal hanya karena gengsi panggilan saja antara “pembantu” dan “TKW”. Kalau 3 Juta TKI di Malaysia kita call back ambil saja 50%-nya saja khusus para TKW, kemudian diterapkan UMR ART 1juta/bulan di Indonesia, mungkin krisis ART akan selesai.

Kasih insentif hari sabtu or minggu (weekend) libur buat mereka agar kita menjadikan mereka layaknya “karyawan” pada umumnya bukan sekedar perhalus sebutan/panggilan saja. Saya melihat tahun ini krisis ART di kota-kota besar semakin parah... kalau tidak ada terobosan 4-5 Tahun lagi efeknya buruk buat ke-2 belah pihak. Sekarang ini “majikan” sudah tidak ada pilihan yang terbaik untuk ART-nya, pokoknya yang bersedia bekerja langsung OK!. Kondisi ini rawan penyusupan sebuah kejahatan loh guys! Kondisi ini juga dimanfaatkan oleh para “oknum” penyalur ART, dengan ini mereka sengaja mengirimkan ART yang “bermasalah” (masuk belum ada 3 hari minta pulang)... ngehek gaktuh... (pengalaman keluaraga saya).

Bahas ART di Indonesia hampir sama kasusnya seperti bahas BBM, buat apa “murah” kalau barangnya langkah??? Lebih baik mana dengan “mahal” tapi tersedia/banyak???. Jadi kasus ART di Indonesia bisa jadi PR buat Menaker ( Menteri tenaga kerja) saat ini, bahwa segera lah dibuat aturan mengenai ART agar masalah TKW juga berkurang, daripada “janji” perlindungan TKI kita yang habisin uang negara (APBN) lebih baik tarik mereka ke dalam negeri lalu berikan pekerjaan dan fasilitas yang layak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun