Dalam urusan bully mem-bully, orang Indonesia ini ialah termasuk yang lemah katanya berhubungan dengan mental kita yang sejak kecil sudah salah asuh, ataupun mental kita sebagai budak dari “penjajah” sebagai sejarah Indonesia yang kelam...
Ayo pada ngaku deh! Siapa yang waktu kecil kita sering berantem sama teman gara-gara bully-an teman yang memanggil nama kita dengan nama panggilan orangtua (bapak or ibu) masing-masing kaaan?. Saya juga tidak paham kenapa ya anak-anak Indonesia itu bisa marah-marah cuma karna teman nya manggil nama panggilan ortu-nya hehehe siapa yang mendidik seperti itu yaa...
Dari didikan sejak kecil yang salah ini rata-rata orang Indonesia lebih membiarkan Bully secara Fisik dibandingkan dengan Bully secara Verbal (perkataan). Makanya ada yang namanya perploncoan di Indonesia dan rata-rata masyarakat memaklumi misalnya seperti Ospek kampus, Mos sekolah, Ospek lembaga Institue dll. Asal jangan sampai meninggal saja (diapain saja bebas asal jangan smpai mampus).
Coba guys kita lihat pasca Indonesia merdeka sudah puluhan tahun kita masih saja tetap “santai dan legowo” saja dibully secara fisik oleh asing, mulai dari kekayaan alam nya hingga para TKI kita yang disiksa! Dan..... orang Indonesia jauh lebih marah jika dipanggil “Indon”sama negara tetangga dibandingkan melihat para TKI kita disiksa lahir batin dan dibunuh sama mereka! Iya toh?. Dan orang Indonesia lebih marah ketika Menlu (menteri luar negeri) era sebelumnya dibilang mirip pemain bokep dibandingkan dengan penyadapan-nya itu sendiri. Fakta loh yah ini!
Orang bule itu paham benar bagaimana “ngerjain” orang Indonesia agar emosi-nya meluap-luap supaya lupa akan substansi pembullyan fisik-nya itu. Kalo kita melihat sejarah Indonesia yang terjadi waktu ngadepin Perang Aceh, Belanda itu mengirimkan sang ahli untuk mempelajari bagaimana kelemahan mereka, selain memberikan rekomendasi kelemahannya kalau Ulama lah yang harus dihabisi disana (Aceh), mereka juga buat trick bully kepada ulama-nya agar cepat “emosi”. Ingat kejadian ini sudah ratusan tahun! Tapi tetap saja kelemahan ini masih menempel (kaya prangko) di orang-orang Indonesia, yaitu Lemah-nya dibully secara Verbal.
Dan sama seperti orang keturunan Arab paling “emosi” kalo anda membully Ibu/saudara perempuan mereka. Sampai dengan bunuh-bunuhan mereka pun mau. Nah kelemahan orang keturunan Arab ini dimanfaat kan benar waktu kasus Final World Cup 2006 silam, yaitu : Zidane VS Materrazi, menurut saya itu diskenariokan. Si Materrazi itu pahlawan bagi bangsa-nya (Italia) saat dia bully Zidane dengan mengatakan “Gue akan bercinta dengan your mother and sister!!!... Zidane mengamuk dan langsung Red card. Padahal kalau saat itu Zidane tidak emosi, pasti urusan-nya bisa lain ya kan? Nah pasca kejadian itu Zidane langsung pikir pensiun karena orang-orang sudah tau kelemahan-nya. Ini adalah salah satu contoh luar biasa bagaimana efek Bully bisa menjatuhkan suatu negara, Mental tempe (lemah) pasti jadi makanan empuk bangsa lain. Setelah Zidane diusir dari lapangan, apa rakyat France ikut Bully doi? Kagak berani lah... karena mereka sudah anggap doi pahlawan buat France. Jadi kualifikasi orang “hebat” versi Zidane itu masih dianggap “Local Content” oleh bangsa lain... mental masih kelas bangsal. Hehehe.
Balik lagi ke Indonesia, kalau Zidane begitu dieluh-eluhkan oleh bangsa-nya, maka orang Indonesia sudah ribut di internal ribut pula oleh orang luar. Semua balik ke masalah “mental”, rakyat kita sangat lemah menghadapi yang namanya Bully Verbal tapi excuse di masalah Bully Fisik. Kalau ada orang yang niat “bully” cukup ditanggapin 1-2 kali saja, sisanya kalo masih ngeyel niat bully cuekin saja disinilah tingkat mental dinilai. Orang yang kuat hadapi “bully” cenderung memiliki “ketenangan” mental yang memadai... dan ini modal kuat untuk menjadi pemimpin, pola didikan bule itu harus diadaptasi oleh kita, saat self confidence tinggi mereka tidak peduli yang namanya bully secara verbal karena PD (percaya diri. Orang yang mempunyai PD tinggi benci sama yang namanya bully fisik, mereka akan tegas menolak yang namanya perploncoan karena mereka menghargai diri sendiri. Percaya atau tidak bedanya lawakan Indonesia dan lawakan bule disana? Ini juga menjadi “pembeda” masalah mental bangsa kita loh! Orang bule buat Stand-Up Comedy itu rata-rata untuk jadi bahan “tertawan” saat Comics berusaha buat lelucon untuk bully orang lain... mental top! Coba lihat lawakan Indonesia, jadi bahan lucuan kalo sukses bully fisik pelawak lain, modal aneh, nyiksa, pukul-pukulan masih jadi favorite.
Bangsa Indonesia ini saya jamin sebenarnya sangat hebat disegala bidang cuma karena masalah MENTAL saja yang sangat lemah... Trust me!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H