Mohon tunggu...
Sofyan Siroj
Sofyan Siroj Mohon Tunggu... -

Alumni KMI Gontor dan al Azhar Kairo Mesir silahkan kunjungi www.sofyansiroj.com untuk saling belajar memahami

Selanjutnya

Tutup

Politik

Valentine, Hari Kasih Sayang yang Semu

13 Februari 2014   05:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392244760662559369

Bulan Februari seolah menjadi bulan yang istimewa dan penuh cinta lantaran kehadiran hari Valentine (Valentine’s Day) yang jatuh pada tanggal 14 Februari . maka tak heran jutaan muda-mudi sampai dewasa merayakannya dengan suka cita. Mereka saling memberikan kartu ucapan dan hadiah, seperti bunga, boneka dan coklat. Para pelaku bisnispun menarik keuntungan dari dari perayaan ini dengan menjual produk dan pernak-pernik Valentine.

Menjadi tanda tanya besar bagi kita, apakah mereka tidak mengetahui asal usul dari hari Valentine dan hanya ikut-ikutan tren? Padahal, negara kita merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Penduduk yang seharusnya semangat dalam menampilkan syariat Islam, justru menjadi rancu dengan kahadiran hari Valentine yang membudaya.

Perayaan Seks

Sejak ribuan tahun, bangsa Romawi yang mempergunakan penanggalan tahun Masehi menetapkan bulan Februari sebagai bulan cinta dan kesuburan. Cinta di sini bukanlah dalam artian kasih sayang melainkan lebih dalam pemahaman hubungan seks. Dalam kosa kata Barat istilah “Love” lebih menunjukkan “seks” ketimbang kasih sayang. Istilah “Making Love” berarti hubungan kelamin, bukan kasih sayang yang memiliki istilah tersendiri dalam kamus Barat yaitu “Affection”. oleh sebab itu, sejak dahulu kala, bulan Februari merupakan bulan yang ditunggu-tunggu orang-orang pagan Romawi untuk mencari pasangan baru secara resmi, walaupun tiap hari mereka juga tebiasa berganti-ganti pasangan.

Perayaan seks di bulan Februari mencapai puncaknya pada pertengahan bulan dalam sebuah upacara yang disebut Lupercalian Festival yang berlangsung pada tanggal 13-18 Februari, dimana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Pada upacara ini, pendeta tertinggi pagan Roma menghimpun para pemuda dan pemudi untuk mendatangi kuil pemujaan. Mereka dipisah dalam dua barisan, sama-sama menghadap altar utama. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran-lembaran kecil. Satu lembaran kecil hanya boleh berisi satu nama. Lembaran-lembaran yang berisi nama-nama perempuan muda itu dimasukkan kedalam suatu wadah.

Setelah itu, masing-masing pemuda dipersilahkan untuk mengambil satu lembaran nama yang sudah diacak. Setiap nama yang diambil harus menjadi kekasih pemuda tersebut dan berkewajiban melayani segala keinginan pemuda ini selama satu tahun hingga Lupercalian Festival tahun berikutnya. Tanpa ikatan perkawinan, malam menjelang tanggal 14 Februari hingga malam menjelang tanggal 15 Februari, di seluruh kota para pasangan tersebut merayakan Making Love Day alias Malam Kemaksiatan.

Setelah itu, pada tanggal 15 Februari para pemuda mengambil satu lembar kulit kambing yang sudah disembelih sebagai persembahan kepada Dewa Lupercalia dan berlari di jalan-jalan kota sambil diikuti oleh para gadis. Jalan-jalan kota Roma meriah oleh teriakan dan canda tawa para muda-mudi. Para perempuan berlomba mendapatkan sentuhan kulit kambing terbanyak dan yang pria menyentuh gadis sebanyak-banyaknya. Mereka meyakini bahwa kulit kambing tersebut mampu membuat mereka bertambah subur, bertambah muda dan bertambah cantik.

Valentine

Valentine’s Day konon berasal dari kisah hidup seorang santo (orang suci dalam Katolik) bernama Santo Valentinus yang rela menyerahkan nyawanya demi cinta orang lain. Ada beberapa versi tentang kisah Santo Valentinus. Versi pertama menceritakan bahwa St Valentinus merupakan seorang Katolik yang dengan berani mengatakan di hadapan Kaisar Cladius II yang berkuasa di Roma bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan menolak menyembah Dewa-Dewi orang Roma. Kemudian Kasar marah dan memasukkannya ke dalam penjara. Orang-orang yang bersimpati pada St Valentinus diam-diam menulis surat dukungan dan meletakkannya di depan jeruji penjara.

Versi kedua, menceritakan tentang ambisi Kaisar Cladius II yang menginginkan kerajaannya kuat dan tak terkalahkan. Oleh sebab itu diperlukan tentara berupa pemuda yang masih suci dan belum pernah menyentuh wanita. Maka Kasarpun mengeluarkan larangan bagi pemuda untuk menjalin hubungan dengan wanita. Akan tetapi dua tokoh gereja yaitu Santo Valentinus dan Santo Marius menentang peraturan ini. Mereka dengan diam-diam menikahkan pasangan yang ingin menikah. Karena perbuatan mereka ini, Kaisar memerintahkan agar keduanya dipenjara dan menjatuhkan hukuman mati. Dalam versi ini, slama di penjara, St Valentinus jatuh hati pada anak seorang sipir. Anak gadis sipir inipun jatuh hati kepadanya. Sang gadis sering mengunjungi Valentine hingga ia dihukum mati.

Hari Valentine yang sekarang banyak dirayakan di berbagai belahan dunia esensinya tidaklah jauh berbeda dengan Lupercalian Festival, pada kedua perayaan ini antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim bercampur baur dan berpesta pora dengan segala jenis kemaksiatan yang ada. Kedua perayaan ini mengatasnamakan cinta dan kasih sayang yag sesungguhnya hanyalah kedok belaka dari apa yang dinamakan nafsu syahwat. Jika sekarang hari Valentine dikemas apik, bertabur coklat, boneka, kartu ucapan dengan segala pernak-perniknya. Maka hal tersebut merupakan kreasi dari para kapitalis yang menjadikan ritual paganis tersebut menjadi ritual bisnis bagi mereka. Sudah menjadi jelas, bahwa hari Valentine merupakan salah satu bentuk kejahiliahan modern. Bagi yang tetap merayakannya, apapun alasan dan dalihnya, maka dia telah melakukan suatu kebodohan (al-Jahl) dan tidak salah kalau mereka kita sebut sebagai kaum jahiliyah.

Hari Valentine dengan segala pernak-perniknya sesungguhnya tidak lepas dari arus utamakonspiratif yang hendak menghancurkan ketauhidan seperti yang diajarkan sejak Nabi Adam as hingga Muhammad Saw. Dalam pergerakan, terdapat suatuistilah yang disebut Ghazwul Fikri (Perang Invasi Pemikiran). Perang ini ini sama sekali tidak mengucurkan darah, tidak merusak bangunan, tidak ada ledakan atau letusan senjata api. Namun, perang ini memiliki daya hancur yang lebih dahsyat dan mematikan ketimbang perang konvensional. Serangan ini bertujuan agar otak dan hati manusia berubah sehingga menjadi manusia-manusia yang tunduk pada orang atau pihak yang mengendalikannya.

Dalam Protokolat Zionisme yang secara resmi dijadikan agenda bersama gerakan Zionisme Internasional, terdapat butir-butir strategi tentang perang pemikiran ini. Dalam beberapa pasalnya disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan digunakan sarana-sarana seperti minuman keras, narkotika, pengerusakan moral, seks, suap dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk menghancurkan norma-norma nilai kesusilaan masyarakat (pasal 8). Dalam pasal lainnya disebutkan bahwa pemuda harus dikuasai dan menjadikan mereka budak-budak konspirasi dengan jalan penyebarluasan dekadensi moral dan paham yang menyesatkan (pasal 24)

“Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kamu tetap mengikuti mereka.”(HR. Bukhari)

(*ES)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun