Mohon tunggu...
Khoyriyah Asadah
Khoyriyah Asadah Mohon Tunggu... Guru - Seorang wanita yang selalu bahagia.

Hidup ialah tempat untuk berencana dan mengimplementasikan. Kesuksesan ialah berhasil mengimplementasikan rencana untuk kebahagiaan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintihanku

27 September 2014   01:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cucu, kau pasti menderita ketika lahir di bumi pertiwi ini
Langit tak lagi biru, Laut ? apa lagi ?
Pepohonan tak lagi ciptakan oksigen-oksigen kehidupan.
Tak ada sawah-sawah yang di tumbuhi padi lagi.
Tak sempat manusia-manusia biadap kini memikirkan mu.
Cucu oh cucu,
maafkanlah manusia manusia biadap itu
yang saat kau lahir sudah menjadi tanah.
Maafkan cu, maaf.
Kelak kau lahir tak ada jaminan-jaminan kesehatan,
jaminan - jaminan sekolah (lagi)
Manusia-manusia biadab tak punya hati itu telah memakan uang rakyat yang kelak untukmu cu, penebangan hutan besar-besaran,
banjir besar-besaran yang gila mewarnai berita media massa.

Cucuku, janganlah menangis jika kelak air bersih telah tiada,
karena telah tercampur dengan limbah-limbah yang tercipta saat ini.
Sungguh cu, aku kasihan pada kalian.

Aku sayang pada kalian.
pada sajak ini ku curahkan kekesalanku cu,
Cucu-cucuku siaplah tempur menahan hidup !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun