Mohon tunggu...
Nunut Sihombing
Nunut Sihombing Mohon Tunggu... -

I'm Just Another Man Who Searching for a Better Way.. ^♥^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Pasti Bayar Hutang

3 Juni 2010   06:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:47 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mereka bercumbu dengan penuh nafsu

Gairah menerjang segala galau

Demi satu hal yang dituju

Agar terciptanya Seorang Aku

Mereka adalah Ayah dan Ibuku

Terima kasih untuk segala daya dan upayamu

♥ Aku berhutang padamu ♥

Tiba-tiba Aku terjaga dari tidurku

Lalu menoleh, meraba ke kiri dan kananku

Segalanya terasa hampa nan gulita

Seutas benang melilit sekujur tubuhku

Kurasakan bisikan lembut di telingaku

"Engkau berada di rahim Ibumu"

Terima kasih telah menyadarkanku

♥ Aku berhutang padaMu ♥

Setelah dua ratus tujuh puluh hari berlalu

Aku jenuh dengan suasana di kantong itu

Hatiku bertanya ada apa diluar sana?

Aku ingin dan akan segera kesana

Di dalam kekalutan, bisikan itu kembali menyapa

Menjawab semua tanya

Terima kasih telah menjawabku

♥ Aku berhutang padaMu ♥

Ketika Aku hendak menerobos lendiran beriak

Bisikan itu berubah seketika menjadi teriak

“Apa Kau bisa hadapi segala suka dan duka di luar sana??“

“Apa Kau siap mengikuti segala aturanKu?”

Ku jawab: “Dengan Engkau bersamaku, Aku siap, Aku bisa!!“

“Maka, pergilah, Aku akan selalu bersamamu“

Terima kasih telah bersamaku

♥ Aku berhutang padaMu ♥

Seliter darah dan teriakan histeris menyambut hadirku

Tangiskupun memecah kesunyian malam itu

Siapa Aku? Dimana Aku? Apa itu?

Sepasang tangan menimang dan meraihku dipelukannya

Lalu dengan kecupan dan bisikan lembut berkata padaku:

“Anakku.. Ini Ibumu“

Terima kasih Ibu, telah melahirkanku

♥ Aku berhutang padamu ♥

Waktu demi waktu berlalu

Aku garang, cemerlang, kokoh di hantam gelombang

Namun seketika aku jatuh, layu, ragu, tak menentu

Ya, Aku telah jadi manusia, bukan orok dalam kantung indung

Aku telah beranjak dewasa, di bekali anugerah baru

Maka Aku hidup, bertumbuh dan berkembang

Terima kasih Ayah dan Ibu, telah membesarkanku

Terima kasih Tuhan, telah menjadi kepercayaanku

♥ Aku berhutang pada mereka, padaMu ♥

Dua puluh empat tahun telah berlalu tanpa terasa

Semuanya terlewatkan dengan hal yang sia-sia

Hidup sesuka hatiku, mengabaikan Ayah dan Ibuku

Melupakan segala aturan Tuhanku, semua hutangku

Hingga denyutan sakit tak tertahankan itu hinggap di kepala

Rasa yang seketika menghentikan segala mimpi dan asa

Terima kasih Ayah dan Ibu, telah merawatku dan segala sakitku

Terima kasih Tuhan, telah mengingatkanku

♥ Aku pasti bayar hutangku ♥

Ibu..

Dengan apa Aku mengganti tumpahan darahmu kala melahirkanku?

Dengan apa Aku membalas ribuan tetes air susumu?

Terima kasih untuk darah dan air susumu

♥ Aku berhutang padamu ♥

Ayah..

Dengan apa Aku mengganti peluh tubuhmu demi butiran nasi di pingganku?

Dengan apa Aku membalas indahnya lagumu penghantar tidurku?

Terima kasih untuk peluh dan nyanyianmu

♥ Aku berhutang padamu ♥

Tuhanku..

Sebelum denyutan ini mencabut nyawaku

Izinkan Aku membahagiakan Ayah dan Ibuku

Membayar kepada mereka sebahagian dari hutangku

Terima kasih telah memberiku waktu

♥ Aku berhutang padaMu ♥

Tuhanku..

Dengan apa Aku membalas semua semua berkat dan mujizatMu?

Bilakah Engkau memberiku waktu untuk menggenapi janjiku padaMu?

Maka Aku memohon padaMu melepaskan kuk ini dari pundakku

Agar Aku mampu menjalankan dan memberitakan segala AturanMu

Terima kasih atas segala sesuatu dari padaMu

♥ Aku berhutang padaMu ♥

Tuhanku..

Aku pasti bayar walau hanya dengan suara gitar

Aku pasti genapi janji walau hanya dengan bernyanyi

Karena hanya itu kini yang kumiliki

Hasrat melayaniMu dengan sepenuh hati

Terima kasih telah selalu besertaku

♥ Aku pasti bayar hutangku ♥

Jerit Hati Seorang Pesakitan

Nunut Sihombing

Mohon Doa nya ya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun