Mohon tunggu...
Nunut Sihombing
Nunut Sihombing Mohon Tunggu... -

I'm Just Another Man Who Searching for a Better Way.. ^♥^

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nasi - Bubur - Tinja (Nasi) Nyummii..

29 Mei 2010   07:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:53 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saat itu, saya sedang enak-enaknya tiduran di sore menjelang malam hari. Tiba-tiba saya terbangun karena terkejut mendengarkan sorakan dari sekumpulan orang yang sedang menyaksikan pertandingan sepakbola antara Indonesia Vs Oman. Teriakan yang membangunkan saya itu bukanlah teriakan histeris untuk merayakan gol Bambang Pamungkas, Boas Salossa ataupun Budi Sudarsono ke gawang Oman, melainkan teriakan caci-makian terhadap timnas atas bobolnya gawang Markus Horrison oleh tendangan Ismail Sulaiman. Seantero negeri ini pun mengumpat. Di tambah lagi, seorang supporter, Henry Mulyadi dengan gagah berani memasuki lapangan, merebut bola dan lolos dari 'pengawalan' Boas salossa, menggiring dan menembakkan bola ke gawang Ali Al Habsi, suasana di rumah pun semakin bergemuruh. Semua tertawa, terbahak menyaksikan kejadian unik dan memalukan itu. Seandainya saja teriakan, riuh gemuruh dan histeria itu di lakukan untuk merayakan kemenangan Indonesia, mungkin Henry Mulyadi tidak akan pernah menjadi Bintang Tamu dalam acara talk show Interaktif di TV Swasta, mungkin saja Benni Dollo akan tetap melatih Timnas hingga saat ini, atau mungkin saja Boas Salossa tidak akan mangkir dari panggilan Timnas. Tapi, apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, bubur itu pun di nikmati dan kemudian terurai menjadi Tinja. Mustahil mengembalikannya menjadi 'Nasi' (Huueekss).. Intinya, prestasi persepakbolaan Nasional sudah semakin merosot. Boleh dikatakan, ibarat sebuah judul lagu dari Alter Bridge: Down to My Last!! Ya, jatuh kepada sebuah keterpurukan yang paling dalam. 250 Juta jiwa rakyat Indonesia pun menyerang Otoritas tertinggi Persepakbolaan Indonesia, PSSI. Jutaan hujatan, caci-makian pun tertuju pada satu nama; Nurdin Halid, orang nomor satu di PSSI yang dinilai tidak layak memimpin PSSI. Apa yang dialami oleh Timnas ini pun menarik perhatian banyak kalangan. Mulai dari sebuah tenda tongkrongan di pinggir jalan, gedung DPR hingga Istana Negara. Presiden pun menginstruksikan agar di gelarnya sebuah Kongres Sepak Bola Nasional. Tujuan/temanya mendasar, Memperbaiki Mutu Persepakbolaan Nasional!! Banyak kalangan juga mendikte, bahwa Kongres ini di agendakan untuk melengserkan sang 'terpidana', Nurdin Halid. Pro dan Kontra pun bermunculan. Ada yang mendukung, dan tidak sedikit pula yang menolak. Kongres diprediksi banyak orang akan melahirkan butir-butir yang hal kiranya dapat meningkatkan mutu persepakbolaan Indonesia. Kongres diharapkan akan meahirkan sistem baru pelaksanaan kompetisi Sepakbola Indonesia, Undang-undang baru dalam peraturan persepakbolaan Indonesia. Akan tetapi, apa yang terjadi, Kongres yang digadang-gadang akan melahirkan perubahan besar-besaran pun hanya melahirkan 7 butir yang membuat banyak kalangan pecinta sepakbola kecewa. Kongres 'hanya' melahirkan 7 butir rekomendasi KSN: 1. PSSI perlu segera melakukan reformasi dan restrukturisasi atas dasar usul, saran dan kritik serta harapan masyarakat dan mengambil langkah-langkah konkret sesuai aturan yang berlaku untuk mencapai prestasi yang diharapkan masyarakat. 2. Perlu adanya pembangunan dan peningkatan infrastruktur olahraga khususnya sepakbola. 3. PSSI perlu meningkatkan komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi dengan seluruh stakeholder, terutama KONI dan Pemerintah. 4. Dilakukan pembinaan sejak usia dini melalui penanganan secara khusus melalui pendekatan IPTEK, dengan melibatkan tim yang terdiri dokter, psikolog, pemandu bakat dan pakar olahraga dan perlu segera disusun kurikulum standar nasional untuk penyelenggaraan Sekolah Sepakbola, PPLP, dan PPLM Sepakbola. 5. Metode pembinaan atlet pelajar/muda agar juga memperhatikan pendidikan formalnya 6. Pemerintah menyediakan anggaran dari APBN dan APBD untuk mendukung dan menunjang target dan pencapaian sasaran untuk menuju prestasi (karena dana APBD masih dibutuhkan untuk stimulan). 7. Perlu segera disusun dan dilaksanakan program pembinaan prestasi yang fokus kepada pembentukan tim nasional untuk menjadi juara dalam SEA Games 2011. Ketujuh rekomendasi itu dinilai memble. Apa yang digadang-gadang akan terjadi (Pergantian Kepemimpinan) sama sekali tidak di agendakan. Padahal, selama ini, Para pemerhati sepakbola Nasional, mantan Pemain Timnas, penikmat sepakbola hingga orang awam yang hanya sebatas naksir sama Bambang Pamungkas pun tahu bahwa Persepakbolaan Indonesia sedang mengalami Krisis, yaitu Krisis Kepemimpinan. Nurdin Halid beserta 'antek-anteknya' masih bisa jumawa duduk di tampuk struktural kepemimpinan PSSI, yang dalam kegagalannya seolah berkata: "Yaaah, apa boleh buat.. Nasi sudah menjadi bubur,bubur itulah yang kita nikmati ala kadarnya dan sudah terurai menjadi tinja, mustahil mengembalikannya menjadi butiran nasi untuk kita nikmati ulang.." (Hueeekksss.. Hahahaa). Yang lebih disesalkan oleh berbagai pihak, anggaran dana yang dimiliki oleh PSSI sangatlah fantastik. nggaran PSSI tahun ini mencapai Rp56 milliar. Dari total anggaran tersebut, Rp33,6 miliar digunakan untuk menghidupi tim nasional (timnas) senior, yunior, juga wanita. angka sebesar itu dinilai mubazir untuk Timnas mengingat, taksatupun prestasi yang didapat oleh Timnas. Wajar jika seorang The Jak Mania menyeletuk kepada Ponaryo Astaman: "Hehh jagoan.. Loe tuh taunya ape sih? Padahal loe udah berguru 3 bulan ke Britania, adik-adik loe U-18 udeh dua taon di Urugue sono. Ape nyang loe dapat? Kagak adee!! Mending loe berguru silat tuh ame engkong gue, si Pitung, biar di ajarin silat loe, biar ntar kalo ade  musuh tuh di lapangan, loe nya bisa  menang kalo berantem. Kan emang loe kerjanye berantem mulu.." (Hahahahaa).. Yaah, apapun itu, Nasi sudah menjadi bubur, bubur itulah yang telah kita nikmati pula, dan telah terurai pula menjadi Tinja.. apa mungkin kita mengembalikannya menjadi Nasi?? (Apa bisa ya?? Kira-kira kalau ada nasi hasil 'fermentasi' tinja, siapa yang mau makan? Di kasi ke para Koruptor, mafia dan Penjilat di tubuh PSSI kali ya? Hahaha). Ya, demikianlah cerita mengenai Nasi yang udah 3 kali berubah Wujud, dan sedang diusahakan kembali berubah menjadi seperti semula. (Hahahaha) Tulisan ini saya tulis berdasarkan pandangan dengan mata jernih terhadap Perkembangan sepakbola Indonesia yang kita cintai ini. Tanpa ada rasa dengki maupun provokasi, murni dari hati. Inilah sebuah suara hati yang merindukan prestasi. Terlebih dalam persepakbolaan. Karena sungguh ironis, sebuah bangsa sebesar Indonesia tidak bisa berbicara banyak di kancah persepakbolaan Internasional. Mohon maaf bila ada kekurangan dalam penulisan. Majulah persepakbolaan Indonesia, Stop Rasisme, Anarkisme, mari memburu Goal sebanyak-banyaknya. Hidup Indonesia, suatu saat (Jika Tuhan izinkan saya untuk hidup lebih lama) saya ingin melihat generasi anak-cucu saya mengangkat sebuah trofi, Trofi Piala Dunia, entah kapan, semoga.. Salam Indonesia, Nunut HoLong Martua Sihombing Teringat sepakbola, aku terinspirasi dari kekalahan memalukan dalam pertandingan futsal melawan junior-junior kami, Eko Gio Prasetyo, Monang Oncit Daniel, Juned Galemot, Novel Franz Ombing, Meka Pikun Anak ni si Karolan, Achonk' Tibet Cina Balengkong, Soni Patikawa, dan lain-lain.. Tunggu pembalasan kami ya. Hahaha..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun