Mohon tunggu...
Kamil Alfi Arifin
Kamil Alfi Arifin Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda kampung yang ingin terus belajar dan sekolah setinggi-tingginya, sukses dan bisa berbagi pada sosialnya. Karena hanya mereka yang suka berbagilah yang "kaya". Lahir di Madura, pernah nyantri di Al-Amien, sekarang hijrah dan kuliah di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Kamarku III

21 September 2012   15:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:02 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sekerat kesunyian di kamarku tak pernah habis. Sudah bertahun-tahun, bahkan sudah tak terhitung aku mengisi ulang galon air mineral, mengganti biji obat nyamuk elektrik, dan pengharum ruangan. Kesunyian seperti batu, tak berkurang, ia diam, kadang keras kepala.

Dalam kesunyian aku melihat semua. Aku melihat bangsaku berjalan penuh kecurangan-kecurangan, tapi tak ada yang mampu menyetopnya. Sebagian orang yang menyelamatkan, kulihat, terlempar ke dalam kamar keterasingannya sendiri. Sebagian yang lain, kulihat, membangun istana-istana kecil kepunyaan masing-masing.

Aku melihat agama(ku) didandani dengan kepentingan-kepentingan. Di bawa ke salon, dibawa jalan-jalan ke mall-mall,di bawa masuk ke partai-partai politik, mereka bilang islam itu universal dan memberi rahmat kepada yang lain. Islam harus mewarnai semua.Oh, betapa mulianya tuan!

Tapi kita melihat keadaan tak berubah. Kita curiga dan bertanya: di zaman yang mengunggulkan wajah, hati terselip dan ditinggal di rumah, sementara wajah agama berjalan dimana-mana, kemana-mana. Wajah agama yang berjalan kemana-mana tanpa hati itu, diganti oleh hatinya siapa? Hatinya para munafik atau para maling?

Kesunyian di kamarku tak pernah habis. Sudah bertahun-tahun, bahkan sudah tak terhitung aku mengisi ulang galon air mineral, mengganti biji obat nyamuk elektrik, dan pengharum ruangan. Apakah kesunyian memang seabadi pertanyaan-pertanyaan?

Jogja, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun