Mohon tunggu...
Sayeed Kalba Kaif
Sayeed Kalba Kaif Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan” (QS. Adz-Dzariyat:7)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

WN Palestine Lahir di Arab, Kuliah di USA, Kerja di Saudi Tapi Sekarang Pegang Paspor USA

31 Januari 2015   14:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:03 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

susieofarabia.wordpress.com/compund in jeddah Tadi saya baru saja ngobrol-ngobrol dengan orang Arab keturunan Palestine,orangnya masih muda baru usia 26tahun, namanya sebut saja MR.Mahmood badannya nggilani bayangkan saja berat badannya mencapai 120kg,tapi orangnya baik dan welcome serta tidak sombong. Sudah ketebak,Mr.Mahmood ini nasibnya seperti para pengungsi negara yang dilanda perang(persona-non-grata),macam Palestine dan Burma/Myanmar,beliau lahir di Saudi Arabia,sekolah juga di Saudi Arabia,hanya saja beliau tidak sekolah di sekolah negri milik Pemerintah Saudi yang gratis,tapi beliau menempuh pendidikan di sekolah International kurikulum USA,sejak setingkat SD-hingga setingkat SMA,sudah pasti biayanya mahal,untuk yang setingkat SD saja kata beliau perbulan harus bayar 3000 sr/@ 1sr=3500 rupiah-an. Mengapa beliau tidak dimasukan sekolah milik pemerintah Saudi yang gratis?kata beliau karena bapaknya menghendaki agar dia bisa lancar bhs Inggris dan memang di planing kedepannya untuk bisa kuliah di USA. Benar juga akhirnya Mr.Mahmood bisa juga kesampaian cita-citanya kuliah di USA-tepatnya di negara bagian Texas ,beliau menempuh pendidikan di Texas selama 5tahun dan kini beliau kembali ke negara dimana beliau dilahirkan. Ayah MR.Mahmood sendiri adalah pemborong bangunan di Saudi Arabia dengan pendapatan bisa mencapai 25rb sr/bulan,tak heran mampu menyekolahkan anaknya sampai ke USA. Ketika saya tanya mengapa beliau memilih pulang dan kerja di Saudi Arabia?kata  beliau karena ayahnya sudah sepuh sudah mencapai usia 70Thn,jadi kasihan saja dan saat ini beliau bekerja sebagai engeneering di perusahaan Chemical di Jeddah dengan gaji 8rb sr/bulan. Tadinya saya berfikir gaji beliau mencapai puluhan ribu riyal,tapi beliau menyatakan memang dia lahir di Saudi Arabia,hanya saja statusnya tetap Warga Negara Asing/Palestine,bahkan sampai matipun tetap WN Asing. Hukum di Saudi Arabia memang beda lebih mengutamakan dari garis keturunan laki-laki,kalau laki-laki tersebut WN Asing,walau istrinya Saudi,status anaknya tetap WN Asing,kecuali dengan alasan tertentu atau bisa menjadi WN saudi tapi dengan proses yang panjang dan rumit. Sementara bagi kaum wanita asing lebih mudah menjadi WN Saudi asal bersuamikan  Laki-laki WN Saudi,apalagi jika sudah punya anak,makin mudah untuk menjadi WN Saudi. Maka dari itu,seperti kasus Mr.Mahmood ini,beliau baru saja menyatakan bahwa sejak 6bulan yang lalu sekarang memegang paspor USA,dengan memegang paspor USA maka jika melamar kerja di Saudi Arabia maka standar gajinya ala orang Amerika/USA/Barat gajinya gede-gede. Beda jika masih pegang paspor Palestine walau tamatan USA,tetap saja bergaji ala  standar pekerja dari kawasan timur tengah.memang Saudi Arabia membedakan gaji expatriats berdasarkan asal negaranya,ada grade A,grade B..grade C(kira-kira begitulah). Mungkin TKI Indonesia masuk std gaji grade C kali,selevel negara berkembang lainnya..hehehe..tak heran jika orang semacam Mr.Mahmood dengan alasan ekonomi dan masa depannya rela melepas WN Palestine-nya. Kecuali negara Palestine sudah merdeka secara penuh dan lepas dari cengkraman Israel,beliau berminat untuk pulang ke negri leluhurnya/Palestine. Ketika saya tanya mengapa tidak menikah saja dengan gadis USA?kata beliau berminat juga menikah dengan gadis USA,hanya saja harus yang seiman-syukur masih berdarah Arab,agar lebih mudah dalam membina rumah tangga,begitu alasannya. Tapi walau Mr.Mahmood saat ini menjadi WN USA,yang bekerja di Jeddah,beliau memilih tempat tinggal/ngontrak rumah di daerah biasa saja,maksudnya tidak tinggal di Compound seperti umumnya warga negara USA yang memang lahir dan besar di USA dan bekerja di Saudi Arabia. Ya bisa dimaklumi juga dan sedikit aneh,pada dasarnya jiwa dan raga beliau bisa jadi masih merasa sebagai penduduk Jeddah-dimana beliau lahir dan dibesarkan hanya saja secara administrasi demi kemudahan dan masa depan.Mr.Mahmood lebih memilih menjadi WN USA,hanya dengan berbekal pernah kuliah di USA. Tapi untuk bisa kuliah di USA kan tidak mudah dan perlu uang yang banyak,hanya orang -orang pilihan yang bisa kuliah di USA,selain itu jika sudah sampai di USA lebih mudah bagi yang bersangkutan untuk menjadi WN USA,seperti contohnya asal lahir di USA saja walau orang tuanya WN asing anak tersebut sudah diakui menjadi WN USA(begitu yang pernah saya baca),atau cukup bertempat tinggal lebih dari 3thn bisa mengajukan atau pegang paspor USA(dari pengakuan Mr.Mahmood-benar salahnya mhn dikoreksi). Satu lagi bisa jadi daripada tidak jelas status kewarganegaraanya(karena negara palestine masih konflik perang),makanya orang tua Mr.Mahmood mati-matian menyekolahkan anaknya di USA,minimal  anak dan keturunannya nantinya punya Tanah Air,soalnya untuk tembus menjadi WN Saudi Arabia memang sulit sekali. Tapi walau Saudi Arabia sulit menerima warga Asing untuk menjadi WN Saudi,pemerintah Saudi Arabia berbaik hati,menerima mereka orang-orang yang negaranya terlibat konflik bisa tinggal dan bermukim di Saudi Arabia,sampai sepuasnya mereka mau tinggal,bahkan sampai mati sekalipun boleh saja asal secara legal. Ya mau dideportasi kemana-orang Palestine dan Burma(baca barma),jika mereka tidak tinggal di Saudi Arabia,negaranya penuh dengan konflik akibat kerakusan Isarel yang didukung oleh barat. Selain warga Palestine,warga Suriah juga banyak yang menetap dan tinggal di Saudi Arabia.begitupun orang Takroni/Chaad bayak dijumpai di Jeddah dan Makkah. Itulah ragam kehidupan Manusia, dimana akhirnya mereka terdampar selamanya dinegara orang,apapun bumi ini milik Allah..kita hanya numpang saja dan dihisab nanti amalnya pada akhirnya.tapi tetap saja bersyukurlah bagi yang mempunyai status WN,baik buruk jika aman dan damai negara tersebut kita wajib berbangga,termasuk berbangga menjadi WNI,karena diluar sana banyak orang yang akhirnya menjadi pelarian/pengungsi karena konflik dinegaranya. Yang bagus itu macam negara Yaman asal bisa membuktikan,dianya berdarah Yaman maka bisa menjadi WN Yaman(pernah saya dengar),begitupun China kalau tidak salah menganut sistem macam tersebut. Wassallammah..!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun