Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Meneropong Kebahagiaan

19 Maret 2015   01:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14267028381154312019

Ujung malam, ketika sunyi dan rindu saling menikam, saling berebut pelukan malam, bahkan saling memaki satu sama lain hingga rupanya keduanya tak pernah akur bersanding di malam yang begitu kelam. Kepala yang tak pernah lelah memberontak, mencari jawab atas kesukaran pertanyaan hidup hingga membentur sang batin, kesan-kesan yang didapat hanyalah suatu kehampaan yang kerap memperlambat esok datang.

Mancari-cari sebuah ketenangan dengan mengumbar segala matari hanyalah kepastian yang sifatnya hanya sementara, tidak lebih dari sekedar kata rugi, rugi karena teralu pongah dimanjakan oleh sesuatu yang ber'angka. Bahasa yang kerap sekali digunkan setiap hari hanyalah sebagian dari sebuah drama yang sebetulnya itu lebih menyakitkan daripada kita harus direndahkan. Iya drama, kadang kita hebat memaikan drama untuk menutupi kegelisahan.

Tak usah terlalu keras menyembunyikan luka, tak usah menjerit hanya karna banyaknya perban pada jiwa. barangkali, beberapa orang menjadi kuat karna mereka mau mencicipinya rasanya ombak kehidupan. Bukankah setelah tertabrak berbagai karang kehidupan, jatuh dalam banyak jurang kehidupan, kemudian jiwa bisa pulang dengan tenang?

Tak ada alasan logis lagi, ketika kesenjangan antara harapan dan kenyataan selalu berdampingan dengan kita, waktu yang begitu cepat berlari kencangpun takan bisa merubah keadaan, dunia yang konon berputar kadang di atas kadang di bawah, tetap tidak akan merubah keadaan, bahkan upaya merubah sikap atau tingkah lakupun tetap saja kehidupan hanyalah perkara kesenangan yang sebentar. Lantas apa yang mesti diperbaiki agar kehidupan yang kumuh ini menjadi tempat kebahagiaan?

Seringkali cara pandang kita tentang hidup ini masih monoton, atau dengan kata lain kita sering menggunakan kacamata umum alias hanya kata orang titik, bukan kata hati yang sebenarnya itu adalah pilihan pasti. Kacamata pandang yang sering kali kita gunakan untuk meneropong kebahagiaan merupakan kacamata usang yang harus kita buang-buang jauh-jauh. Cobalah untuk belajar merubah cara pandang, tak perlu gunakan tafsir-tafsir rumit, cukup dengan melihat dunia ini dengan sudut pandang yang berbeda dengan dalih-dalih orang lain, karna akar dari semua masalah terletak pada cara pandang kita, bukan masalahnya tetapi bagaimana kita mempersepsikanya.

Untuk merubah cara pandang, tentulah tak semudah membalikan telapak tangan, selalu ada proses, tetapi kufikir, pencarian kebahagiaan hidup ini tak semustahil menaruh lautan dalam cawan, sebab sebagaimana adanya jiwa akan kembali pulang dengan tenang manakala kita dapat merevisi semua cara pandang kita kepada dunia.

Penghujung malam
resapilah secuil narasi ini
sebuah narasi sederhana
yang tak begitu megah untuk dibaca
tak begitu menarik untuk di tilik
narasi kecil yang ditulis dengan tangan yang sakit

Semoga
dengan begitu cara pandang diubah
semuanya akan terlihat indah

------------------------------------

sumber : photo
19/03/2015

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun