Entah, sentuhan atau bisikan dari mana, ketika sepulang dari rumah teman, saya lasung terpacu untuk membaca-baca artikel di kompasiana. tak lupa saya melirik sebelah kanan, tepatnya pada kolom TA. di kolom TA tersebut nampak judul artikel "Anaku Mulai Merokok". agak ragu juga jika saya buka artikel tersebut, tetapi rasa sekeptis, rasa penasaran tak bisa bohong. bahwa sebenarnya saya ini perokok berat, ya ga berat-berat amat sih, hanya kurang lebih satu bungkus dalam sehari. maksudnya berat di sini adalah rokoknya, rokok malboro rasanya lebih berat di tenggorokan ketimbang rokok mild. nahh di dalam artikel tersebut banyak pesan-pesan penting, nasihat persuasif yang mendorong saya berfikir lebih lama, mengingat-ingat tentang bahaya merokok, merefleksi dan membuat pertanyaan sendiri : "Kenapa susah sekali berhenti Merokoooook ?" .
Saya katakan : karena Merokok setelah makan itu ibarat pesta sederhana pasca kemenangan
Bahkan ketika rokok sudah menjelma menjadi teman sehari-hari atau kiranya dapat menjadi penghibur pelipur lara hati, seringkali dengan merokok sedikit membantu untuk keluar dari labirin kegelapan atau dengan kata lain, bisa sedikit lebih mendamaikan fikiran ketika terhadang oleh suatu masalah. ada yang menyebutkan karena ketika sedang merokok banyak ide-ide yang muncul, pernyataan demikian memang rasional bagi si penikmat rokok. karena ada hukum estetika yang berlaku bagi dirinya (si perokok).
Ada juga yang menyebutkan "sudah tau rokok itu bahaya, tetapi kenapa masih merokok ? ironis memang". memang benar,jelas secara ilmiah terbukti bahwa dalam kandungan rokok terdapat ratusan macam zat-zat berbahaya, yang dapat merugikan diri sendiri juga orang lain di sekitanya. entah kenapa itu, saya tidak tau, saya sendiripun masih bertanya-tanya kenapa susah sekali berhenti merokok ?
Banyak saran-saran positif yang tertangkis dan mengambang begitu saja. seperti : kemauan, keniatan, berdoa, ibadah, mengurangi dengan cara pelan-pelan, makan cemilan, permen ketika setelah makan dll. saran-saran demikian sudah saya coba kok, tetapi tetap hasilnya nihil. lalu ada teman saya memberikan saran yang lebih ekstream dan saran ini rupanya manjur. iya sih manjur, tapi tidak harus memberikan lem (alteko) di bibir juga kaleee...atau membuatkan kurungan kecil pada bagian muka. ahh semakin konyol saja memberikan saran.
Cerita pengalaman, dulu saya pencandu minuman keras, setiap ada masalah pasti larinya kesitu. bahkan teman-teman saya yang terbilang pecandu berat minuman keras, setiap hari ia tak lupa melontakan pernyataan atau slogan andalanya "jangan biarkan otak kita sadar, jangan biarkan otak kita sadar" . pernyataan tersebut membuat saya ingin bertanya, "lohh, memang kenapa jika otak kita dalam keadaan sadar ?". lalu teman saya menjawab " justru kalo otak kita dalam keadaan sadar, saya merasa hidup ini sungguh tak menyenangkan, dengan saya menenggak bir atau sejenisnya, saya mendapatkan kesenangan tersendiri dari minuman tersebut". entahlah, meraka sepertinya sudah gila terhadap minuman keras.
Saya masih teringat ketika dulu di kampung, ada teman saya yang perokok berat juga, menyebutkan : "jika saya suruh pilih makan nasi+ayam goreng kentaki dengan syarat setelah makan jangan merokok dan makan nasi+garam tapi boleh merokok, saya lebih akan memilih makan nasi+garam saja". jika pertanyaan demikan terlontar kepada saya, pun saya akan memilih makan nasi+garam, asalkan setelah makan bisa merokok.
Di sini jelas, ada kekonyolan terselubung, yang membuat diri saya ikut-ikutan konyol juga hanya karena kecanduan merokok. ternyata yang lebih bahaya bukan sekedar bahaya bagi kesehatan, melaikan kandungan zat adiktif yang membuat 100 kali lipat lebih bahaya. artinya bagi kalian perokok yang masih terbilang baru nyoba-nyoba, segeralah hentikan. karena jika zat adiktif/zat candu itu masa inkubasi zat tersebut telah selesai masa kerjanya, disitu kamu akan merasakan kenikmatan tiada tara dan kenikmatan tersebut membuat kamu tersugesti bahwa rokok itu sudah kebutuhan pokok sehari-hari.
Saya sudah merasakan kerugian atau kepahitan semenjak saya merokok, bukan karena takut paru-paru saya bolong atau bibir saya pecah-pecah atau pula terjadi impoten. tapi banyak pula kerugian  yang non fisik. seperti : segi finansial mengalami defisit, merasakan takut jika tidak punya uang karena sudah candu merokok bisa sampai terjadi pencurian, dan masih banyak lagi kalo mau memikirkan.
Kembali ke pertanyaan buat diri saya sendiri "kenapa susah sekali berhenti merokok"?.........