Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Idelisme dan Realistis

10 November 2014   03:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:13 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14155396241981445946

[caption id="attachment_352860" align="aligncenter" width="444" caption="sumber foto : flickr.com"][/caption]

bagi yang berpendapat bahwa idealisme tidak bisa akur dengan kenyataan, berarti imajinasi anda kurang kuat untuk bisa membayangkan sejauh mana kemungkinan realita bisa terjadi. ya, idealisme dan realita bisa akur dalam satu kepala.

seperti kutipan di atas, bahwa sebuah imajinasi tentang masa depan akan mengahantarkan kita selangkah menuju masa depan tersebut. seseorang yang berpengatahuan tinggi belum tentu ia mempunyai taraf hidup yang tinggi jika ia tidak mampu atau benari melakukan seuatu yang besar dalam hidupnya, dan keberanian itu berangkat dari sebuah hasrat dan di sertai kemampuan imanjinasi yang jelas.

lihatlah begitu banyak orang yang cerdas, namun banyak sekali menemukan kesulitan dalam hidupnya, entah kenapa berbeda dengan orang yang berpengetahuan pas-pasan tetapi ia mempu berhasil mewujudkan harapanya. jika di runut lebih jauh, orang yang memiliki daya nalar kuat untuk berimajinasi dan di sertai keberanian untuk bertindak, ada potensi dan probabilitas besar untuk berhasil. itu sebabnya mereka adalah seorang pemimpi, ia tak tanggung-tanggung menciptakan sebuah ide yang besar. mempunyai semangat tinggi serta menemukan sebuah passion.

ya mungkin sebagian dari kita itu hanyalah sebuah angan-angan belaka, seperti orang tua kita pernah bilang "jangan berkhayal tinggi-tinggi nanti pas jatuh sakit", itulah kekeliruan yang terjadi pada orang tua kita, sewaktu kita kecil, terus di jejalkan hal-hal yang manakutkan bukan menumbuhkan keberanian yang bermental baja. sehingga ketika besar kita tidak mudah menerima, maka disitulah terciptanya kompleksitas hidup, dimana sebuah kehidupan tak lagi akur dengan kita, ruwet dan semerawut. seolah-olah kita terus di kecam oleh fikiran kita sendiri, terhukumi oleh fikiran sendiri, dengan begitu kita takut untuk melangkah ldan bertindak.

perlu di ketahui ada perbedaanantara imajinasi dengan khayalan, imajinasi itu punya misi yang jelas dan logis, artinya ketika kita benar-benar berimajinasi maka fikiran berusaha memproyeksikan apa saja hal-hal yang menurutnya dapat menjadi kenyataan, sedangkan khayalan orientasinya fantasi, artinya khayalan sebuah angan-angan tanpa misi yang jelas, tentunya fikiran tak akan bisa menjangkau seberapa jauh khayalan itu bisa terjadi. jadi bagi yang berpendapat kahyalan itu identik dengan imajinasi, berarti anda sudah terbiasa hidup dalam fantasi yang tidak jelas.

pejuang lahir bukan hanya tidur dan makan saja, melainkan berfikir dan berimajinasi....
jadi jangan takut untuk terus bermimpi, walaupun kita lahir di bumi tapi mimpi harus setinggi langit...

selamat malam para penikmat insomnia..

salam kompasiana.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun