Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kuota Nasehat Baik

2 Januari 2016   00:09 Diperbarui: 2 Januari 2016   01:03 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kau tak bisa berpaling sejenak ?  misalnya, mendengar suara adzan dengan mata tertutup atau mendengar nasehat dari para orang tua yang bijaksana . Apakah telingamu sudah tak betah mendengar kalimat-kalimat baik seperti menyuruh berbuat kebaikan dan menjauhi segala keburukan ? atau mungkin hatimu yang sedang bermasalah, menganggap semua nasehat baik itu tak penting?

bukan kawan, bukan bermaksud menggurui atau sama sekali tak berniat untuk mendikte. Kami hanya sekedar menawarkan tentang sudut pandang yang baru yang lebih baik untuk direfleksikan, terlepas apakah kau mendengarkanya atau tidak, itu bukan lagi urusan kami.

Kemarin malam, tepatnya malam tahun baru, berapa banyak perbuatan buruk yang kau konsumsi? merayakan hari baru, detik baru, tahun baru melakukan tidakan dzalim seperti mengadakan party bikini, gelas-gelas berisi minuman keras , wanita-wanita yang kerap dijadikan objek penikmat hasrat laki-laki, bahkan nyaris si wanita menikmatinya dan tak sadar bahwa dirinya sedang dijadikan objek lawakan para kaum-kaum lelaki.

barangkali hal demikian menurut kebanyakan orang sudah lazim dan sangat dianggap perkara yang biasa. merayakan tahun baru tak sempurna bila rasa mabuk tak hinggap ditubuh mereka. Tapi tunggu dulu, jangan selalu membenarkan sesuatu yang biasa, kebiasaan demikian yang terus terulang bisa jadi resep bencana. Lupa dengan setiap bahaya yang mengincar. Ketika waktu semakin menipis, jarak antara hidup dan mati hanyalah sekejap mata. Masihkah kau membantahnya ?

Selama kau hidup, Berapa banyak pesan dan nasehat kebaikan yang kau dapat, ribuan, jutaan, milyaran ? disetiap hambusan nasehat baik, itu bertujuan untuk membantu, mencairkan suasana hati yang beku, menghaluskan hati yang kasar. Tapi jika kau tutup nasehat ini dengan monster egomu, dengan nafsu liarmu. Bagaimana jika kuota nasehat baik ini habis dan tak ada lagi seruan-seruan perihal kebaikan untukmu ?

Tuhan dengan segala kasih sayangnya tak ingin manusia sadar jika baru ditampar musibah besar, Tuhan dengan segala kemurahanya, tak mau seluruh manusia menyentuh api neraka dengan porsi yang sangat panas. Tuhan tau, manusia tak akan bisa menahanya,  rasa pedihnya dan menahan segala kemurkaNya. Oleh karena itu Tuhan dengan segala kesucianya menginginkan agar manusia paling tidak, sadar akan perbuatan dan tindakanya. Bahwa dunia dengan segala pernak-pernik perhiasan didalamnya merupakan sebuah ilusi, tempat singgah yang amat sebentar, tempat hina bagi orang-orang yang akrab denganya.

Sekarang begini, konsenkwensi logisnya adalah hukum sebab akibat. Dan keyakinan terhadap alam setelah kematian (akhirat) tentu sangat mungkin ada dan harus ada. Coba fikirkan, orang-orang yang dibunuh, ditindas, dianiaya tapi mereka tidak bisa melawan,  orang-orang yang berbuat kebaikan secara diam-diam. hal ini jelas bahwa tidak mungkin orang yang suka menindas atau berbuat keburukan tidak mendapat balasan, begitupun orang yang berbuat baik yang secara diam-diam, mereka pasti di balas, ditempat lain pada waktu yang lain.

Dengar, lantunan kebenaran yang terus disematkan ditelinga-telinga orang yang suka berpaling kepada Tuhanya,  yang telah menciptakan alam semesta berserta isinya dan tak ada yang berhak disembah kecuali Dia (Allah), bukanlah sesuatu baru saja muncul, namun dari tahun ke tahun, abad ke abad, Sejarah telah mencatat sebagai bukti kebenaran dan tanda-tanda kebesaraNya ada pada langit dan bumi. Bagi orang yang berfikir dan menggunakan akalnya akan menangkap sinyal-sinyal tentang kebanaran Allah. Hanya orang yang bisa menggunakan akalnya dan meyakini yang bisa merasakan sinyalNya.

Begini saja, sebelum tanggal kadarluarsa usiamu habis, segeralah kembal idan pulanglah kefitrahmu (kebaikan).  Pulanglah dengan rasa yang amat menyesal, berdoalah setulus mungkin, percayalah senantiasa Tuhan mengharapkanmu datangk untuk meminta ampunaNya. Jangan sampai kau akan baru sadar ketika nafas sudah sampai tenggorokan.

sumber gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun