Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Cinta Disalah Artikan

23 September 2014   06:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:52 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

saya mencoba sedikit memberikan pencerahan bagi para remaja yang sedang  menikmati masa-masa dimana yang terkadang kehadiran cinta itu bukan membahagiakan tapi malah menghukum kita jadi belenggu, menyulitkan kita untuk keluar dari zona kegalaluan, mengikat kita diruang kegelapan serta mendidik kita untuk tidak saling bebas atau mandiri. ya memang itu kesanya terlihat utopis namun disisilain kita bisa membongkar doktrin-doktrin atau mitos apa saja yang membuat kita selama ini salah mendefinisikan sebuah cinta.

apakah cinta butuh pengorbanan ?

sebagian orang mungkin selalu mengartikan "bahwa cinta itu butuh pengorbanan, tanpa pengorbanan bukan cinta namanya". pernyataan tersebut sangat menggilitik di hati saya kenapa, karena saya fikir cinta itu bukan sebuah pengorbanan, tapi pengorbananlah yang butuh cinta, jika konsep tersebut selalu di adopsi oleh kebanyakan orang, maka selamanya kita tidak akan terbebas dari yang namanya belenggu, dimana-mana kita akan selalu merasakan pahitya cinta, bahagianya hanya sekejap mata, sengsaranya seumur hidup. banyak orang berkorban demi seseorang yang di cintainya, lantas jika kita sudah memberikan semuanya demi seseorang yang kita cintai, apakah kita jamin bahwa dia akan membalas ke kita sama persis apa yang telah kita korbankan untuk dia. yang ada kita selalu merasa sedih dan menderita. jadi lebih baik berusaha merubah dunia kecil kita dulu (diri sendiri), seperti memperbaiki sikap, penampilan, serta cara berfikir. dan biarkanlah cinta itu datang dengan sedirinya, jangan terlalu berharap lebih kepada sesuatu yang belum tentu jadi milik kita. karna milik kita milik Tuhan juga.

"cinta itu bukan perngorbanan tetapi cinta itu adalah kecocokan jiwa (kahlil gibran)"

apakah cinta harus memiliki ?

pernah saya menonton sebuah acara mario teguh di metro tv, dan sempat saya ingat ketika pak mario mengatakan "bahwa cinta itu harus memiliki". tetapi jujur saya tidak sependapat dengan pak mario, meskipun pak mario seorang motivator yang terkenal di indonesia dan sangat di percaya tetapi tidak ada salahnyakan saya ingin berbeda dengan pendapat beliau. jika kita mencintai seseorang apakah kita harus memaksakan diri kita untuk memlilikinya? sedangkan yang kita cintai adalah milik orang lain, atau yang kita cintai itu tidak pernah merasa nyaman dengan kita. lantas apa yang harus kita lakukan, apakah menunggunya 10 tahun lagi, atau menunggunya sampai kita mati ? itu sangat konyol bagi saya. cinta itu tidak harus memiliki, karena "cinta pada dasarnya "memberi" bukan "menerima", kita bisa memberikan rasa cinta kepada seseorang, tetapi hati kita juga harus berlandaskan sebuah ketulusan dan keikhlasan, maka dengan begitu terciptalah sebuah yang arti cinta yang sebenarnya. memang konsep itu sangat utopis, tetapi justru kebahagiaan tercipta jika kita selalu didasari rasa ikhlas kepada siapapun.

apakah cinta itu tidak berlogika ?

mungkin kita pernah mendengar sebuah lagu yang di nyanyikan agnes monika, yang berjudul "cinta tak ada logika". dan mungkin kebanyakan orang setuju dengan kalimat tersebut. memang cinta itu bukan logika, namun bagi saya tidak setuju kalo cinta itu tak ada logika, justru cinta itu harus berlogika. cinta tanpa logika kita akan terjebak dalam kehampaan, jika ingin bahagia gunakanlah logika (akal sehat). kebahagiaan ada ditangan kita sendiri, jangan sampai logika kita hancur karna sebuah asmara yang berlebih, dan kita akan terseret kelorong kegelapan tanpa cahaya. hidup ini memang sulit untuk terdefinisikan, banyak kejanggalan-kejanggalan yang selalu menerjang kita. maka dari itu dengan kita selalu menggunakan akal sehat (logika) maka kita akan tetap utuh dan lebih leluasa dalam menjalani hidup.

dari semua apa yang saya tulis diatas, tidak ada jaminan sebuah asumsi atau pendapat saya pasti benar, tetapi berangkat dari sebuah proses berfikir, pengalaman. maka terciptalah sebuah wacana yang mengkiblatkan kita untuk terus belajar dan belajar dan tetap berpijak pada proses bukan kemutlakan hasil. maka segalanya mata kita akan terbuka bahwa dunia ini lebih indah dari apa yang anda bayangkan.

salam hangat.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun