Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan, Bintang dan Lampu Kota

24 Desember 2014   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:36 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14193431852094833840


Terduduk sejenak mengukir sembari mendefinisikan diri di ujung yang paling sepi jauh dari keramaian dengan membolak balikan fikiran menatap lembut penuh ketakutan, di temani para jutaan nafas yang berhamburan di sana sini, di temani hening tapi seolah bising. Terdengarnya bisikan unik datang menyapa kala bola api itu telah pulang meninggalkan bumi dan sekitarnya. langit-langit mulai agak menghitam, awan-awan mengambang semakin lama warnanya semakin padam dan bulan mulai muncul dari kediaman. Lalu kemudian muncul pahlawan dari bumi yaitu lampu kota yang sengaja dihidupkan agar sinarnya menyentuh deretan bumi, ia akan terus bergentayangan sampai bola api itu muncul kembali.

ketika raja langit berkumandang dan memerintahkan bulan untuk berkerja sama dengan bintang agar selalu setia menerangi sang gelap (malam). Karna itu sebuah perintah, dengan sangat terpaksa akhirnya bulan mau menerangi bumi tanpa bosan, tanpa keluhan, tanpa adanya untung-rugi walau dirinya tau telah menjadi saingan berat dengan para lampu kota. tetapi Ia akan tetap menjadi bulan walau pada kenyataanya penghuni bumi kerap acuh mengambaikan cahayanya. Dan bintang yang akan tetap setia berdampingan dengan sang bulan, sehingga bulan tidak merasa kesepian. Walau pada kenyatanya pula sama, bintangpun merasa tersakiti dengan adanya lampu-lampu kota.

Sebuah bintang yang terlihat menawan jika di pandang dari kejauhan dan bila mengamati lebih dalam ia merupakan eksistensi yang mempunyai gumpalan gas yang sifatnya membakar, cahanya terus menyala selama jutaan tahun tanpa padam. Dengan sifatnya yang dapat membakar, seandainya bintang marah dengan lampu kota bisa saja ia menjatuhkan badanya lalu ia hancurkan semua isi yang ada di bumi. Tetapi walaupun sifat bintang membakar, ia akan tetap sabar dan setia bersama sang bulan untuk menerangi bumi.

....................................................................................................................

Sebuah gambaran malam di antara bintang dan bulan yang telah bekerja sama menghadirkan realita, di sana ada sisi penting yang sudah kita lupakan, sebuah benda unik yang setiap malam muncul tanpa kita sejenak melihat dan merenungi yang sudah Tuhan ciptakan. Benda-benda langit yang senantiasa memancarkan cahaya nan indah, cahayanya yang tidak pernah padam, selalu memberikan warna keindahan dalam stiap sudutnya. Sesungguhnya benda-benda itu merupakan jawaban atas hadirnya Tuhan sebagai pencipta alam jagat raya ini. Tetapi hari ini banyak manusia yang kerap melupakanya, manusia yang lebih meyukai keramaian, tempat di mana lampu-lampu kota berdiri menutup mata para penghuni bumi, sedangkan cahaya di atas langit mereka acuhkan dengan segala macam alasan. Terlihat Sangat Sedikit sekali manusia yang mau menyempatkan dirinya untuk merefleksikan semua perjalanan hidup di tempat sunyi jauh dari keramaian menyapa keindahan cahaya bulan dan bintang dengan duduk menepi meresapi di setiap hiruk-pikuk modernisasi karna berbagai pandangan, ideologi, serta berbagai doktrin membuat dirinya jatuh kelembah ketidakpastan dan tidak mempunyai pegangan kuat/keyakinan.

//////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

Penghujung malam...
resapilah narasi ini
kembalikan semuanya kepada pemilik terang dan gelap
definisikan setiap kata yang sudah terucap
berhenti melihat sekitar
refleksikan sejenak perjalan hidup ini
karna bukan kita yang tau rahasia ini
bukan kita yang bisa membaca takdir ini
yang kita puja hanyalah fatamorgana
jika tabir sudah terungkap
tak ada lagi nafas yang tersisa

------------------------

sumber foto

23/12/2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun