Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejarah Kebosanan

25 Desember 2014   21:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:27 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Kebosanan", itulah sebuah kata yang sedang menyerang semua anggota badanku, dari mulai otak menjalar sampai ke tulang kaki, ya semua terasa lemas berat badan terasa lebih ringan, seperti kapas tertiup angin terombang ambing mengambang di udara, selain kadar emosi yang meningkat kadar depresipun tidak kalah meningkat lebih drastis. Rupanya sebuah energi datang menghantam diriku, mencekal, membius bahkan meracuni segala ruang gerak sehingga kebebasan tak lagi di dapat.

Bagaimana bisa di saat berada di tengah keramaian dan para sahabat selalu menggiring diriku ke dunia nyata, tetapi yang di maksud dunia nyata bukanlah dunia yang sebenarnya, melainkan dunia tempat di mana manusia mau mengobral dirinya dengan harga murah demi sebuah kenikmatan belaka. Apapun itu alasan mereka tetap saja tidak ada perubahan masih stagnan dalam kebosanan.

Adalah kebosanan ini ternjadi pertama dalam hidupku. seperti Pertanyaan-pertanyaan pertama soal hidupku yang aneh dan ketidakpahamanku terhadap banyak aspek didalamnya. Tentang apa yang membentuk manusia, tentang asal-muasal adanya alam semesta, tetang yang terlihat-dan yang gaib, fisik - non fisik. tentang pula kebenaran mana yang harus ku tangkap untuk di jadikan pegengan.  dan juga tentang respon manusia terhadap sekitarnya.

Jembatan yang cukup panjang menjadikan peperangan antar pemikiran yang membentuk macam varian seperti banyaknya pandangan, ideologi, isme dll. bahkan mungkin jutaan persepsi telah di produksi dalam dunia ini. semuanya berkeliaran di alam fikiran sungguh ini merupakan sejarah kebosanan bagi hidup saya. sulit di bayangkan perjalanan yang rumit begitu terjal melahap dan menghabisi setiap waktu untuk terus mencari dan mencari apa hakikat hidup ini ? ahh Rupanya waktu sedang menjadikan diriku sebagai objek lawakan, mengutuku dalam ruang gelap entah siapa yang akan membawa obor untuk mencoba menjadi cahaya kecil dalam gelap ku.

Mungkin awalnya aku sering sekali bermain dengan imajiku yang nakal, dengan kenakalanku itu  fikiran di otaku bisa menembus ruang dan waktu, sangat jauh melampaui batas jutaan langkah kakiku. ketika aku tersudut oleh keindahan dan kenikmatan dalam permainan rasionalitas, dalam anganku aku tersesat kebingungan mencari jalan pulang untuk sampai kerumah asalku. aku jenuh, aku sudah lupa jalan pulang karna aku selalu mengira bahwa segala apa yang aku predikisikan tentang hidup ini adalah berisi kepastian/jaminan. Lalu di saat itu juga aku sering mendengar di atas sana ada yang cekikikan, seperti ada yang tertawa terbahak-bahak. Kurang ajar sekali rupanya semesta bersama para anak buahnya sedang tertawa, menertawai segala tingkah-laku konyolku. Ah hidup memang absurd, tenggelam pada sistem paradoks. Akhirnya aku sadar jika aku selalu melakukan hal demikian, mengira bahwa segala predikisi/ramalan berisi kepastian, di saat itu juga aku sudah terjebak dalam kesesatan yang tiada berujung.

---------------------------------------------------------------------------

sumber foto --- 25/12/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun