Mohon tunggu...
Jontra Sihite
Jontra Sihite Mohon Tunggu... wiraswasta -

Putra PakPak SimSim, Alumni Tamansiswa Yogyakarta. Mari Berdialog Bersama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekontekstualisasi Peran Pemuda Galau

28 Oktober 2012   03:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sering terjadi Tawuran antar Pelajar, sering sekali juga terjadi tawuran antar Mahasiswa. Dua entitas ini, yang sering disebut Pemuda, yang seharusnya menjadi Garda kejayaan bangsa di masa yang akan datang, akhirnya perlu dipertanyakan!!!. Bila mengacu sejarah masa lalu bahwa Pemuda adalah Garda Terdepan dalam menyelesaikan persoalan kebangsaan hingga ke akar-akarnya dan bahkan merelakan segala-galanya demi Harga Diri Bangsa, Kedaulatan Bangsa maupun Kemerdekaan bangsanya. Dengan kata lain Pemuda adalah Harapan yang Nyata bagi perubahan Bangsa. Buktinya, Pemuda menjadi penghubung sejarah bangsa, pergerakan pemuda 1908, kemerdekaan 1945 hingga tumbangnya Era Otoritarian “Orde Baru” tahun 1998, merupakan bukti nyata peran para pemuda bagi angin perubahan di bangsa ini

Namun bagaimana dengan Pemuda saat ini??? Kenapa mereka seolah tidak peduli, atau mungkin mereka menganggab bangsa ini sedang baik-baik saja???.Persoalan kebangsaan di masa lalu memang berbeda dengan di masa sekarang, namun kenapa dimasa sekarang yang menyisakan sekian banyak persoalan para Pemuda hanya diam saja???.Lihat bagaimana NKRI mulai terkoyak, fundamentalisme agama seolah menjad wajar yang akhirnya menyuburkan sektarianisme dalam masyarakat, Hukum pun tidak pernah menjadi Panglima ia bahkan bisa dibeli. Partai politik pun sudah jauh dari kepentingan rakyatnya, yang mereka perjuangkan hanyalah kepentingan golongan mereka, kalau pun ada janji-janji itu hanyalah sebatas lipservice saja.

Disisi lain, Kesedihan, Kemiskinan, penderitaan, ketidakadilan sosial, hanyalah Tontonan belaka, tanpa pernah ada solusi cerdas dari penyelengara negara ini baik dari tingkat terkecil hingga tingkat pusat, bahkan para kepala daerah yang seharusnya melayani masyarkatnya cenderung minim prestasi maksimal dalam meraup uang negara secara curang (korupsi), terbukti sudah mulai banyak masuk rumah pesakitan. Partai politik yang seharusnya menjadi harapan bagi perbaikan bangsa, pun sudah jauh dari kepentingan rakyatnya, yang mereka perjuangkan hanyalah kepentingan golongan mereka, kalau pun ada janji-janji itu hanyalah pada saat kampanye saja dan sebatas lipservice setelah mereka terpilih. Fenomena tersebut tengah melanda secara kronis negeri ini dimana bisa menimbulkan konflik yang meluas yang pada akhirnya bisa mengoyak simpul-simpul bernegara dan berbangsa. Atas situasi dan kompleksitas persoalan diatas, kenapa para PEMUDA sekarang masih tetap DIAM SAJA???

Ada beberapa kemungkinan, penyebab Pemuda saat ini realtif berdiam diri kalau tidak mau di sebut Apatis dan Permissif.Pertama, Sumpah pemuda dideklarasikan  atas concensus bersama seluruh Djong-Djong pemuda yang ada di Tanah Air,demi satu tekad Kedaulatan atas Bangsa Indonesia. Patut di catat, terealisasinya sumpah pemuda atas dasar persatuan dan kesatuan bersama atas sekian perbedaan kepentingan Idiologi dan Politik. Sementara saat ini pemuda sulit menemukan peranannya ke inti persoalan masyarakat, selain disebabkan oleh kitidakmampuan para pemuda menentukan isu bersama serta polarisasi terhadap politik nasional. Dalam konteks ini, gerakan mahasiswa maupun pemuda berjalan sendiri-sendiri bahkan sudah menjadi bagian underbow dari suatu partai politik. Bagaimana mau melawan suatu kebijakan pemerintah sementara gerakan itu sendiri harus tunduk terhadap afiliasi diatasnya. Sehingga akan sulit menyatukan elemen gerakan pemuda dan mahasiswa maupun gerakan akar rumput itu sendiri, dan sepertinya ini sengaja di lakukan oleh para elite partai, sebab jika tidak,akan terjadi perlawanan yang massif, dan mereka sadar betul, bahwa gerakan mahasiswa dan pemudalah yang mampu meruntuhkan Tembok-Tembok kemapanan dari penyelenggaraan suatu negara dan kebijakannya.

Kedua, musuh yang mau dilawan, dengan kata lain musuh bersama para Pemuda itu siapa??? Kalau dulu ada para penjajah dan para pemuda angkat senjata. Namun saat ini??? Jawabannya adalah kekuatan Modal Internasional (Baca:Kapitalisme Internasional) yang berlindung dibalik lembaga-lembaga donor seperti AFTA, NAFTA, APEC, WTO dsb. Karena ketidakberdayaan negara ini terhadap hegemoni modal Internasional tersebut, peran negara kemudian diambil alih, diamputasi bahkan dipreteli sedemikian rupa. Negara kemudian hanya menjadi fasilitator dan regulator bagi masuknya arus modal Internasional. Situasi tersebut kemudian melincinkan agenda Neo-Liberalisme Negara-negara maju, sehingga nyata sudah proses liberalisasi, deregulasi dan privatisasi . Jadi tidak usah heran hak-hak publik (pasal 33 ayat 3) sudah diperjual belikan, seperti Air, Tanah bahkan Udara begitu juga dengan sektor pelayanan publik. Disisi lain kita kemudian menjadi pasar yang menjanjikan keuntungan besar bagi mereka dan tenaga kerja kita yang di upah murah. Tentunya situasi ini tidak hanya menguntungkan para Modal Internasional tetapi juga para anak bangsa (pejabat) yang memuluskan agenda tersebut dengan cara berselingkuh dengan para regulator (Pengusaha HITAM), itulah tiga musuh yang harus di LAWAN.

Ketiga, penyebabnya adalah Mahasiswa maupun Pemuda itu sendiri. Harus diakui bahwa peran Globalisasi dan Teknologi telah berhasil merubah Budaya. Para pemuda kemudian tergerus tanpa filterisasi oleh arus deras Globalisasi seperti kegandrungan terhadap budaya Pop Barat yang pada akhirnya melahirkan Individualisme, Apatisme dan Konsumeristik. Jangankan peduli dengan persoalan sosial kerakyatan yang terjadi, ia sendiri harus berjuang dengan keinginan dirinya untuk memenuhi segala bentuk kepuasan diri, mulai dari Narkoba, Sex Bebas dan pemujaan terhadap teknologi. Ironisnya Teknologi yang seharusnya bisa bermanfaat ke arah lebih baik, nyata-nyatanya secara psikologis dan mental mereka belum cukup siap, sehingga tehnologi menjadi tidak tepat guna yang ada hanyalah pemenuhan hasrat konsumtif, yang namanya hasrat tidak akan pernah puas, yang akan berujung pada keGalauan setiap saat, yang pada akhirnya, akan terasing sendiri atas realitas kehidupannya. Maka tidak usah heran muncullah Generasi Galau dan Gerombolan, tak tentu arahnya, hanya bisa pasrah dengan keadaan yang ada, jadi penonton dan menjadi pembebek sejati dari perkembangan modernisasi zaman.

Mungkinkah melawan Kapitalisme Internasional? Kalau China dan Jepang bisa menelekung Kapitalisme Barat sehingga mereka mampu memposisikan bangsanya sebagai bangsa yang besar dan jaya, kenapa Indonesia tidak bisa???

Maka dari itu, WAHAI...PARA Pemuda bangsa, disegenap penjuru tanah air, KITA harus Tetap Berjanji dan Tak Pernah Urung Untuk Tetap memperbaiki situasi bangsanya dengan cara KITA sendiri. Kita tidak harus terlibat dalam partai Politik cukup mereka yang tertarik dibidang tersebut, namun kita bisa Berpolitik yang A-Politik dengan cara berprestasi dalam segala bidang. Bila kita disebut bodoh, kita buktikan melalui prestasi Akademik, sudah banyak para pelajar kita juara dunia melalui Olympiade Fisika, mahasiswa-mahasiswi yang lulusan luar-negeri, SDM-SDM yang cemerlang dan memiliki pekerjaan hebat di segala penjuru dunia. Kita bisa berprestasi melalui Olah Raga, Menumbuh-kembangkan Potensi Seni dan Ragam Budaya Kita yang Unik dan Eksotik dan beserta prestasi-prestasi lainnya. Disinilah para pemuda harus BERSATU PADU,dengan cara yang tepat menurut keyakinan mereka,  untuk kemudian menjalankan fungsi sejarahnya, yaitu tanggungjawab menentukan fakta masa lampau, untuk mengidentifikasi pilihannya pada masa kini dan memberikan arahan kemungkinan nyata bagi masa depan bangsa ini. Dan kita tunjukkan pada dunia bahwa kita adalah Bangsa Indonesia yang Besar , Berdaulat dan JAYA.

Selamat Hari Kebangkitan Pemuda-Pemudi Indonesia...

Salam

Yogyakarta 28 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun