Mohon tunggu...
Jontra Sihite
Jontra Sihite Mohon Tunggu... wiraswasta -

Putra PakPak SimSim, Alumni Tamansiswa Yogyakarta. Mari Berdialog Bersama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menunggu Film; Anas Digantung Di Monas dan Akil Potong Jari

4 Oktober 2013   15:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:00 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Begini dua kisahnyata yang mengaku “pengurus Negeri “  tercinta ini

"Kalau ada satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas," kata Anas di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Jumat, 9 Maret 2012. Namun,  Februari 2013 lalu  KPK akhirnya menetapkan --mantan aktivis mahasiswa  serta mantan PB-HMI tersebut yang juga  pernah sebagai mantan Ketua Umum Partai Demokrat ---, sebagai tersangka korupsi pembangunan sport center di Hambalang, Bogor, Jawa Barat link beritanya (http://id.berita.yahoo.com).

Ternyata lain lubuk lain ikannya, sama halnya dengan Akil , ramainya kasus korupsi yang ditangani KPK, mantan ketua MK ini (menunggu surat pemecatan resmi dari SBY)  melontarkan ide dan gagasan soal cara menghukum koruptor. "Ini ide saya, dibanding dihukum mati, lebih baik dikombinasi pemiskinan dan memotong salah satu jari tangan koruptor saja cukup," ujarnya, pada 12 Maret 2012. Menurut Akil, hukuman potong jari tangan sangat pantas. Sebab, jika hanya memiskinkan saja, negara tidak pernah benar-benar tahu kapan koruptor akan mengulangi perbuatannya. "Pemiskinan koruptor itu kalau hartanya didapat dari negara. Lebih baik dipermalukan dengan mencacatkan salah satu bagian tubuhnya." . Ironisnya Akil justru yang terjerat kasus korupsi, Kamis (3/10) , dia ditetapkan sebagai tersangka dua kasus suap sengketa pilkada sekaligus. Akil tertangkap tangan sedang transaksi di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (2/10) malam link beritanya (http://id.berita.yahoo.com).

Saya sangat berharap ada sutradara yang bersedia memfilmkan dua kisah  kisah nyata diatas . Kenapa harus di filmkan? Seperti kita ketahui era digital sekarang, media film adalah sarana yang efektif untuk memberikan pengaruh. Dari dua kisah nyata ini diharapkan ada pengaruh positif yang ditanamkan bahwa menjadi pejabat itu adalah---orang yang mampu menjaga omongannya, bekerja untuk kepentingan rakyatnya dan perilaku hidup para pejabat perlu sederhana karena sebagai panutan publik yang rakyatnya masih banyak yang hidupnya susah.Sehingga tidak ada lagi yang berpikiran jadi pejabat itu mudah, yang penting ada uang untuk mencalonkan diri menjadi caleg atau pun kepala daerah---tanpa pernah punya konsep yang jelas untuk membangun bangsanya. Apalagi  KPK sudah mengajak para sineas Indonesia buat film anti korupsi.

Bila  kisah nyata  ini benar-benar di filmkan, saya sarankan di putar di bioskop 21 selama 1 bulan Gratis, bila perlu serentak di tayangkan diseluruh stasiun TV, dan menjadi tontonan wajib bagi anak sekolah, he..he

Salam Indonesia Bersih…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun