Pagi ini sebenarnya saya kurang mood tuk menulis, tapi saya pikir berbagi itu lebih berfaedah bagi sesama. Melihat tulisan2 di kompasiana yang tampil tiap menit memotivasi saya agar bisa konsisten dalam menulis. Apalagi menurut prinsip saya, satu tulisan yang positif bisa membuat orang lain menjadi lebih baik. Terus terang saya selalu membuka blog ini hanya untuk sekedar mencari informasi ataupun inspirasi. Termasuk pagi ini, cobal lagi jalan2, buka tulisan kompasianer kiri kanan dan dapatlah inspirasi itu.aha….
Walaupun judulnya biasa saja namun bolehlah juga untuk disharingkan. Adapun dianggap hanya update status karena tulisan pendek atau kurang bernas, yang paling penting pesan kita bisa sampai ke orang lain. Itu yang diharapkan.tulisan Pendek atau panjang itu sebenarnya hanya variasi atau kalimat penjelas saja, dan diantaranya hanya ada satu ide pokoknya saja. Harapannya dengan coretan ini bisa menjadi penjaga mood saya pagi ini hingga sepanjang hari nanti, syukur2 kalau ada sahabat kompasianer juga begitu, hehe…
Sering pastinya kita dengar istiliah atau ungkapan di masyarakat yang berbunyi Life is choice atau hidup itu pilihan. Ungkapan ini serta-merta muncul sebagai respon atas setiap hal atau pilihan hidup yang terbentang di depan mata. Banyak hal yang perlu untuk dipilih, baik dari pemilihan barang, soal harga, partai apa, mau kerja dimana, ingin dianggap apa, cita-citanya bagaimana dan sebagainya. Pastinya semua itu butuh pemikiran dan pertimbangan matang untuk sekeder memilih satu diantaranya. Lalu apa salah bila memilih lebih dari satu? Saya kira no problem. Itu sangat situasional dan tergantung keadaan saja atau sesuai pribadi masing2. Hanya satu catatan penting saya adalah amat sulit setetes air melubangi batu bila air itu tidak satu. Begitu juga matahari sulit untuk membakar bila tidak terpusat. So…bicara pilihan yang satu artinya kita bicara mengenai fokus. Teman2 akan sulit kerja di dua tempat yang berbeda sekaligus. Bisa saja jalan tapi yakin akan sulit menuju puncak. Kalau pilihan kita punya istri dua bagaimana yah? Itu juga pilihan kan?? ( hmmm…kalau yang ini bukan anjuran ya?!)
Lain lagi kalau bicara tentang paksaan. Setiap orang merdeka dan tidak ingin dipaksa tentang apapun itu. Setiap orang sudah punya ekspektasi sendiri berkaitan apa dan bagaimana menjalani hidupnya masing2. Memaksakan sesuatu ke orang lain merupakan bentuk kekerasan dan akan ditindak sesuai hukum yangberlaku. Makanya ada juga semacam ungkapan yaitu berbuatlah sesukamu selama itu bisa. Tapi kebebasan itu ada batasnya sehingga kita tidak boleh juga secara serampangan melakukan sesuatu yang tidak pantas atau berbahaya. Bila ingin dikaitkan dengan hidup itu pilihan, maka secara otomatis kita juga akan mengatakan bahwa hidup itu tanpa paksaan.
Setelah bicara pilihan dan kebebasan( tanpa paksaan), saya lalu mencoba mengaitkan kembali dengan situasi di lingkungan sekitar. Mulailah tanya2 mengenai kondisi keluarga dan keuangan tetangga atau hanya sekedar mengamati dari jarak jauh kebiasaan sehari-hari. Dari sini saya mendapat gambaran lain terkait ungkapan life is choice. Ternyata itu tidak sepenuhnya benar. Faktanya, banyak sekali orang yang hidup dalam keterpaksaan. Misalnya, ketika saya bertemu pedagang baju, ia lalu bercerita panjang lebar bahwa dulunya dia hanya petani berpenghasilan rendah. Hingga pada suatu waktu, ia terpaksa ikut keluarganya untuk berdagang ke daerah lain, hasilnya sekarang hidupnya lebih baik. Pernah juga di alin waktu saya bertemu dengan penjual air gallon. Menurut ceritanya ia dulunya pernah kerja di bank swasta dengan gaji lumayan. Tapi kebebasan tidak dia dapatkan. Hasilnya, beban batin selalu hadir tiap hari. Karena problem itu, dia terpaksa memutar otak dan mencari kerja yang lebih bebas, jatuhlah pilihannya sebagai pedagang air gallon. Benar2 pilihan yang berani. Ada lagi teman yang terpaksa kerja di perusahaan finance karena terpaksa, background pendidikannya sama sekali bertolak belakang.
Semua yang saya sebutkan diatas adalah contoh nyata yang dapat mewakili keadaan sebenarnya. Ada lagi argument terpaksa ini yang lebih menarik. Andaikan hidup ini memang pilihan, bisakah saya atau teman2 memilih menjadi presiden misalnya? Menantu menteri? Saudaga kaya? Atau apakah tidak lebih baik bila kita memilih hidup di lingkungan asri bebas macet dan polusi? Apakah tidak lebih baik bila kita bisa bercengkrama menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta? Ataukah mengapa pilihan itu tidak kita jatuhkan saja pada pemilikan property yang cukup atau pilihan menjadi mahasiswa S3??!. Coba sekali lagi untuk dibayangkan. Jika seandainya memang benar hidup itu “pilihan” maka hari saya yakin tidak akan ada orang yang mau menganggur, bercerai, berbohong, mengadunasib ke pohon atau gunung, atau mengemis-ngemis minta jatah makan hari itu saja! Semua akan berjalan dengan menyenangkan dan mudah.
Di penutup ini saya berkesimpulan bahwa hidup kita yang kebanyakan karena paksaan ini punya sisi positif dan negative. Sangat tergantung di bagian mana kita melihatnya. Kalau saat ini kita terpaksa punya kerjaan yang kurang menyenangkan atau terpaksa punya keluarga yang dianggap kurang membahagiakan maka saatnya untuk menata ulang sikap dan pikiran. Mungkin semua itu punya hikmah yang harus dicaritahu, punya kebaikan yang masih tersembunyi atau dengan semua itu sang pencipta hanya bermaksud menguji diri sampai dimana kekuatan dan keikhlasan. Teruslah bekerja dan berusaha karena setelah kesulitan ada kemudahan…semangat pagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H