Satu bulan sudah aku mengenalnya. Perhatianya dia torehkan padaku setiap saat sepanjang hidupku. Seolah hidupku di atas angan yang terindah. Siang ini dia akan datang menjemput penantianku yang panjang. Namun seakan resah menghantuiku, akankah dia datang dengan tawa bahagia dihatiku ataukah dia akan acuhkan aku dengan fisikku yang biasa. Gundah gulana seakan menoreh disetiap detik waktu yang berjalan. Hingga dering ponselku mengejutkanku.
“Aku di ujung jalan depan kampusmu?”message aku terima.
Hatiku berdebar tak menentu. Langkahku tertatih. Hingga ku temukan sosok itu tepat di depan mata.
“Hai!”, sepontan dia menyapaku.
Hanya mampu tersenyum dan terus merasakan gundah. Dengan berdebar ku duduk diboncengnya. Dan sedikit basa – basi di sepanjang jalan itu.
“Gimana setelah tahu aku?nyesel?”, berusaha menghapus sedikit tanyaku dengan sebotol air putih untuknya.
“Makasi,,,”, senyumnya melegakan.
“Ehm..berarti karang waktunya kamu telpon kakakku seperti janjimu kemari?”sambungku.
“Tapi akukan gak punya nomernya?”jawabnya.
“Udah,,ni!”, seraya ku berikan Hpq padanya.
Hatiku seakan terus berontak. Sedikit senyum seolah melambungkan jiwaku atas keberanianya. Janji pertama dia tepati namun kegelisahan itu masih berujung di ubun-ubunku. Dua jam berlalu dengan torehan harapan yang ku dapatkan.
“Main ke para layangyuk, disana tempatnya indah dan seru banget”, ajaknya.
“Ya udah. Aku siap-siap dulu!”
Kembali dia berikan senyum untukku. Sepanjangperjalanan itu serasa rinduku berlalu. Ku dekap erat tubahnya dan seakan tak terlepaskan. Kehangatan yang ku rasakan seolah membuatku melupakan kegundahan itu. Hingga lepas pelukan itu dia masih menggenggam erat tanganku menelusuri bukit di pematang lereng. Ku rasakan kehangat kembali disaat dia masih memelukku. Dan kecupan pertama membuatku semakin melambung.
“Aku sayang kamu Dira!”, tatapanya tajam kearahku.
“Aku juga sayang kamu Nanda”, ku tersipu malu seolah tak menyangka ini terjadi.
***
Sekian berlalu masih sama seperti yang aku rasakan dihari-hari itu. Ya, pagi ini dengan semangatku ingin berjumpa denganya. Tepat terlihat pukul 07.00 WIB. Bergegas aku berjalan menelusuri perumahan menuju Bus kota yang datang menjemputku dengan semangat yang terus mendera.dering ponselku….
“Sudah nyampek mana sayang?,”message dari Nanda.
“Masih dipertenghan jalan menuju kotamu”, balasku.
“Hati-hati sayang,nyampek depan rumah kamu message aku lagi ya!”.
Betapa bahgianya saat itu. Rasa kangenku kembali akan terobati. Masih dengan senyum yang melegakan sepanjang jalan menuju kotanya. “Miss you beib”.
“aku tunggu kamu disini”, message ku kirim padanya
“ok sayang, sebentar lagi aku nyampek”.
Kulihat dia dengan motor lucunya menuju ke arahku. Masih dengan senyumnya yang khas menyapaku.
“capek ya sayang”.
Sempotan ku tersenyum dan duduk diboncengnya. Sepanjangjalan masih tetap aku mendekap erat tubuhnya. Alangkah bahagianya aku saat itu. Melegakan dan sangat melegakan dan masih terus melegakan. Sekian jam bersamanya tak terasa bosan dibenakku.
Andaikan dia tahu saat itu betapa aku merasa terbang diatas langit.
“sayang main ke SMA ku dulu mau?”, ajaknya.
“ea sayang, ayo kesana”, jawabku.
Hujan mengguyur badan kami. Dengan hangat terus aku memeluk tubuhnya. Hingga terlihat tempat yang teduh yang ingin dia tuju. Dingin yang kurasaka saat itu seolah tak bisa aku pendam. Aku duduk sembari menantinya duduk disampingku. Dan disanalah saat itu pertama kali aku rasakan kembali dia memberikan kecupa mesra itu dan tanpa aku sadari dia menyentuh payudaraku.
“Jangan sayang, jangan…”,terus aku memberontak.
“Berikan aku kehangatanmu sekarang. Aku janji aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku ini”, pintanya.
Aku semakin tak terpedaya. Ku biarkan tanganya menggeramangi payudaraku hingga tanganya menyentuh dalam tubuhku. Betapa hancurnya hatiku saat itu. Namun cinta mengalahkan segala ketakutanku. “Aku percaya kamu sayang, aku cinta kamu dan kuberikan apa yang aku punya untukmu”.
***
“Kring,,kring,,kring”
“Sayang gimana kalau kita saudaraan saja”, message ku baca
“Maksud kamu apa?kita putus?”,jawab messageku.
“Saat ini aku Cuma ingin temenan sama kamu”.
“Ternyata kamu Cuma segitu. Setelah kamu lakukan itu ke aku, setelah semua janji-janjimu yang kau torehkan ke aku, setelah kamu menyentuh tubuhku, kamu mutusin aku, kejam banget c kamu nie?”.
Tak terasa air mata semakin banjir menghujam pipiku. Hanya rasa yang tak berharga yang aku rasakan. Sakit dan penyesalan tiada arti semakin menyayat tulang-tulangku. Seperti drama yang aku lakonkan dan aku adalah seorangyang terbuang. Tak pernah bisa aku menerima kenyataan. Dan tanpa aku pikir akibat yang akan aku terima nantinya semakin pikiran konyol itu menghantui otakku. Tanpa sepengetahuanya dan tanpa seizinnya aku menulusuri situs web yang dia punya. Ku temukan foto gadis dengan kecantikanya memanggilnya sayang saat itu. Dan aku semakin tidak terima dengan kenyataan yang aku temui saat itu.
“Dhila..?”, message ku kirim pada Nanda.
“Dari man kamu tahu?”, balasnya.
“O,,ternyata cewek lain dibalik ini semuanya. Ya memang aku tak secantik dia bahkan aku juga tak sesempurna dia”.
“Aku dijodohin, dia sakit”.
“Sakit apa?”
“Leukimia stadium 3”.
Betapa terkejutnya aku saat itu. Seakan aku merasa bersalah. Namun aku merasa bimbang. Aku dengan ikhlas melepaskanya atau aku yang semakin terluka?. Hanya membuatku penasaran. Kembali aku menelusuri web yang dia punya. Ku kirim pesan ke email Dhila. “Benar kamu Dhila. Cewek barunya Nanda. Aku Dira manta Nanda. Tepatnya 1 minggu yang lalu aku putus denganya. Aku sayang dia, sayang banget. Sebenere aku tidak terima dia jadian dengan kamu. Apalagi kamu penyebab kehancuran kami. Tapi aku terima saja karena kamu adalah pilihan ortunya Nanda dan kamu pun lagi sakit. Ku titipkan Nanda untukmu. Sayangi dia”
Terunyuh hatiku menerima kenyataan yang tak seharusnya. Beberapa hari kemudian aku terima balasan email dari Dhila. “Mbak Dira maaf apabila aku jadi penyebab kehancuran kalian. Tapi aku nggak tahu tetang mbak. Yang aku tahu kedekatan aku dengan Nanda itu dalam keadaan Nanda Jomblo. Tapi dari email mbak aku ngerti dia Cuma bohongin aku. Maaf mbak”.
Gundah yang semakin tak menentu dan aku memberotak. Dengan atau tanpa sadar ku hancurkan hubungan Dhila dan Nanda. Dendam semaki bergejolak dan hari-hariku semakin menyedihkan.
***
Empat bulan kemudian dia kembali hadir dikehidupanku dengan cerita yang baru. Dengan dia yang berbeda. Dan tak pernah aku pungkiri ketika aku masih sayang denganya. Kita kembali menjalini hidup yang baru. Tapi kehidupan baru itu adalah fatal ketika dia inginkan tubuhku. Tapi apa dayaku saat itu ketika aku dikalahkan dengan cinta.
Dikamar hotel itu dengan beraninya dia lepaskan kancing bajuku dan membiarkanku telanjang. Telanjang bersamanya menikmati kehangatan tubuhnya. Dengan cepatnya dia kecup bibirku, dia kulum punting payudaraku. Hari itu menjadikanku hari terhangat bersamanya.
“Terima kasih sayang”, dengan lembutnya dia kecup keningku.
Dan tanpa mampu ku berkata hanya senyum lembut dari bibir ini. Semenjak itulah semakin aku merasakan takut yang luar biasa. Semakin aku tak mampu berpijak dengan kokohnya. Dan hanya mampu menitihkan air mata sepanjang malam. Sebentar sebentar rasa takut merajai hatiku.
Beberapa hari yang sepi, tak ku jumpai lagi message dari dia setalah aku memuaskanya dikamar hotal lusa kemarin. Ketakutan yang aku rasakan kemarin semakin membuatku merintih sedih. “Apa nie akan berulang kembali”
Pukul 02.55 WIB. “kring,,kring,,kring”message dari ponselku.
“Maafin aku. Aku tidak bisa menjalani ini lagi. Aku jenuh dengan kamu”.
Terbukti, batinku memang tak pernah salah. Dan kembali dia menghacurkanku dengan semua janjinya setelah aku berika semua yang aku punya. Dan kembali yang aku tahu dan dengan kejadian yang sama dia dengan wanita lain.
***
“kring,,kring,,kring,,”
“seharusnya masuk rekor muri kalau aku balikan lagi dengan mu”
“TAMAT”
by: Jeni N.N.H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI