Dari Sekolah Dasar minat baca saya sudah tinggi, itulah pendapat dari Engku (panggilan khas minang untuk Kakek). Engku saya merupakan pensiunan Polri, kata orang pernah menjadi seorang Kapolsek, itu kata orang karena saya tidak pernah menanyakan secara langsung apa jabatan beliau dulunya, karena masih kecil.
Engku saya banyak mengoleksi berbagam macam buku, umumnya buku-bukunya berbau sejarah dan politik, mungkin disebabkan pekerjaannya juga. Selain itu, Engku saya berlangganan Koran dan Majalah, dari sanalah ketertarikan saya dengan buku dan bacaan dimulai.
Lantaran hanya ada buku sejarah dan politik, otomatis masih SD saya sudah mengenal dengan Hitler, tokoh Fasis yang mampu menguasai Eropa, namun kehidupannya berakhir tragis, setelah takluk oleh Uni Soviet. Masih kecil saya juga mengenal Mosilini, diktator Italia, dan Biografi tokoh dunia lainnya.
Takut akan berdampak buruk dengan Psikologi saya yang terbilang belia. Engku membujuk saya agar menghentikan bacaan tersebut, ia juga merekomendasikan Majalah anak-anak bobo, Ananda, Donald Bebek dan berbagai jenis Komik seperti Dragon Ball, Ular Naga, dan legenda-legenda Binatang lainnya.
Semenjak itu bacaan yang saya konsumsi hanya berkisaran dengan dunia kanak-kanak. Memasuki bangku SMU saya bersekolah di Ibukota Kabupaten, Kota yang cukup banyak terdapat toko-toko buku dan taman bacaan (TB). TB cukup membayar 500 perak, dan kita puas membaca apa saja selama 1 Jam.
Karena kecanduan dengan Komik, apalagi saat itu Komik yang lagi tenar dikampung saya adalah Petruk dan Gareng, sehingga saya sering membolos atau tidak masuk sama sekali, dan nongkrong di TB tersebut, hanya untuk memantau Komik Petruk yang terbaru.
Pada Jam sekolah TB langganan saya itu sangat ramai dikunjungi oleh pelajar, tak jarang TB itu dirazia petugas dan menangkapi kami. Saya pernah ditangkap sekali, pihak sekolah dipanggil, bikin surat perjanjian agar dikemudian hari tidak lagi mengulangi perbuatan tersebut.
Efeknya Prestasi melorot tajam, posisi (Ranking) saya berada nomor 2 paling buncit. Sontak saja orang tua dan engku marah besar, karena dari SD saya selalu langganan Juara kelas, kecuali juara 1. Karena kampiun itu sudah ditakdirkan milik Dedi Sutrisno atau Aida Triwahyuni, saya kalau gak peringkat empat, berarti peringkat tiga.
Karena rapor yang amburadul itu, Engku mengeluarkan kembali ilmunya yang telah lama dipendam yakni Spionase atau Intelijen, beliau mengintai saya lantaran penasaran kenapa nilai saya hancur lebur berkeping-keping. Karena sedang apes sayapun beliau temukan di TB itu pada saat Bel pulang sekolah belum berbunyi.
Setelah berhasil membongkar penyebab nilai Akademik saya berada dititik nadir, Engku mengembangkan penyelidikan, dengan mendatangi pihak sekolah. Akhirnya pihak sekolah memberikan data yang sangat falid "begini pak, Jefri dalam satu Catur Wulan (4 bulan) minimal 20 hari bolos" ujar Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan.
Setelah kejadian itu, saya pindah sekolah yang letaknya hanya lima kali mengayuh sepeda, serta dilarang membaca hal-hal yang berbau komik kecuali buku pengetahuan umum. Alhamdulillah, saya berhasil lulus dan dapat berkuliah di Universitas Negeri Favorit.