Calon Gubernur Teguh Santosa tidak hanya jual tampang atau sekedar gagah-gagahan dalam Pilgub DKI Jakarta yang bakal dilaksanakan awal tahun depan. Dia memotret segala macam persolan yang melanda Ibukota. Dia pun mencari solusi dari berbagai masalah yang membelit Jakarta salah satunya adalah persoalan pendidikan.
Karena latar belakangnya sebagai pendidik di berbagai Universitas, Teguh berpendapat bahwa segala persoalan di Jakarta seperti macet, banjir dan tingkat kriminalitas bersumber dari kualitas pendidikan yang rendah, yang pada akhirnya berimbas pada kemampuan kerja.
Apabila terpilih nanti, kata Teguh, dia akan memberikan perhatian ekstra serius. Pernyataan tersebut dilontarkan Teguh saat penyampaian visi-misi di DPW Partai Kebangkitan Bangsa.
 Menurut Wakil Rektor Universitas Bung Karno itu kualitas pendidikan formal dan informal serta kemampuan kerja warga Jakarta harus ditingkatkan. Untuk itu, Jakarta membutuhkan anggaran pendidikan yang sangat signifikan. Dia pun mengusulkan anggaran pendidikan sebesar 51 persen dari APBD DKI Jakarta.
Anggaran tersebut, lanjut dia, bukan hanya proses belejar dan mengajar di dalam kelas, dan perawatan fasilitas pendidikan serta gaji guru-guru. Melainkan pendidikan yang secara terus menerus dilakukan untuk menata kebiasaan-kebiasaan warga Jakarta, juga pendidikan yang memberikan kesempatan kepada pekerja low skill untuk meningkatkan kemampuan kerja
Disaat peralihan kekuasaan dari tangan Jokowi ke Basuki Tjahaya Purnama (APBD 2015) anggaran pendidikan DKI Jakarta turun sekitar empat persen dari tahun 2014 dengan alokasi anggaran pendidikan sebesar 25 persen. Lalu Kemendagri meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menambah anggaran pendidikan tersebut
Pemprov DKI pun menambah alokasi anggaran pendidikan seperti yang diminta Kemendagri. Namun meski sudah ditambah, alokasi anggaran pendidikan masih lebih rendah dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Untuk tahun 2016 ini anggaran pendidikan DKI Jakarta mencapai 27 persen dari APBD sebesar Rp 67,3.
