Mohon tunggu...
Jefri Hidayat
Jefri Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bermukim di Padang, Sumbar. Hobi menulis.

domisili di Sumbar, lajang, 30 tahun. Twitter @jefrineger

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Calon Presiden Kok Saling Hujat?

28 Maret 2014   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap Orang Ingin Jadi Pemimpin (Presiden).

Setiap orang selalu mendambakan untuk menjadi pemimpin. Jika yang bersangkutan tidak mampu, dia akan berharap pemimpin itu berasal dari, saudaranya, keluarganya, satu golongan, satu ideologi dan seterusnya.

Komunitas keagamaan seperti Nadhatul Ulama, Muhammadiyah dan ormas muslim lainnya tentu juga berharap Presiden berasal dari kalangan mereka. Begitu juga dengan saudara non muslim. Mereka pasti juga bermimpi orang nomor satu di negeri ini akan rahin dari Nasrani, Katolik, Hindu ataupun Buddha.

Termasuk juga kalangan liberal, sosialisme, konservatif dan lain-lain, mereka juga punya mimpi yang sama. Apalagi partai politik, organ yang notabene dibikin khusus untuk merebut kekuasaan, pasti akan berlomba untuk mengincar posisi bergengsi tersebut. Akan tetapi sejauh mana komunitas tersebut menyiapkan kader mereka untuk bisa bersaing menjadi pemimpin di negeri ini?

Dinamika Capres.

Jika kita perhatikan situasi politik hari ini, antarcapres saling sindir, caci, maki, hujat dan menjatuhkan. Tentu fakta hari ini tidak elok dalam pendidikan politik ke depan. Bukannya menyosialisasikan visi-misi mereka jika kelak menjadi pemimpin.

Seperti yang beredar di dunia maya, dari kalangan Islam konservatif sedang membentuk opini bahwa Presiden Indonesia ke depan adalah yang benar-benar Islamnya (menurut mereka). Bukan sekuler, apalagi non-muslim.

Lalu, kalangan agamis tersebut mendeskripsikan seolah-olah pemimpin yang berasal dari kalangan sekuler atau non-muslim tersebut akan menyengsarakan kalangan Islam tradisional. Mereka juga memberikan contoh-contoh daerah atau negara yang mayoritas Islam tapi dipimpin oleh seorang non-muslim.

Begitu juga sebaliknya, kalangan sekuler, liberalisme dan sejenisnya berusaha juga membangun opini tentang keburukan golongan Agamis. Komunitas ini juga menyodorkan argumen, pendapat maupun fakta ‘jika agamis memimpin?’ Jika kondisinya seperti demikian lalu pembelajaran apa yang didapatkan masyarakat. Sama sekali nol.

Para capres yang bertarung bukannya mengupas visi-misi, namun sebaliknya, malah memberikan contoh yang buruk bagi masyarakat. Logikanya, bagaimana mungkin kita memilih pemimpin yang sikap dan perilakunya tidak mencerminkan ketauladanan.

Lucunya, masing-masing capres berusaha membangun opini sedang dizalimi dan layak mendapat simpati. Strateginya hampir mirip dan tak jauh berbeda. Prabowo saat ini berupaya menggiring publik bahwa dia sedang dikhianati oleh PDIP—Megawati. Jokowi pun demikian, dia juga tengah menikmati serangan dari lawan-lawan politiknya.

Tak ketinggalan juga Aburizal Bakrie, capres dari Partai Golkar itu juga tengah memainkan skenario yang sama pasca beredarnya video Maldives. Lantaran strategi calon pemimpin 2014-2019 itu persis sama publik pun bingung capres mana yang sebenarnya sedang dizalimi.

Cara-cara seperti inilah yang akhirnya membuat masyarakat apatis, golput. Sehingga melahirkan politik uang. Dagang suara. Jika memang capres-capres itu berkompetisi untuk memperbaiki dan memajukan bangsa ini, kok malah ngotot? Jika memang ikhlas menyejahterakan rakyat kenapa musti saling menjatuhkan?

Melihat realitas di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa politisi-politisi yang kita miliki ini tidak benar-benar berniat memajukan bangsa, tapi hanya untuk merebut kekuasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun