Mohon tunggu...
Jefri Hidayat
Jefri Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bermukim di Padang, Sumbar. Hobi menulis.

domisili di Sumbar, lajang, 30 tahun. Twitter @jefrineger

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Melihat Profesi Juru Foto Amatir di Komplek Wisata Istana Pagaruyung

6 November 2012   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:53 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_215044" align="alignnone" width="720" caption="Depan Istana Pagaruyung"][/caption]

Tiga hari yang lalu saya berdarmawisata ke Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang pusat pemerintahannya terletak di Kota Batu sangkar. Batu Sangkar mempunyai segudang tempat wisata budaya dan menwarkan anda beragam panorama yang indah. Disinilah kita menemukan bagaimana kehidupan masyarakat Minangkabau pada masa terdahulu. Area persawahan berjenjang dengan padi menguning, dan rumah-rumah masyarakat dengan gaya tradisional memberian sensasi yang eksotis.

Terlalu panjang rasanya jika saya menceritakan keindahan daerah yang dulunya merupakan pusat kerajaan Minang ini, baiknya anda langsung saja ke Batu Sangkar membuktikan ucapan saya. Dan rasakan pesonanya, anda akan terkesima melihat perbukitan dan pegunungan yang mengelilingi Tanah datar, dari Puncak pato anda akan melihat Panorama Batu Sangkar seutuhnya.

Dari sekian tempat menarik, ada suatu hal yang menjadi perhatian saya, yakni, tukang photo yang beroperasi di kawasan Istana Pagayurung, objek wisata andalan pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar. Saiful Bahri, 35, salah tukang photo amatir mengatakan bahwa ada sekitar 60 orang teman seprofesinya. Uniknya, kedelapan puluh itu tidak beroperasi tiap hari, akan tetapi mereka dibagi menjadi 20 Shift, dengan kata lain 30orang/hari. "Bearti saya besok akan menjadi tukang ojek (profesi sampingannya) dan baru lusanya saya kembali menjadi tukang photo lagi" tutur Saiful. Pembagian ini didasarkan atas banyaknya penduduk sekitar yang menjadi tukang photo, jika tidak diorganisir akan berdampak pada kenyamanan pengunjung, dikarenakan Tukang photo terlalu ramai di dalam Komplek Istana Pagaruyung, salah pusat pemerintaha Kerajaan Minangkabau. Keunikannya lagi, pengunjung tidak akan terusik dengan bujukan/tawaran dari tukang photo untuk memakai Jasanya, karena hal tersebut merupakan tata tertib dalam organisasi tukang photo amatir. "Berapapun hasil yang didapat nanti semuanya akan dikumpul, menjelang sore hasil tersebut akan dibagi rata, ini bertujuan agar tidak terjadi persaingan sesama tukang photo yang berujung ketidaknyamanan pengunjung"tutur Anton, 42, salah satu pengurus Tukang photo Amatir. Jika tidak demikian maka satu wisatawan, bisa didatangi 30 orang tukang juru photo agar memakai jasanya. "bayangkan ketidaknyamanan yang dialami oleh pengunjung, hal ini harus diantisipasi" tegas Anton. Satu photo dengan ukuran 10R, dipatok harga 35 ribu. 8 ribu untuk biaya cetak, 4 ribu untuk sewa Kamera dan 5 ribu untuk Kas/simpanan, tambah Syaiful. Sisanya itu dikumpulkan menjadi satu, dan sore harinya akan dibagi rata, Kas dibagi menjelang Idul Fitri. Disuatu daerah ada yang mewajibkan pengunjung tidak boleh menggunakan kamera pribadi sebelum memakai Jasa tukang photo setempat, namun di Komplek Istana Pagaruyung hal demikian tidak akan anda temui. "Ya, terserah wisatawan jika mereka tidak mau memakai Jasa kami, tidak masalah, dan kami juga tidak melarang pengunjung untuk mengabadikan dengan memakai kamera pribadi" Urai Anton. Saya seperti merasakan sebuah suasana yang baru saat berada di Komplek Istana Pagaruyung, ketelaudanan dari Juru photo patu diapresiasikan, dan sikap pengelola objek Wisata disini sadar betul apa yang diinginkan oleh Pengunjung. Mungkin bandingannya ada di Jokjakarta, ikon daerah wisata budaya Indonesia. Daerah yang mempunyai objek wisata Budaya semestinya demikian, memegang kebudayaan nya sendiri dalm bentuk sikap dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sekedar tambahan wawasan, disini, di Istana Pagaruyung inilah proses melewakan gelar untuk Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Taufik Kiemas. Sekarang Istana Pagaruyung sedang dalam proses pembangunan, setelah mengalami kebakaran beberapa tahun lalu.

[caption id="attachment_215043" align="alignnone" width="576" caption="saya bersama Syaiful Bahri (Juru Photo Amatir)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun