Mohon tunggu...
Jefri Hidayat
Jefri Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bermukim di Padang, Sumbar. Hobi menulis.

domisili di Sumbar, lajang, 30 tahun. Twitter @jefrineger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Minggu Bersama Suku Rimba Untuk Pembuatan Film Dukumenter

5 November 2012   01:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:58 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_214774" align="aligncenter" width="184" caption="Genta Ditemani Rio Saat Pengambilan Gambar "][/caption]

Februari lalu datang telp dari seorang teman dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Namanya Genta, ia bermaksud akan mengunjungi guna membikin sebuah Film Indie untuk Skripsinya. Objek yang ia ambil adalah tentang kehidupan Suku Rimba, didaerah saya (Dharmasraya) disebut dengan suku kubu.

Seminggu setelah komunikasi via Handpone Genta datang untuk mengadakan riset, kami berangkat ke daerah pedalaman yang jaraknya sekitar 80KM dari jalan lintas Sumatera (Jalinsum). Kami sampai di lokasi hampir Magrib, karena medan menuju lokasi sangat berat, entah beberapa kali Jeep yang kami tompangi harus didirong ketika tanjakan apalagi sehari sebelumnya habis hujan. Sebulan setelah riset Genta langsung Action, tidak lupa  juga mengajak dua orang dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Peduli Dharmasraya sebagai penunjuk jalan, LSM mereka sudah sering melakukan kegiatan tentang pemberdayaan suku/adat terpencil. Rio dan Roni Heriadi anggota LSM itu sudah hafal lokasi menuju ke perkampungan suku rimba. Sebelumnya mewanti-wanti kami tentang hal-hal yang jadi tabu saat bersosialiasi dengan warga suku anak dalam.

Sesampai di perkampungan suku rimba, kami langsung berkomunikasi dengan INDUK (pengambil keputusan) tentang keinginan kami untuk mendukumentasi kehidupan mereka sehari-hari. Roni yang sudah terbiasa dan sangat dikenal dengan komunitas itu melakukan pembicaraan dengan Induk, awalnya, induk tidak bersedia karena komunitas suku rimba janggal bila berhadapan dengan kamera. Ditambah kecurigaan mereka bahwa maksud kami itu untuk menculik anak-anaknya, namun Roni berusaha meyakinkan bahwa niat kita hanya baik, bukan seperti yang ada dalam pemikiran mereka. Alhamdulilah Roni dan Rio berusaha meyakinkan mereka.

Keesokan hari, pembuatan Film Dokumenter yang berdurasi 24 menit itu dimulai, Genta sebagai Sutradara, orang yang juga mempunyai kepentingan untuk Skripsinya memulai aksinya yang dibantu dengan Kameramen Rifki, saya, Roni Heriadi, Rio Saputra, Eko dan salah satu dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.

Moment yang kami ambil adalah cara/latar belakang mereka berpindah-pindah tempat ke suatu Genah ke Genah (kampong/daerah) lainnya, cara mereka membersihkan ladang menangkap binatang buruan dan cara mereka bersosialisasi/komunikasi antar sesame mereka, pada intinya kami mendukumentasikan kegiatan mereka dari pagi, sampai pada malam hari saat mereka akan tidur.

Ada sebuah moment yang awalnya dilarang oleh Roni dan Rio untuk dishoot yakni ada seorang perempuan hamil. Bagi mereka hal tersebut tabu, jika perempuan  ikut pula diambil gambarnya, salah satu teman saya tetap juga mengambil gambar perempuan tersebut. Entah suatu kebetulan atau entah kenapa kaset yang berisi gambar wanita hamil itu rusak dan tak bisa dipakai.

[caption id="attachment_214775" align="aligncenter" width="576" caption="Genta Mengambil Gambar Orang Rimba Yang Sedang Keladang"]

13520811331802989718
13520811331802989718
[/caption]

Alasan kami menjadikan suku kubu untuk objek pembuatan Film Dukumenter itu adalah agar keberadaan suku rimba  juga diakui oleh Negara, selama ini Negara telah abai akan hak-hak mereka, abai akan pendidikan, perekonomian dan penghidupan yang layak. Mereka juga warga Indonesia yang sah, tapi kenapa keberadaan mereka sampai saat ini tidak pernah mendapat perhatian serius dari Negara.

Pembuatan Film tersebut menghabiskan waktu sekitar satu bulan dengan dua tahapan. Tahap pertama kami disana menghabiskan waktu dua minggu (sampai habis perbekalan) kembali “keluar”. Kendala yang kami rasakan selama pembuatan Film itu adalah medan menju perkampungan tersebut sangat jauh sehingga kami haru membawa perbekalan untuk menginap disana yang memakan dana yang cukup besar, ditambah kerusakan alat-alat Produksi yang kadangkala diluar logika manusia. Namun kami merasakan kepuasan batin karena ikut berbaur dengan mereka, merasakan bagaimana cara mereka bertahan hidup.

Pembuatan Film ini dibuat atas kerjasama ISI Padang Panjang dan Perkumpulan Peduli Dharmasraya.

[caption id="attachment_214777" align="aligncenter" width="576" caption="Genta (Sutradara) Bersama Komunitas Suku Rimba"]

1352081187110525965
1352081187110525965
[/caption]

Dukumentasi Photo: Rahmat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun