Mohon tunggu...
Jeff Rufinus
Jeff Rufinus Mohon Tunggu... -

Penulis menekuni berbagai bidang, dari mulai sains dan teknologi, hingga politik, ekonomi, masalah lingkungan dlsb.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Singkat Penentuan Hari Raya Paskah

20 April 2014   11:24 Diperbarui: 30 Maret 2018   19:50 5334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari raya Paskah adalah salah satu hari raya paling penting bagi umat Kristen dan Katolik. Mungkin bisa dibilang, hari raya yang terpenting. Untuk tahun 2018 ini Hari raya Paskah jatuh pada hari Minggu tanggal 1 April, sedangkan tahun lalu (2017) Paskah dirayakan pada hari Minggu tanggal 16 April. Tahun depan (2019), hari Minggu tanggal 21 April adalah hari Paskah. Banyak hari hari peringatan Gerejawi yang menggunakan hari Paskah sebagai patokan, misalnya Hari Rabu Abu (46 hari sebelum Paskah), Hari Minggu Palm (hari Minggu 7 hari sebelum Paskah), Hari Jumat Agung (2 hari sebelum Paskah), Hari Kenaikan (39 hari setelah Paskah), Hari Pantekosta (49 hari setelah Paskah), dll. Ketergantungan hari-hari ini semua pada Paskah membuat penentuan hari Paskah sebagai hal yang sangat-sangat penting. Walaupun selalu jatuh pada hari Minggu, namun setiap tahunnya hari Paskah jatuh pada tanggal yang berbeda, tidak seperti misalnya… hari raya Natal yang selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember. 

Penghitungan atau penentuan hari Paskah mengikuti cara-cara yang kompleks. Namun, mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa cara penghitungan yang kita pakai sekarang ini telah mengalami evolusi yang cukup panjang selama kurang lebih 2 ribu tahun terakhir ini, melibatkan intrik2 tokoh-tokoh agama serta pemikiran banyak orang: saintists, politicians dan juga kaisar. Menurut perkiraan, Yesus Kristus di salibkan di sekitar hari raya Yahudi yang disebut “Passover”. Hari raya Passover ini diperkirakan jatuh pada tanggal 14 bulan Nisan pada sistim kalender Yahudi, yang setiap tahunnya juga berbeda pada kalender Gregorian (sistim kalender yang kita pakai sekarang ini). Namun, sejak pertengahan abad kedua Masehi, penentuan hari Paskah telah menimbulkan kontroversi di antara 2 pihak gereja: Pihak yang mematok pada tanggal 14 bulan Nisan (yang berarti hari raya Paskah bisa jatuh pada hari apa saja, Senin sampai Minggu) versus pihak yang mematok pada hari Minggu pertama setelah tanggal 14 bulan Nisan. Kubu terakhir ini didukung oleh gereja Katolik saat itu. Pertentangan diantara kedua kubu ini menimbulkan kebingungan umat Kristen pada beberapa abad pertama Masehi karena ada dua hari raya Paskah. 

Kesepakatan mulai tampak ketika Konsili Nicaea (tahun 325 Masehi) yang diselenggarakan atas inisiatif Kaisar Constantine. Pada Konsili ini beberapa ratus pemuka agama bertemu di kota Nicaea (Turki) selama kurang lebih 2 bulan untuk membicarakan berbagai masalah gereja. Salah satu kesepakatan yang dicapai Konsili adalah hari Paskah dirayakan pada hari yang sama dan selalu jatuh pada hari Minggu. Penentuan tanggalnya, menurut kesepakatan ini, akan ditetapkan oleh tokoh-tokoh gereja dari tempat tertentu dan disebarkan ke seluruh gereja yang ada. Namun sayangnya ketetapan ini pada dasarnya tidak dijalankan oleh semua gereja setelah Konsili Nicaea berakhir. Untuk melepaskan diri secara sepenuhnya dari pengaruh Judaisme, tokoh tokoh agama Kristen dan Katolik pada awal-awal abad Masehi mengganggap bahwa penentuan tanggal Paskah tidak boleh mengacu pada tanggal presisi terjadinya Passover bangsa Yahudi, dimana pengamatan bulan harus dilakukan secara langsung. Artinya, hari raya Paskah dipisahkan dari hari Passover. Jadi, hari raya Paskah itu ditentukan melalui perhitungan, bukan pengamatan langsung. 

Menurut sejarah, rumusan cara-cara yang paling awal untuk penentuan tanggal Paskah berkiblat pada 2 metoda, yakni Metoda Yunani dan metoda Romawi. Namun, keduanya seringkali memberikan 2 tanggal yang berlainan karena perbedaan anggapan kapan hari pertama dari musim semi terjadi. Pada Konsili Nicaea tahun 325 Masehi telah diputuskan bahwa hari raya Paskah sebagai hari kebangkitan Kristus yang jatuh pada hari Minggu yang pertama setelah hari ke 14 bulan Paskah (yang disebut Paschal Moon – yakni bulan penuh setelah saat Vernal Equinox yang biasanya dianggap sebagai permulaan musim semi di bumi bagian utara). Masalahnya, ketika konsili Nicaea berlangsung, sistim kalender yang dipakai adalah sistim Julian (dari Julius Caesar) yang tidak akurat.

Aturan penentuan hari raya Paskah yang cukup tepat adalah hasil disain daripada seseorang yang bernama Dionysius Exiguus, di sekitar abad ke enam, yang kemudian disempurnakan oleh seorang biarawan bernama Bede. Metoda Dionysius-Bede ini bertahan lebih dari seribu tahun hingga abad pertengahan. Ketika musim semi tahun 1582 tiba jauh lebih awal dari tanggal “yang seharusnya”, yakni tanggal 21 Maret, Paus Gregory XIII akhirnya mengeluarkan sebuah keputusan reformasi kalender yang kemudian melahirkan kalender sistim Gregorian, sebagai pengganti kalender sistim Julian yang telah dipakai selama berabad abad. Juga pada saat itu ditentukan aturan-aturan baru penentuan tanggal hari raya Paskah yang dikembangkan oleh astronomer Christopher Clavius dan Aloysius Lilius. Namun, negara-negara penganut agama Kristen Protestan pada mulanya sangat menentang aturan baru ini, yang kemudian menimbulkan pertikaian di antara pengikut agama Katolik dan Protestan di sekitar tahun1724. Untunglah kemudian satu persatu negara-negara ini (kecuali gereja-gereja di Eropa Timur) mulai mengadopsi kalender Gregorian. 

Perhitungan tanggal Paskah pada kalender Gregorian tetap berpijak pada Konsili Nicaea, yakni hari raya Paskah jatuh pada hari Minggu yang pertama setelah bulan Paskah penuh, pada atau setelah permulaan musim semi (yang dianggap jatuh pada tanggal 21 Maret setiap tahun nya). Namun, metoda perhitungan siklus bulan dan matahari saat itu telah diperbaharui dengan cara mengacu pada ketepatan yang lebih tinggi yang diketahui dari data-data astronomi yang ada. Dengan cara ini, hari raya Paskah pasti akan jatuh diantara tanggal 22 Maret dan 25 April, dengan kemungkinan terbesar jatuh pada tanggal 19 April (sekitar 4%) dan kemungkinan terkecil jatuh pada tanggal 22 Maret (sekitar 0.5 %) 

Pada awalnya semua perhitungan tersebut diatas dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel, namun dengan kemajuan computer, perhitungan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah mengikuti langkah2 yang disebut algoritma. Dengan cara ini, misalnya dengan mudah diketahui bahwa untuk 3 tahun ke depan, hari raya Paskah akan jatuh pada hari Minggu, tanggal 21 April 2019, tanggal 12 April 2020, dan tanggal 4 April 2021, dan seterusnya. Jika anda mengerti bahasa pemrograman, atau memiliki kalkulator sederhana, rumusan algoritma sederhana di bawah ini bisa dipergunakan untuk menentukan hari raya Paskah dari tahun 1900 hingga 2099. Namun, untuk tahun-tahun 1954, 1981, 2049, dan 2076, rumusan ini menghasilkan tanggal hari raya Paskah kecepatan 1 minggu (jadi tanggalnya perlu dikurangi dengan 7). Jika variable “tahun” adalah input, maka perhitungan hari raya Paskah untuk tahun tersebut adalah sebagai berikut: (Catatan: tanda % di bawah ini adalah pembagian modulus, yang berarti mencari remainder atau sisa daripada pembagian. Sebagai misalnya: 25 % 19 = 6 karena jika 25 dibagi dengan 19 maka sisa pembagian nya adalah 6; 50 % 19 = 12, dst) . Tentukan variable2 a hingga e dibawah ini:

a = tahun % 19 

b = tahun % 4 

c = tahun % 7 

d = (19 a + 24) % 30 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun