14 DESEMBER 2012
Hari ini mungkin akan menjadi hari bersejarah dalam tatanan sepakbola kita, tentu saja bukan karna kita meraih suatu prestasi atau kebanggaan di bidang olahraga paling di gilai jutaan orang di dunia ini, tapi hari ini nasib sepakbola ini di tentukan, apakah kita akan tetap bisa eksis menghiasi jagat sepakbola international atau sebaliknya, kita di bekukan !!!
Kita semua berharap tentu pada opsi yang kedua, namun berkaca pada episode selama dua dekade ini, rasannya opsi yang ke dua patut di coba. Ya Banned !!!
Mungkin ini solusi terbaik dari solusi yang buruk, secara logis dan akal sehat, seorang penggemar sepakbola yang berasal dari negara manapun tentu ingin melihat timnasional negarannya bersaing dengan negara lain memperebutkan supremasi dan harga diri, tak elok sangat rasaanya mengharapkan negaranya di bekukan oleh organisasi tertinggi sepakbola. Tetapi yang terjadipada sepakbola Indonesia punya kelainan, ibarat seorang anak yang mengalami kecelakaan dan seorang anak mengalami luka sangat parah, cacat permanen dan koma. Orang tua tentu berharap kesembuhan dari anaknya, namun diagnosa dokter mengatakan mustahil, karna sang anak mengalami hantaman yang begitu keras, yang menyebabkan kalaupun sang anak selamat akan membuat sang anak akan bertambah menderita, tak akan menjalani hidupnya dengan bahagia. Saya rasa tak ada yang sanggup melihat sang buah hatinya hidup menderita, kalau ada jalan yang di anggap paling baik dari solusi yang buruk, maka kembali kepada maha kuasa adalah jalannya. Orang tua tinggal mendoakan sang anak dia bisa bahagia di surga. Dan tentu “bikin lagi yang baru”.
Mungkin sepenggal kisah tadi dapat kita terapkan di sepakbola indonesia, bola negeri ini sepertinya mengalami cacat permanen yang sangat sulit mencarikan obatnya, jalan – jalan terbaik sepertinya buntu bagi mereka yang haus birahi kekuasaan, tak peduli tangis jerit pemain yang bergantung hidup dari sepakbola, mereka terus jalan terus menggerus sendi kehidupan sepakbola, mereka seperti virus yang setiap hari menggerogoti sistem imun sepakbola indonesia, mereka secara tidak sadar (atau mungkin ada yang sadar) apa yang mereka lakukan sekarang menggiring sepakbola indonesia ke jurang kematian. Mungkin kita memang di berikan pilihan yang sangat sulit, namun kita harus tetap memilih solusi terbaik diantara solusi yang paling buruk. Tentu pembaca cerdas mengerti maksud penulis, mengaitkan dengan tulisan yang sebelumnya, lebih baik kita matikan sepakbola saat ini, dan kita lahirkan kembali sepakbola yang lebih sehat. Tentu tidak melibatkan virus-virus yang sudah merusak dan menggerogoti sepakbola kita. Banned, mungkin berdampak buruk satu atau dua tahun kedepan, negara kita di kucilkan, sepakbola kita tenggelam dari hingar bingar kejuaraan antar negara, tak ada lagi merah putih berkibar, tapi andai saja kita bisa melahirkan sepakbola yang sehat selama tenggang waktu tersebut, kita besarkan dia dengan curahan kasih sayang dan didikan disiplin, saya rasa sepakbola kita akan tumbuh sebagai garuda sakti yang siap mengembalikan kejayaan bangsa ini, kejayaan sepakbola negara ini,
Tidak mudah !!!! memang, tak ada sesuatu yang mengagumkan yang di hasilkan dari sesuatu yang instan, semua yang instan hanya akan memberi dampak buruk, jangan pernah menyukai sesatu yang instan, kita semua harus ikut berpartisipasi dalam melahirkan sepakbola yang sehat, yaa, kita yang berada di luar stekholder sepakbola negara ini. Mencipatakan atmosfir yang elegan namun angker bagi publik lawan. Kalau kita hanya menyerahkan sepakbola ke tangan-tangan kotor mereka, lebih baik sepakbola di lipat untuk selama lamannya, karna itu hanya sebuah kesia siaan! Salam sepakbola yang lebih sehat !!!
@JauharyFahmi12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H