Organisasi sepakbola negeri ini sangat merindukan pemimipin yang mengerti akan bagaimana kepentingan sepakbola dan para pecinta sepakbola di Negeri ini untuk mendapatkan prestasi yang bagus dan dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, bukan memikirkan kepentingan pribadi. Begitu banyak kongres luar biasa yang telah dilakukan PSSI namun hasilnya tidak seperti namanya yang luar biasa, tetapi yang dihasilkan orang-orang yang memimpin PSSI adalah pemimpin yang berpendidikan di sekolah luar biasa, begitulah organisasi yang katanya mempunyai aturan-aturan dan pasal-pasal yang mereka sering sebut dengan statuta PSSI, namun aturan yang mereka buat tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, bahkan lebih gilanya lagi statuta FIFA yang merupakan induk persatuan sepakbola dunia pun mereka bantai habis dengan melanggarnya, masih menjadi pengurus organisasi kecil saja sudah bikin ulah, apalagi mereka menjabat menjadi pengurus FIFA, habislah sepakbola dunia ini dan yang ada hanya tinggal kenangan saja. Namun, apapun yang terjadi kami tetap janji dan selalu membuktikan mendukung bola Negeri ini, politik berkelahi saling caci maki, bagi kami FOOTBALL FOR UNITY!.
Berbicara tentang PSSI mungkin tidak ada habisnya, bahkan bila menjadi film atau sinetron, film ini akan mengalahkan sinetron-sinetron yang sudah ada di stasiun televesi. Hampir setiap hari, tidak megenal waktu, mau siang ataupun malam, media massa selalu memberitakan yang bertema dengan masalah PSSI. Masih ingat dalam ingatan kita, kekisruhan dan ketidakadilan terjadi dalam PSSI di bawah pimpinan Nurdin Halid, para pengurus PSSI langsung menjadi selebritis dadakan yang dimuat di koran sobek dan televesi rusak, dan yang menjadi aktor dan aktris utamanya adalah Nurdin Halid dan Nugraha Besoes. Sebenarnya apa yang mereka cari di PSSI? Apakah mencari uang demi sesuap nasi? Apakah ingin menjadi orang terkenal? Atau bahkan mereka hanya mencari ribut dengan orang-orang militan (SUPPORTER) di Negeri ini? Bukan begitu caranya bapak-bapak yang berintelektual dari Somalia.
Seketika itu juga para Supporter sepakbola seluruh Indonesia bersatu untuk menghentikan perbuatan yang dapat merugikan sepakbola. Semua supporter dari Sabang sampai Merauke, dari orang yang tidak tahu apa-apa tentang sepakbola dan yang tahu sepakbola meneriakkan hal yang sama, berbaur menjadi satu hati satu jiwa dan satu suara yaitu REVOLUSI PSSI!
Dengan mengeluarkan waktu dan tenaga yang melebihi maksimal, para supporter pun tidak henti-hentinya menyerbu kantor PSSI di Senayan untuk menegakkan kebenaran. Akhirnya keinginan seluruh pecinta sepakbola di Negeri ini dapat terwujud dengan rasa tidak terhormat NH pun turun setelah semua elemen pecinta sepakbola di Negeri ini susah payah untuk menurunkan NH yang keras kepala ini, dan ketika itu pula secercah harapan dan mimpi kita akan prestasi sepakbola Negeri ini sudah di depan mata. PSSI langsung mengadakan kongres luar biasa, walaupun jalannya kongres ini juga penuh kekisruhan, aneh memang jika kita lihat PSSI ini, kinerja mereka selalu ribut terus makanya pantas saja jika para pemain sepakbola di Negeri ini selalu berkelahi di lapangan, mereka semua mengikuti kebiasaan PSSI, yah maklumlah namanya juga orang-orang tak bermoral masuk dalam kepengurusan, ah lupakan sajalah dan kubur dalam-dalam kebiasaan buruk mereka itu.
Djohar Arifin pun terpilih menggantikan NH melalui kongres luar biasa PSSI di Solo, dan kita semua pun berharap pada pemimpin baru ini akan membawa prestasi yang cukup bagus dan baik untuk sepakbola Negeri ini, semua harapan dan mimpi kita berada di pundak Djohar. Semua struktur kepengurusan pun dirombak total dengan muka baru, berakhirlah penderitaan sepakbola Negeri ini dari kedzaliman NH dan kawan-kawan.
Namun, semua mimpi kita sepertinya tidak bakal terwujud, malah kalau boleh jujur, SEPAKBOLA NEGERI INI AKAN HANCUR DIBAWAH PIMPINAN DJOHAR ARIFIN. Kita lihat saja bagaimana kinerja beliau, mulai dari mengganti coach Alfred Riedl, padahal seperti kita tahu selama ini, coach Riedl ini sangat bagus kerjanya, dia dapat memberikan warna dalam permainan timnas kita, tegas, dan selalu disiplin, namun tidak tahu kenapa orang dzalim baru ini dengan semena-mena memecat secara tidak hormat coach Riedl dengan alasan kontrak. Secara akal sehat kan bisa kita pikirkan, kalau memang Coach AR bagus kenapa tidak dilanjutkan saja kalau memecat karena hanya masalah kontrak, buktinya ketika Piala AFF kemarin, warga Indonesia sangat terhibur dengan permainan para pemain Timnas kita. Terbukti, kesalahan fatal yang dilakukan DA, Timnas Garuda saat ini terseok-seok dan rasa kekeluargaan diantara para pemain agak sedikit terganggu. Kalau seperti ini, mau siapa yang disalahkan?? Masa penonton yang menyalakan kembang api mau disalahin, itu kan semua dilakukan akibat kekecewaan kami atas kinerja PSS.
Selanjutnya, yang paling fatal dan benar-benar dzalim yang dilakukan PSSI jilid Djohar adalah secara tidak masuk akal sehat kita dalam memutuskan dan menyelesaikan masalah dualisme dalam Persija Jakarta, dengan bangganya PSSI menunjuk kubu HB (PT.Persija Jaya) sebagai administrator dan pengelola tim Persija Jakarta musim ini.
Padahal yang seperti kita tahu dan merupakan fakta adalah Bapak Ferri Paulus adalah Ketua Umum Persija yang terpilih dalam Rapat Umum Anggota Persija 30 Juli lalu sebagai pengelola Tim Persija Jakarta musim ini yang sah dan tidak bisa diganggu gugat dibawah naungan PT. Persija Jaya Jakarta. Coba kita bayangkan, suara 90 poin yang dimiliki FP bisa dikalahkan oleh HB yang hanya mendapatkan 11 poin suara dalam Rapat Umum Anggota Persija, jelas sudah diluar akal sehat manusia, PSSI bisa memutuskan hal seperti ini. Apa yang mereka pertimbangkan dalam memutuskan hal ini! Layaknya seperti sinetron saja, semua pemain bisa diatur sesuai keinginan mereka. Ya seperti inilah jika sepakbola sudah dicampur aduk dengan politik dan kepentigan pribadi, apapun bisa terjadi walaupun sangat tidak masuk akal.
Masalah peserta tim yang berlaga di ISL juga menjadi sorotan publik, masa tim yang sudah degradasi dan sudah berselingkuh dengan ISL bisa masuk secara cuma-Cuma seperti sedang buang air kecil di bawah pohon. Percuma saja selama ini semua tim ISL bersaing untuk bertahan di kompetisi tertinggi di Negeri ini, kalau pada akhirnya seperti ini, seperti anak kecil yang sedang bermain sepakbola di Playstation, dengan mudahnya memasukkan tim dengan 10 jari tangan tanpa ada yang didegradasi dan lebih lebih fatalnya lagi bila terjadi dan pasti peserta ISL ada 24 tim! Wow dahsyat dan terdengar agak banyak gila pengurus saat ini.
Bisa dibayangkan, ada berapa pertandingan yang akan dijalankan, ada berapa pertandingan dalam seminggu, berapa hari masa istirahat pemain kita untuk dapat bertahan di liga ini yang akan bertanding dengan waktu singkat dengan tujuan dari ujung barat hingga timur Negeri ini, akankah sanggup tim-tim membiayai semua ini, bagaimana jika ada salah satu tim yang bangkrut ditengah jalan akibat kompetisi panjang ini, dan yang paling penting adalah berapa tahun kompetisi ini akan berjalan, yang 18 tim musim lalu saja hampir setahun untuk bisa mendapat juara, dan masih banyak lagi sisi negatifnya kalau kita pikir panjang kedepan. Kita tunggu saja tanggal mainnya dari sinetron versi PSSI ini. Kami sebagai supporter sangat berharap kalau kedepannya PSSI bisa memutuskan suaatu permasalahan secara akal sehat dan kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H