[caption id="attachment_172877" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama Denny Indrayana"][/caption] Denny Indrayana, nama pesohor yang sekarang sedang ramai di bincangkan oleh media, bukan karna prestasinya, tetapi kenyataannya media kita lebih tertarik menguak sisi negatif dari seorang Denny yang masih tabuh, dan tak ada pembuktian kalau itu adalah sebuah kebenaran. Tapi itulah daya magis pemberitaan di negeri ini, daya jual berita-berita negatif masih menempati rangking paling wahid untuk disuguhkan ke lensa-lensa pemirsa di seantero negeri. Tapi apalah itu, saya tidak akan mencoba menulis tentang perbuatan dan dosa-dosa para pelaku jurnalistik karna selalu saja ada kilah dari mereka tentang pemberitaan negatif. Disini saya hanya akan mencoba memaparkan seorang sosok yang sangat bersahaja dalam mengemukakan pendapatnya, entah ini hanya sebuah intrik atau bak aktor di layar kaca (ikut-ikutan menyoroti negatifnya juga deh gue) atau memang tingkah pola prilaku dari seorang Denny Indrayana. Denny, seorang yang terlahir dari sebuah desa kecil di ujung pelosok selatan kalimantan, "Gunung Sari" nama desa tersebut, desa yang yang mempunyai letak geografis 10 km dari ibukota pulau laut utara, tentu pembaca kembali bertanya tanya, dimana pulau laut utara? pulau laut utara adalah sebuah kecamatan yang ikut ambil bagian dalam pendeklarasian kabupaten Kotabaru 59 tahun yang lalu. Kalau nama Kotabaru mungkin kawan-kawan sudah sedikit pernah mendengar atau mendapat bayangan tentang kota kecil yang mencoba mengembangkan diri lewat industrinnya, sebuah kota kecil dimana seni dan budaya begitu dijaga, dan mempunyai ukiran alam yang sangat mempesona, karena di kelilingin oleh hamparan pantai dan gunung - gunung yang setiap pagi selalu di gumpali oleh awan putih. [caption id="attachment_173214" align="aligncenter" width="233" caption="Peta Kotabaru"]
[/caption] [caption id="attachment_173216" align="aligncenter" width="320" caption="Pulau Laut"]
[/caption] Denny,
11 Desember 1972 atau 39 tahun yang lalu pria ini dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Hj Tietin Sumarni di kampung yang sudah saya sebutkan di atas, tidak ada yang istimewa dari Denny kecil, layaknya seorang anak-anak kebanyakan, masa kecilnya dihabiskan dengan banyak bermain bola dengan sejawatnya, karna sampai saat inipun olahraga ini masih sangat di gandrungi oleh beliau, hingga sampai saatnya beliau masuk sekolah dasar, karna masalah keluarga beliau harus pergi meninggalkan tanah kelahirannya Kotabaru, beliau sekeluarga urbanisasi ke kota yang juga masih dalam cakupan daerah Kalimantan Selatan, Banjarbaru, sebuah kotamadya 36 km dari ibukota provinsi ini. disinilah potensi luar biasa dari seorang Denny Indrayana, dikota inilah beliau mengenyam pendidikan yang menjadikannya seseorang yang punya dedikasi luar biasa terhadap ibu pertiwi. SD, SMP, dan SMA beliau lewati di kota ini, dan tiba saatnya ketika beliau ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, dari sumber menyebutkan bahwa dulunya beliau tidak berniat menjadi seorang pakar di bidang hukum, beliau lebih tertarik menjadi seorang dokter (west, jauh banget kan???), tapi kenyataannya memang seperti itu. tapi setelah berkonsultasi dengan internal keluarga dan dari pihak keluarga terutama ayah lebih menghendaki Denny mengambil jalur perjuangan di bidang hukum, dan ternyata fieling ayah beliau sangat tepat, Denny menjadi sosok pembeda di institusi hukum negara yang sudah carut marut ini. Denny Indryana melanjutkan study nya di Universitas Gajah Mada, tentu saja dengan jurusan Hukum, selepas menyabet gelar sarjana tingkat satu di UGM, Denny berangkat ke amerika untuk mencoba peruntungan dan mnimba ilmu untuk mentitelkan dirinya sebagai magister hukum, beliau masuk ke Universitas
Universitas Minnesotta, AS yang menurut sumber, beliau satu kelas dengan president Amerika yang cukup punya ikatan emosional dengan rakyat Indonesia, yaa, Barrack Obama. jadi tak heran jam terbang Denny dan ketenangannya serta mentalitas kenegarawanannya cukup memadaai dan punya rengking yang cukup tinggi. Karna sejak mengenyam pendidikan beliau sudah sering berdiskusi dengan tokoh-tokoh birokrat yang punya nama beken hingga sekarang. Pencarian jati diri Denny tidak berhenti di negeri paman sam saja, selepas menyelesaikan tuntutan belajarnya di negeri penyelenggara piala duniatahun 1994 itu, Denny bergegas untuk menyiapkan bekal-nekalnya dalam rangka merengkuh gelar Doktor di bidang hukum di universitas Melbourne, Australia. Selesai dari segala macam hirup pikuk dunia pendidikan di luar negeri, Denny Indrayana kembali ke pangkuan ibu pertiwi, negeri tempat kelahirannya, beliau langsung aktif mengajar di Universitas yang telah memberikannya banyak bekal, beliau juga aktif sebagaaktivis dan penggiat anti korupsi, Dia merupakan salah satu pendiri
Indonesian Court Monitoring dan
Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Hingga tiba saatnya beliau menerima amanah dari pihak istana untuk menjadi staf khusus president Susilo Bambang Yudhoyono. sejak September 2008, Denny menjadi Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bidang Hukum, HAM dan Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Rekam jejak selama ini, selain menguasai hukum tata negara, menunjukkan bahwa Denny amat kritis terhadap masalah korupsi dan mafia hukum. Ia menulis empat buku terkait isu hukum tata negara dan korupsi, yaitu: Amandemen UUD 1945 antara Mitos dan Pembongkaran; Indonesian Constitutional Reform 1999-2002; Negara Antara Ada dan Tiada; dan Negeri Para Mafioso. Dan jabatan terakhir tentu saja kita sama-sama tahu sejak 19 Oktober 2011 diangkat menjadi
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. dan catatan tambahan, beliau diangkat menjadi guru besar bidang hukum di Universitas Gajah Mada. Sebenarnya sangat banyak-banyak diperlukan kata-kata untuk menerangkan seorang sosok ini, mengenai kehidupan pribadinya dan keluargannya. tapi mungkin akan saya coba tulis pada halaman berikutnya dan kapan-kapan. hehe Yang ada sekarang, kita berharap Denny benar-benar bisa bekerja dengan hati, mencoba membersihkan hukum di negeri ini dari para penebar sampah yang selalu mengotori kehidupan berbangsa dan bernegara kita. dan semoga beliau selalu berada pada jalur dan koridor yang benar dalam memperjuangkan keadilan rakyat negeri ini. Seperti yang selalu di ungkapkannya dalam setiap akhir tulisannya. Waja Sampai Kaputing, Haram Manyarah, Keep on fighting for the better Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya