rumput basah, aroma tanah merah
gerimis melengkap remang cuaca
gigil tubuh memeluk nisan
enggan beranjak
dan mata air air mata deras memecah sebak
payung-payung hitam yang sedari mula bungkam
perlahan, satu persatu beranjak
menjauh
semakin jauh dan hilang kemana entah
setiap jejak tertentu arah
masih tercium jelas aroma sakral
saat seonggok jasad kaku diusung tanah
diantarkan doa-doa kudus
tangis dan untaian kata duka
bela sungkawa
dari para peziarah yang ada sempat turut serta
mengarak keranda
entah kerabat entah sejawat
entah kenalan semata
ya, sebatang kara kini seorang bocah
lanjutkan hidup tanpa orang tercinta
tanpa sesiapa tempat bermanja
tempat bercerita
berbagi segala kisah
segala keluh kesah
segala apa yang mungkin ada didapatinya
tanpa ragu
tanpa rasa malu ungkapkan segala
rumput basah, aroma tanah merah
gerimis melengkap remang cuaca
gigil tubuh memeluk nisan
enggan beranjak
pun hanya setindak mengayun langkah
seorang bocah
kini hidup sebatang kara
Bengkulu, 22 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H