[caption id="attachment_409127" align="aligncenter" width="620" caption="Taufik Ismail/Kompas.com"][/caption]
kemarilah nak, ada bermangkuk-mangkuk puisi di sini
untuk menu makan kita malam ini
tersaji dengan bermacam rasa dan kaya akan gizi
kemarilah, jangan ragu jangan tunda-tunda lagi
ini puisi sangat lezat untuk dinikmati
ramuan tangan moyang kita tempo hari
tak jadi apa, biar dikata sudah teramat lama ini puisi
tapi sekali ia tak akan pernah basi
tersimpan rapi ia dalam laci-laci sejarah negeri
kemarilah, dan kuyakinkan kau bahwa nanti
setelah kau jamah dia untuk sekedar mencicipi
kau akan menagih dan menagih lagi tanpa peduli
tentu saja kalau kau nikmati dengan sepenuh hati
sepenuh hasratmu menghayati
dan mencerna setiap seratnya tanpa pandang pilih
sekali lagi kemarilah nak, ada bermangkuk-mangkuk puisi di sini
untuk kau coba setidaknya sebagai obat bagi hati
yang telah nyaris hilang rasa peduli
kalau kau bertanya, siapa yang meracik menu-menu ini
baiklah aku jawab pun tiada lengkap dan semampuku pasti
sebatas tahu dan ingatku yang mulai letih
![14285934841788630493](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14285934841788630493.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
inilah mereka, mohon kau dengar dengan penuh perhati:
ada Amir Hamzah dengan Boeah Rindoenya
ada Chairil Anwar dengan keakuannya
ada pula Sutardji Calzoum Bachri dengan bait berdarahnya yang padat berisi