gambar : arsip pribadi-laju musim masih berganti dengan ragam warna menebar seri dengan riuh bebunyi yang menyoraki dan di sini aku tetap mematut diri masih bermain dengan lakon-lakon sunyi dalam lajang hati yang kuakui kerap bertingkah jalang hilang kendali- tak pernah sungguh aku dugai masih saja bayang wajahmu coba memasuki ruang yang sengaja aku bangun untuk sendiri tanpa sekali waktu  hendak berbagi pun dengan bayangku sendiri yang kian memudar disapu tabir-tabir hitam warna hari- Santia, begitu bernama bayang wajahmu aku kenali bersama segenap angkuh diri coba kuhalau biar kan segera jauh pergi jauh, hingga sekali tiada akan pernah terlihat kembali pun hanya setetak di balik tirai mimpi- tapi, suka tak suka mesti aku akui kini bayang wajahmu tiada dapat kuhalau masih tetap bertahan ia dengan keayuan tiada tertutupi pekat usang debu mencemari hingga rata menyelimut serata luas bentang hari- lagi, laju musim masih berganti dengan ragam warna menebar seri dengan riuh bebunyi yang menyoraki dan di sini berbisik hati pada dinding sunyi tiada geming mesti : izinkanlah saja (Santia) kuukir dan kupajang bayang wajahmu di sini menghias lembar musim yang entah akan berganti-Bengkulu, 4 Rabi'ul Akhir 1435 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H