selembar daun terlepas dari ranting-ranting politik
jatuh tersungkur
menguning dan lebur tinggalkan putik
buah kepentingan
ambisi yang sempat terbetik
ya, jasad rapuhnya tak lagi mampu
menahan gelombang
terpaan angin pertentangan
yang terus meneriak kata bantah
di sepanjang ruas-ruas jalanan berdalih perjuangan
di laman demokrasi itulah akhir jasad tertanam
lelap di bawah sanjungan
berselang kata benci
bercampur sebagai pohon ingatan
berbuah umpat juga pujian
dan lembar-lembar barupun bermunculan
bersama cita
yang tiada ubah tertera pada guratan
tingginya angan dan keinginan jauh mengakar
berebut kata dukungan dari setiap hembusan
entah kawan
siapa lagi nantinya yang akan menjadi korban
ketika musim
kembali hadirkan hawa panas
beraroma buas gelenjit nafsu dan kepentingan
alur cerita tiada terbaca
bersama permainan genit cuaca yang ada
selalu dengan mudah berubah rupa
di laman demokrasi
yang ada semakin diagung-agungkan
Bengkulu, 291114
di bawah mendung memintal angan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H