sembilan bulan dia rawat benih yang ada
dalam rahim yang dititipkan Tuhan kepadanya
tanpa pernah tahu akan menjadi apa dan seperti apa nantinya
wujud dan paras rupa
hanya berdoa akan terlahir generasi penerus yang sempurna
yang akan menjadi kebanggaan bagi para pendahulunya
sembilan bulan dia tanggungkan beban tanpa jeda
ke mana langkah, selalu dibawa
berat memang
tapi, tak pernah ada kata menyerah
tak kurang upaya dilakukannya
tiada lain untuk kebaikan dan keselamatan benih yang dikandungnya
walau harus terluka
walau harus korbankan jiwa dan raganya
walau susah sungguh tiada terkata pun mungkin sepatah
aduhai, akan sia-sialah perjuangannya
akan terbuang percuma segala pengorbanannya
bila akhirnya
benih yang dilahirkan menjadi momok bagi yang lainnya
menjadi mesin perusak dan pembunuh yang tak punya rasa
menjadi pemantik api perang yang tak tahu bila terpadamnya
menjadi apa pun yang bertentangan dengan norma
ya, sembilan bulan lamanya
diiringi doa-doa kebaikan pada-Nya
kala terjaga
dan mungkin terbawa ke dalam tidurnya
yang kadang tak lelap
walau badan terasa lelah
jangan,
jangan biarkan tersia-sia
jangan biarkan berakhir dengan percuma
Muara Bangkahulu, 30 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H