Mohon tunggu...
Jansori Andesta
Jansori Andesta Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Palu-palu Penghakiman Tak Lagi Ramah

4 November 2020   12:47 Diperbarui: 4 November 2020   12:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

palu-palu penghakiman yang selalu diketuk atas nama keadilan
lama sudah dirasa nyaris tak lagi terdengar ramah
dengan nada yang sumbang
menyimpang jauh dari rasa kemanusiaan
menghantam saja wajah-wajah jelata
hingga jatuh terjengkang hilang segala asa

oh, sayang disayang

segala titah pemegang kebijakan tinta-tinta
kini tiada ubah berdiri di depan cermin-cermin kaca
retak dan tak lagi rata, pula
berpijak dan berpegang pada tiang neraca yang patah
hingga tak lagi sama akal nalar, nurani, gerak langkah, dan bicara
hingga tak lagi terbaca mana benar dan mana salah
hingga tak lagi imbang antara hak dan keajiban yang ada

dan kini bait-bait yang tumbuh dan merekah
dari lembah-lembah ketidakpuasan dan ketidakberdayaan
dinilai tiada lebih hanya serakan-serakan sampah
atau jalaran gulma yang menghalang ambisi keserakahan nafsu meraja
dan harus dibasmi dengan segera
dengan dalih yang sama: pembangunan untuk kesejahteraan bersama

dan kini cukong-cukong berwajah dua
yang selalu merongrong dengan topeng keramahannya
asyik tertawa dengan rasa bangga atas kemenangan mereka
sembari menikmati wajah-wajah jelata bengong tak tahu apa
ditinggal begitu saja
wakil-wakil mereka yang tak bisa berbuat apa-apa
sembunyi di balik ketiak sesama mereka

ya, palu-palu penghakiman yang selalu diketuk atas nama keadilan
lama sudah dirasa nyaris tak lagi terdengar ramah

Bengkulu, 04 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun