sesayat luka lagi tawarkan duka
pun tanpa tetas darah
pun tanpa nanah
di palung relung tiada terlihat
tapi rasa teramat
bukan sebab peluru buta
bukan tajam pedang atau anak panah
bukan saudara
hanya lincah jemari dan lentik lidah
memainkan tarian hina tanpa peduli rasa
di sini, di satu sudut masa
dimana kebenaran hanya menjadi canda
pekik nurani dianggap sebagai tawa
dan kelakar nafsu dunia
terasa lumrah menghias nyaris setiap suasana
ya, sesayat luka menawarkan duka
melahirkan benih-benih amarah
menjadi dalih sempurna
memangsa lawan tiada sekata
sebagai apresiasi kebebasan bersama
sudahlah, aku tahu saudara
ada yang tersembunyi kini di balik kata fobia
Bengkulu, 31 Oktober 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI