aku mengenal sepi
di antara keramaian hari
dimana lalu lalang langkah kaki
seakan tanpa ada kata henti
datang dan pergi
dengan wajah-wajah yang nyaris mesti
selalu berganti
sedari fajar
saat matahari bersiap tunaikan janji
memberi terang pada bumi
pun gelap awan
dan deras hujan acap menutupi
tanpa harus mengucap permisi
hingga larut malam
saat segala kelam mendominasi
di segala sudut tanpa tapi
pun pijar lampu
melulu mencoba untuk mengingkari
dengan sedikit nyali
aku mengenal sepi
dari berderet kursi
yang suka tak suka mesti melayani
segala antri
wajah-wajah kepentingan
nyaris tak lagi dapat terdefinisi
beragam pasti
di ruang prasmanan
atau warung-warung makan tepi jalan
dengan beragam menu tersaji
menggoda mata
memujuk selera hati
untuk sekedar mencicipi
menebus rasa penasaran yang kadang berlebih
di tempat-tempat pendaftaran juga pembayaran
bernama iuran, pajak, atau kredit tagihan
yang suka tak suka memang
menuntut untuk segera dilunasi
tanpa pernah memberi ruang
wadau sedikit hanya mengurai dalih
aku mengenal sepi
tanpa harus mersusah-susah mengeja ciri
tidak seperti engkau, kasih
Bengkulu, 12 Desember 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI