senyum tercetak begitu rupa pada wajah
bibir merah ranum
wangi aroma tubuh tumpahan parfum
menggoda
berharap 'kan ada jaka
datang mendekat
terpikat, membagi nikmat
pada kelopak kembang yang tak lagi rapat
sesaat walau
sampaikan amanat syahwat
berdalih bijak
sekedar untuk menyambung hayat
wahai wanita
yang setiap malam tiba membentang tabirnya
memajang diri
menjajakan setiap lekuk tubuhnya
semurah itukah hidup atas dunia
serupa barang-barang yang sengaja disusun berjajar
pada lapa-lapak
yang digelar serupa altar
untuk dipilih dan dijadikan bahan tawar-menawar
hingga tiada sadar banting harga
teramat murah?
harusnya tidak
harusnya hidupmu sangatlah berharga
lahir batinmu
tiada 'kan terbayar jua
pun dengan harga yang menggunung hingga
dan kehadiranmu
ah, kehadiranmu sebagai wanita
teramat didamba
sebagai seri di atas muka dunia
dengan harkatnya
bukan sekedar keelokan rupa
bukan kecantikan atau kemolekan belaka
ya, harusnya tidak
wahai wanita, wanita penjaja di mana jua
Bengkulu, 12 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H