bertemu lentik jemari di atas luas bentangan
lalui musim-musim panjang pengembaraan
tak kusangka melangkah ia pada kebersamaan
serupa pengantin bergandeng mesra seiring jalan
menuju altar imaji yang kan kusebut pelaminan
tak pernah hendak turutkan ego sendiri saling langkahi
tak jua ingin banggakan diri saling gagahi
dan pada irama yang persis sama gemulai jemari
menari hingga kan usai ritual yang memang mesti
dijalani hingga kan lahir buahan kasih bernama poetry
di rentakan rima yang terus tercipta sahut-menyahut
tak luput raut asah diri bertemu pagut
nikmati pergantian cuaca yang seakan berebut
antara terik panas memanggang atau gelap mendung berkabut
untuk mencapai puncak makna dalam jiwa sudah termaksud
selalu begitu dan tiada hendak terbantahkan
menggenggam cita serupa butir benih kehidupan
yang kan tertanam dalam dan tumbuh merimbun denganjulangan
tingginya asa naungi ranah-ranah ingatan
berbuah sejarah berharap sungguh tiada pernah terlupakan
sekali lagi, bertemu lentik jemari di atas luas bentangan
lalui musim-musim panjang pengembaraan
tak kusangka melangkah ia pada kebersamaan
serupa pengantin bergandeng mesra seiring jalan
menuju altar imaji yang kan kusebut pelaminan
Bengkulu, 14 Rabi'ul Akhir 1435 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H