Mohon tunggu...
AdrianTo Jackatra
AdrianTo Jackatra Mohon Tunggu... profesional -

Meskipun Engkau dan aku bersatu dalam kalbu namun aku tetaplah seorang hamba dan Engkau adalah Tuan. Tidak mungkin hamba menjadi Tuan dan sebaliknya tidak akan pernah Tuan menjadi hamba. O..,Tuhan berilah hamba waktu yang panjang dalam kehidupan agar hamba dapat menorehkan tulisan yang selalu meng-agungkan-Mu. AammiiiinYa Rabb.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia: Keranjang Sampah Pujian....

23 Januari 2014   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau ada negara yang gemar memperoleh pujian, salah satunya tentu Indonesia. Celakanya lagi, kalau gak ada yang memuji maka penguasa republik ini tidak malu-malu memuji dirinya sendiri baik secara terang-terangan maupun malu-malu kucing. Apakah kita masih ingat ketika tahun-tahun 70-an dan 80-an, Indonesia mendapat julukan macan Asia dari IMF dan World Bank karena success story mencapai pertumbuhan rata2 7 % selama 20 tahun namun kemudian terjungkal pada krisis maha dahsyat pada tahun 1997/1998. Soeharto terpaksa menangani Letter of Intent dibawah pengawasan Camdessus, yang waktu itu sebagai President Director IMF.

Setelah krisis Asia mulai berlalu dan Indonesia terseok-seok berusaha mencapai pertumbuhan diatas 5% sejak mulai tahun 2000-an, krisis subprime mortgage menghantam dunia. Indonesia bangga karena bisa selamat dari krisis dan dapat bertahan dengan pertumbuhan positip sedikit dibawah 5%. Dengan dorongan sektor konsumsi yang cukip kuat, ekonomi Indonesia melaju dengan rata2 diatas 6% sampai menjelang keluarnya issue tapering oleh  US Federal Reserve Bank.

Meskipun kesulitan ekonomi yang kita hadapi memang nyata dan perlu adanya extra waspada dalam menyikapinya tapi pernyataan para penguasa Republik ini,  condong memandang remeh apa yang terjadi. Instead of mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menghadapi ketidak-pastian kedepan, ujug ujug malah memberikan pendapat bahwa kondisi kita lebih baik dari India dan beberapa negara lain. Beberapa data diperlihatkan bahwa kita tidak usah khawatir bahwa data makro ekonomi kita bagus dsbnya. Sayangnya fakta sampai hari ini nilai tukar masih bertengger disekitar 12.000, deficit neraca perdagangan masih relatif besar.

Dalam beberapa minggu ini, setiap saya menghadiri seminar seminar, beberapa petinggi dibidang ekonomi dan keuangan Republik ini mulai ngecap tentang ketahanan ekonomi Indonesia. Beberapa ekonom dan investment bank dari luar negeri mulai menyanyikan lagu-lagu pujian terhadap prospek ekonomi Indonesia. Beberapa menteri terkait, hidungnya mulai kembang kempis mendengarkan pujian tersebut. Padahal, apa sih susahnya melagukan dendang pujian, toh kalau prediksi mereka keliru, dengan gampang mereka memberikan alasan dan balik mencemooh kita.

Hemat saya, sebaiknya kita bersikap biasa saja terhadap puji-pujian itu. Tunjukkan kerja keras dan jangan mau menjadi keranjang sampah puji-pujian. Jangan mau digombalin para analis asing atau lembaga asing, yang punya agenda tersembunyi dibalik pujian tersebut. Kerja keras dan bersungguh-sungguh agar kita tidak terpuruk terus dibumi tanpa sempat berwisata kebulan seperti bangsa bangsa lain di dunia. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun