Beribu tahun manusia mencari Wujud Jatidiri Tuhan Sang Pemilik, Pencipta dan Penguasa Kehidupan Bumi alam Semesta Raya ini melalui berbagai perenungan, berbagai prosesi ritual, olah meditasi, olah tapa brata, olah (rasa, rasio & raga), olah pernapasan dan berbagai cara lainnya yang dilakukan manusia untuk mendapatkan pencerahan tentang hakekat ketuhanan yang maha misteri.
Dari perjalanan spiritual yang beraneka ragam ini, sejarah telah mencatat sejumlah nama besar sebagai para nabi dan rasul yang telah mendapatkan wahyu ketuhanan yang bisa dijadikan petunjuk dan pedoman dasar bagi manusia lainnya untuk menemukan Jatidiri Tuhannya. Berbagai tata cara ritual pun diajarkan oleh para nabi dan rasul agar para umatnya tidak tersesat dalam pencariannya. Perbedaan tata cara ini yang kemudian menjadikan manusia menjadi berkelompok dalam berbagai golongan, yang kemudian menjadi pemicu perselisihan dan perpecahan antara umat manusia, yang seharusnya dengan beragam perbedaan itu manusia bisa saling mengisi dan melengkapi, menjadi satu dan menyatu dalam kesadaran sebagai bagian dari satu kesatuan wujud yang maha tunggal.
Beraneka ragam ajaran ketuhanan yang kemudian disebut sebagai agama ini kemudian muncul berbagai nama untuk menyebut Nama atas Jatidiri Tuhan Yang Maha Segalanya, yang tentunya Nama-nama Tuhan tersebut diperoleh sang pembawa ajaran sebagai wahyu atau ilham dari Tuhan yang diyakininya. Dan diantara beragam Nama Tuhan yang paling banyak dikenal dan disebut oleh masyarakat dunia dari masa ke masa adalah Nama Allah yang diyakini memiliki kekuatan yang maha misteri. Mulai dari penyebutan nama Allah yang dikaitkan dengan sang pembawa ajaran seperti Allah Ibrahim, Allah Ismail, Allah Ishaq, Allah Yaqub, Allah Yusuf, Allah Musa dan lain-lainnya.
Sebutan Nama Allah ini dari masa ke masa terus disakralkan, dan menjadi sebuah kekuatan yang membawa berbagai keajaiban dan kemagisan bagi yang meyakini keberadaan-Nya, walaupun orang-orang yang menyebut Nama Allah tidak mengetahui secara pasti existensi-Nya, hanya mendapatkan keterangan dari sang pembawa ajaran tanpa melihat wujud nyata-Nya. Padahal di dalam ajaran agama dengan jelas dan tegas dinyatakan bahwa Allah itu Wujud Yang Maha Nyata dan Maha Gaib, di sisi lain disebutkan bahwa keberadaan Allah itu lebih dekat dari urat leher.?
Lalu siapakan Allah? Apakah Allah ? Bagaimanakah wujud Allah?
Baiklah, untuk menutup dan mengakhiri pencarian manusia pada Wujud Jatidiri Tuhannya, karena era atau masanya juga sudah pada “akhir jaman” maka penulis akan menjabarkan sekilas, namun jelas, tegas, lugas dan tandas, bahwa yang penulis sampaikan ini adalah kebenaran yang sejati, yang nyata adanya, dimana penulis pun sebelumnya berangkat dari pencarian yang telah menghabiskan waktu selama puluhan tahun dengan merenung, mempelajari, mengkaji dan memahami berbagai ajaran agama dan keyakinan, baik yang penulis dapatkan dari berbagai kitab ketuhanan maupun dari keterangan atau pencerahan dari sekian ratus guru spiritual yang pernah didatanginya, yang sedikit banyaknya bisa dijadikan sebagai pedoman dasar untuk menemukan Jatidiri Tuhan Yang Sebenarnya.
Dalam pencarian Jatidiri Tuhan, penulis tak pernah lekang oleh panas, tak rapuh oleh hujan, terus konsisten dalam pencarian walau harus melewati berbagai onak dan duri kehidupan, melalui berbagai halangan dan rintangan, melalui ujian dan cobaan hidup yang sangat luar biasa sebagaimana yang dialami oleh para nabi, para rasul dan para pencari Tuhan Yang Sejati, artinya bahwa penulis benar-benar seorang pencari Jatidiri Tuhan Yang Sejati, yang harus benar-benar bertemu, mengenal dan memahami Wujud Dzat Tuhan Yang Maha Nyata, bukan yang semu atau fatamorgana, apalagi yang abal-abal atau palsu. Sehingga hasil pencarian penulis ini sangat bisa dijadikan sebagai referensi yang sangat bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya yang dapat dijadikan petunjuk dan pedoman dalam memahami, meyakini dan mengimani Existensi Ketuhanan Yang Sebenarnya bagi seluruh masyarakat Bumi.
Sebelum penulis melanjutkan, penulis menghimbau kepada para pembaca untuk menyimak, mengkaji dan memahami kalimat demi kalimat sampai benar-benar tuntas, bukan hanya sekilas bila perlu kembali diulang dan diulas dari awal, agar benar-benar mendapatkan pencerahan yang dapat membuka cakrawala pikiran, penglihatan, pendengaran dan perasaan, sehingga mendapatkan rahmat, hidayah dan berkah keimanan yang akan menghantarkan diri pada kehidupan yang sejati, yang benar-benar mendapatkan Ijin, Restu dan Kekuatan langsung dari Dzat Tuhan Yang Sejati.
Baiklah kita kembali pada hakekat “Allah”, bahwa Allah itu bukan sekedar huruf, bukan kata, bukan kalimat, bukan tulisan, bukan kaligrafi, bukan makna, bukan nama, bukan sifat, bukan pula cahaya tapi Allah itu adalah Dzat Yang Maha Hidup. Dikatakan Dzat karena merupakan totalitas (akumulasi) dari seluruh zat yang ada di bumi alam semesta jagat raya ini. Dari sini sebenarnya kita sudah mendapatkan gambaran, bahwa Wujud Allah Yang Maha Nampak itu adalah totalitas dari wujud yang nyata ada di kehidupan bumi alam semesta raya ini, yang berarti bahwa Wujud Allah itu tidak bisa digambarkan dengan jelas, Allah berbeda dengan mahluk-mahluk-Nya dan Allah maha luas tak terbatas.
Secara Ilmiah Bumi alam semesta raya inidapat diklasifikasikan menjadi 4 unsur alam yaitu Air, Api, Tanah dan Angin. Artinya bahwa dimana pun tempat yang ada di bumi alam semesta jagat raya ini, kita akan menemukan 4 unsur alam atau minimalnya salah satu dari 4 unsur alam tersebut, baik yang berwujud bebatuan, awan, berwujud tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan lain-lainnya, tetaplah tersusun dari unsur-unsur alam tersebut. Dan Nama Allah sebagaimana tersurat dan tersirat di berbagai wujud seperti yang ada di gambar atas (sebagai contoh), penulis mendapatkan isyarat seolah Allah mengatakan “bahwa ini lah wujud-wujud-Ku (Allah), bahwa selain maha gaib Aku juga maha nampak (nyata)”.
[caption caption="Bumi alam semesta raya yang maha nyata & maha misteri"][/caption]Bahwa lafal (Nama) “Allah” sebagaimana yang ada di gambar tersebut diatas, tertulis dengan huruf Arab yang terdiri dari huruf Alif yang disini mengisyaratkan unsur Api yang tegak lurus sebagaimana sifat Api, kemudian huruf Lam-1 mengisyaratkan unsur Angin yang bergerak kekanan dan kekiri, kedepan dan kebelakang atau terkadang berputar seperti angin puting beliung, berikutnya adalah huruf Lam-2 yang mengisyaratkan unsur Air yang bersifat mencari titik terendah, kemudian huruf Ha adalah unsur Bumi/Tanah yang bersifat diam.